Ch. 13 "Kawilarang"

Kepalaku semakin pening kekurangan oksigen. Apalagi dalam keadaan merangkak dan menggendong seperti ini. Berkali-kali aku berhenti, mengatur napas. Hingga akhirnya aku mendengar suara aliran sungai. Sudah dekat!

Aku bergegas dengan sisa tenaga yang kupunya. Tak lama kemudian kami berhasil tiba di gua utama. Beberapa langkah kemudian aku limbung, jatuh tersungkur di sungai dangkal itu.

Ibu Siti tersadar. "Di mana ini, Nak? Apa yang terjadi?"

Aku kehabisan nafas dan bingung harus menjawab apa.

"Katakan, apa aku sedang bermimpi?" desak Bu Siti yang juga basah kuyup di sebelahku.

"Tidak, Bu. Pokