Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"

Kami melongo, tak percaya dengan apa yang kami lihat.

"Kamu orang apa setan?" seru Eko.

"Tolong, Pak! Saya habis kecelakaan," kata pemuda itu sambil memegang dahi dengan tangan kanannya. Tak lama kemudian dia pingsan di halaman rumah.

Kami segera membopongnya ke teras. Meletakkannya di sebelah Bambang yang sedang tertidur pulas.

Lukanya cukup parah. Gumpalan merah hitam nan kenyal pada rambutnya membasahi sebagian dahi, bisa dipastikan ada yang bocor pada kepalanya. Pakaian yang robek-robek menyingkap lapisan daging putih berlumur darah pada pundak, siku, dan dengkulnya yang terkelupas. Pemandangan yang sangat ganjil kami dapati pada jempol kaki kanannya yang tinggal separuh. Entah dia sadari atau tidak saat menuju ke sini.

"Ternyata ini si Panji anak Bu Aisyah tukang masak kita. Eko, tolong ambilkan P3K di dekat almari," kataku setelah memperhatikan pemuda yang terluka itu.

Tiba-tiba Bambang yang sedang tidur tadi bangun, tepat di sebelah Panji yang sedang berdarah-darah. Sontak dengan reflek Bambang meloncat dan membuat camilan-camilan kami berantakan.

"Astagfirullah!" pekiknya.

"Makanya kamu itu jangan tidur terus!" sahut Eko yang sedang membuka kotak P3K.

"Dasar kau tukang tidur!" sentak Udin kesal.

Tiba-tiba Panji bangun dan berkata, "Teman-teman saya mana, Pak? Yang saya boncengkan tadi?" Setelah itu dia pingsan lagi.

Kami pun bengong. Saling berpandangan. Berarti jangan-jangan temannya masih di lokasi kejadian, mungkin terluka parah.

"Temannya gimana pak?" tanya Agung.

"Ayo kita lihat ke sana! Udin telepon ambulan ya! Nomor teleponnya di dekat kalender. Bambang, kamu kabari Bu Aisyah cepat!"

Segera aku mengambil senter lalu memboncengkan Agung menyusuri lokasi. Motorku berjalan agak pelan di sisi kiri jalan sementara Agung menyoroti sisi kanan dengan senterku tadi. Di belakang kami agak jauh tampaknya si Udin menyusul dengan motornya dan mengenakan senter kepala.

"Mana ya, kok tidak ada bekas kecelakaannya?" kataku beberapa saat setelah kami melintasi tower.

"Coba jalan terus, Pak. Mungkin dekat makam!" seru Agung di belakangku.

Kami terus mencari di antara sawah-sawah yang sedang dalam masa panen itu. Khawatir jangan-jangan motornya tercebur ke sawah, aku amati juga padi-padi yang mungkin menunjukkan bekas tertindih motor. Tidak ada!

"Nah itu di sana, Pak!" seru Agung mengagetkanku.

Ternyata benar, mendekati tanjakan menikung tepat sebelum makam terlihat sekilas sepeda motor yang terperosok di parit persis di bawah pohon beringin tua.

"Wah rupanya dua orang, berarti mereka boncengan tiga tadinya," kata Agung saat turun, sedangkan aku mendorong motor berputar arah.

"Bagaimana ini Pak ...," tanya Udin yang baru datang, "kita bawa mereka atau kita tunggu ambulan? Tadi sudah saya telepon."

"Sebaiknya kita bawa ke rumah untuk pertolongan pertama," usulku setelah mempertimbangkan beberapa hal.

Agung segera mengangkat salah satu teman Panji ke atas motor, mengapitnya di belakangku. Darahnya agak deras menetes membasahi bajuku. Tercium aroma minuman keras dari mulut pemuda itu. Dasar anak-anak pemabuk, kalau celaka seperti ini orang lain juga yang repot.

"Tunggu, yang satunya bagaimana?" tanya Udin kebingungan.

"Ya, Kamu tungguin dulu di sini, sebentar aja kita balik lagi," jawabku.

Udin dengan ragu berkata, "Tapi saya takut, Pak. Ini kan dekat makam?"

"Ya sudah, kamu yang yang pegangin aja, biar aku tunggu di sini. Dasar penakut!" sahut Agung sambil turun dari motor.

Belum sempat aku menyalakan motor, Agung melepaskan pegangannya pada teman Panji yang yang terluka tadi. Sedangkan Udin juga belum naik menggantikan Agung.

"Kalian bagaimana sih, ini pegangin dulu!" kataku pada mereka karena teman Panji yang pingsan tadi terasa berat bersandar pada punggungku.

Aku tak tahu kenapa mereka terdiam dan melangkah mundur sambil memegang tanganku.

"P-- Pak! Pak! Itu apa, Pak?" tanya si Udin sambil gemetar.

"Apa'an sih? Agung, si Udin kenapa?" tanyaku penasaran.

"I-- Itu, Pak! Mereka menuju kesini, Pak!" sahut Agung.

Aku lihat kaca spion kiri dan kanan, hanya gelap, tidak terlihat apa-apa. Ingin aku menengok ke belakang tapi khawatir nanti teman Panji yang bersandar di punggungku ini nanti terjatuh. Suasana mendadak sunyi, hanya suara gesekan dedaunan tertiup angin.

Dan juga dahan pohon-pohon besar yang berderit di sekitar makam ini, menambah suasana mencekam. Lalu terdengar derap langkah seperti orang-orang berbaris.

"Te-- tentara buntung! Tidak ada kepalanya semua, Pak!"

"Ha-- han-- hantu, Pak!" pekik si Udin

"Bagaimana ini, Pak?" Agung juga histeris.

Antara percaya dan tidak, sedangkan aku dalam posisi yang tidak memungkinkan untuk menoleh, aku baca ayat-ayat suci dengan agak keras. Sontak diikuti oleh Agung dan Udin yang sedang berdesakan di depan motorku.

Kami bertiga gemetar ketakutan, tapi tidak mungkin aku tancap gas meninggalkan mereka semua, apalagi menjatuhkan teman Panji yang di belakangku.

Kami terus komat-kamit membaca doa. Berharap ini semua cepat berlalu. Aku tidak begitu percaya ada barisan tentara hantu tanpa kepala di belakakangku, tetapi reaksi Agung dan Udin juga mempengaruhiku. Entah apa yang mereka lihat sebenarnya. Yang jelas mereka begitu ketakutan. Jadi kami terus menerus berdoa. Hingga terdengar dari kejauhan suara sirine ambulan dari kejauhan memecah keheningan.

Wiw

Wiw

Wiw

Ambulan itu semakin mendekat, membunyikan bel dan memecahkan seasana yang tadi mencekam.

"Sudah hilang, Pak! Alhamdulillah!" seru Udin.

"Sepertinya mereka berbelok masuk ke areal makam, hilang di kegelapan itu," kata Agung sambil menyorotkan senter ke makam.

Tak lama kemudian mobil ambulan berhenti di samping kami. Kami mengangkat dua pemuda korban kecelakaan tadi ke ambulan dan memberitahukan bahwa masih ada korban satu lagi. Karena sepeda motor Panji rusak parah maka kami tinggal, sedangkan Agung ikut naik ambulan.

Udin sudah melaju di depanku mengikuti ambulan. Sedangkan aku yang baru beberapa meter dari lokasi itu sekilas melihat sesuatu yang tak lazim. Aku pelankan motorku lalu berhenti. Aku menengok. Sepertinya di pohon terakhir yang aku lintasi tadi ada seseorang.

Aku standarkan motor, otomatis mesin mati namun lampu depan masih menyala. Kuambil senter dari laci.

Beberapa detik aku ragu. Seseorang tergantung di pohon? Apakah aku harus memastikan penglihatan sekilasku tadi benar atau tidak?

Dengan keberanian dan logika yang ada, aku berjalan mendekat. Khawatir jika itu memang seseorang yang dicelakai orang lain dan membutuhkan bantuan.

Aku masih memegang senter itu. Kurasakan hawa yang dingin berubah menjadi aneh. Tidak ada suara-suara hewan nocturnal sama sekali, tak seperti biasanya.

Hening. Begitu hening. Hingga tiba-tiba kudengar ....

Krettt!

Kreett!

Kret!!!

Terdengar suara seperti gesekan tali tambang. Aku menengok sambil menyalakan senterku. Sekali lagi kudengar suara itu ....

Kriettt!!!

Aku mendongak ....

Astagfirullah?!

Sekitar 5 meter di hadapanku, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri !?!

Itu sesosok tubuh laki-laki separuh baya dengan leher terikat tergantung pada pohon, sedang terputar hingga wajah dan tubuhnya berhadapan denganku.

Tiba-tiba sosok itu menggeliat dan seperti orang kejang dia menendang-nendang dengan cepat di udara. Sangat cepat.

Tanganku bergetar memegang senter yang aku arahkan kepadanya. Terlihat darah mulai keluar dari mata dan hidungnya. Kedua tangannya yang semula memegang tali di lehernya kini sudah lemas. Mengayun ke bawah dengan lunglai.

Aku ingin segera pergi dari sini, tetapi langkah ini terasa berat. Ingin berteriak pun tak kuat seperti tercekat. Hanya deru nafasku sendiri yang terdengar saling berkejaran dengan detak jantung. Sedangkan ambulan dan motor Udin sudah melaju cukup jauh. Aku benar-benar sendirian disini.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

merinding tau thor
dah baca sendirian lg

2021-04-04

3

redrose

redrose

kereeennnn sy syyuuka sy syuka

2021-01-31

1

Isnaaja

Isnaaja

di baca serem gak di baca penasaran,, aku sampai nahan napas bacanya,,serem banget

2020-11-30

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2 Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3 Ch. 3 "Saksi Hidup"
4 Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5 Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6 Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7 Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8 Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9 Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10 Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11 Ch. 11 "Gua Misterius"
12 Ch. 12 "Persimpangan"
13 Ch. 13 "Kawilarang"
14 Ch. 14 "Stalker"
15 Ch. 15 "Oeroesan"
16 Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17 Ch. 17 "Mencari Arti"
18 Ch. 18 "Motif"
19 Ch. 19 "Bunker"
20 Ch. 20 "Fight!"
21 Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22 Ch. 22 "Concussion"
23 Ch. 23 "Malam Pertama"
24 Point of View
25 Turning Point
26 Pengakuan Pembunuh
27 Puzzle
28 Sunyaruri
29 Reuni
30 Live
31 Klender 1944 Tragedy
32 Roti Isi Selai
33 Lezat, kan?
34 Taken
35 Roman Picisan
36 Promise
37 Pelanggan
38 Dendam Kesumat
39 Malam tanpa Akhir
40 Sempal
41 Burned
42 Sleko
43 Hereditary
44 Hidden Paradise
45 Honeymoon
46 Issue
47 Rindu
48 Run
49 Naif
50 Foto
51 Why?
52 Transaksi
53 Business and Pleasure
54 Bro
55 Malam Istimewa
56 Black Magic
57 Bloody Love
58 Saw the Devil
59 Altar
60 Sempurna
61 Copet Kecil
62 Kun Tianna
63 Gombel
64 Digondhol
65 Baby Face
66 Taman Langit
67 Ummu Sibyan
68 Senja di Taman Langit
69 Harta Berharga
70 Mereka
71 Menampakkan Diri
72 Jalanan
73 Berkumpul
74 Cermin
75 Kurang Beruntung
76 Flash
77 Mayat Editor
78 Senjata Pembunuhan
79 Licik
80 Ditemukan!
81 Insting
82 Moratorium
83 Sidik Jari
84 A Good Job!
85 Demi
86 Praduga
87 Recruitment
88 TKP
89 Lorong Berdarah
90 The Target
91 Escape
92 Innocence
93 Perburuan (1)
94 Perburuan (2)
95 Perburuan (3)
96 Perburuan (4)
97 Perburuan (5)
98 Perburuan (6)
99 Telanjur
100 Terusik (1)
101 Terusik (2)
102 Petunjuk (1)
103 Petunjuk (2)
104 Petunjuk (3)
105 Kisah Kelam (1)
106 Kisah Kelam (2)
107 Kisah Kelam (3)
108 Verjaring (1)
109 Verjaring (2)
110 Verjaring 3
111 Verjaring (4)
112 Stalker (1)
113 Stalker (2)
114 Stalker (3)
115 Stalker (4)
116 Enkripsi (1)
117 Enkripsi (2)
118 Enkripsi (3)
119 Waktu (1)
120 Waktu (2)
121 Waktu (3)
122 Hilang (1)
123 Hilang (2)
124 Hilang (3)
125 Pelaku (1)
126 Pelaku (2)
127 Dendam
128 Lelah
129 Pola (1)
130 Pola (2)
131 Pola (3)
132 Dokumen (1)
133 Dokumen (2)
134 Misi (1)
135 Misi (2)
136 Live (1)
137 Live (2)
138 Tragedy (1)
139 Tragedy (2)
140 Tragedy (3)
141 Deposit Box (1)
142 Deposit Box (2)
143 Det. Markum (1)
144 Det. Markum (2)
145 Diculik (1)
146 Diculik (2)
147 Diculik (3)
148 Diculik (4)
149 Sunyaruri (1)
150 Sunyaruri (2)
151 Sunyaruri (3)
152 Lezat (1)
153 Lezat (2)
154 A1 (1)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2
Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3
Ch. 3 "Saksi Hidup"
4
Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5
Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6
Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7
Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8
Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9
Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10
Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11
Ch. 11 "Gua Misterius"
12
Ch. 12 "Persimpangan"
13
Ch. 13 "Kawilarang"
14
Ch. 14 "Stalker"
15
Ch. 15 "Oeroesan"
16
Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17
Ch. 17 "Mencari Arti"
18
Ch. 18 "Motif"
19
Ch. 19 "Bunker"
20
Ch. 20 "Fight!"
21
Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22
Ch. 22 "Concussion"
23
Ch. 23 "Malam Pertama"
24
Point of View
25
Turning Point
26
Pengakuan Pembunuh
27
Puzzle
28
Sunyaruri
29
Reuni
30
Live
31
Klender 1944 Tragedy
32
Roti Isi Selai
33
Lezat, kan?
34
Taken
35
Roman Picisan
36
Promise
37
Pelanggan
38
Dendam Kesumat
39
Malam tanpa Akhir
40
Sempal
41
Burned
42
Sleko
43
Hereditary
44
Hidden Paradise
45
Honeymoon
46
Issue
47
Rindu
48
Run
49
Naif
50
Foto
51
Why?
52
Transaksi
53
Business and Pleasure
54
Bro
55
Malam Istimewa
56
Black Magic
57
Bloody Love
58
Saw the Devil
59
Altar
60
Sempurna
61
Copet Kecil
62
Kun Tianna
63
Gombel
64
Digondhol
65
Baby Face
66
Taman Langit
67
Ummu Sibyan
68
Senja di Taman Langit
69
Harta Berharga
70
Mereka
71
Menampakkan Diri
72
Jalanan
73
Berkumpul
74
Cermin
75
Kurang Beruntung
76
Flash
77
Mayat Editor
78
Senjata Pembunuhan
79
Licik
80
Ditemukan!
81
Insting
82
Moratorium
83
Sidik Jari
84
A Good Job!
85
Demi
86
Praduga
87
Recruitment
88
TKP
89
Lorong Berdarah
90
The Target
91
Escape
92
Innocence
93
Perburuan (1)
94
Perburuan (2)
95
Perburuan (3)
96
Perburuan (4)
97
Perburuan (5)
98
Perburuan (6)
99
Telanjur
100
Terusik (1)
101
Terusik (2)
102
Petunjuk (1)
103
Petunjuk (2)
104
Petunjuk (3)
105
Kisah Kelam (1)
106
Kisah Kelam (2)
107
Kisah Kelam (3)
108
Verjaring (1)
109
Verjaring (2)
110
Verjaring 3
111
Verjaring (4)
112
Stalker (1)
113
Stalker (2)
114
Stalker (3)
115
Stalker (4)
116
Enkripsi (1)
117
Enkripsi (2)
118
Enkripsi (3)
119
Waktu (1)
120
Waktu (2)
121
Waktu (3)
122
Hilang (1)
123
Hilang (2)
124
Hilang (3)
125
Pelaku (1)
126
Pelaku (2)
127
Dendam
128
Lelah
129
Pola (1)
130
Pola (2)
131
Pola (3)
132
Dokumen (1)
133
Dokumen (2)
134
Misi (1)
135
Misi (2)
136
Live (1)
137
Live (2)
138
Tragedy (1)
139
Tragedy (2)
140
Tragedy (3)
141
Deposit Box (1)
142
Deposit Box (2)
143
Det. Markum (1)
144
Det. Markum (2)
145
Diculik (1)
146
Diculik (2)
147
Diculik (3)
148
Diculik (4)
149
Sunyaruri (1)
150
Sunyaruri (2)
151
Sunyaruri (3)
152
Lezat (1)
153
Lezat (2)
154
A1 (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!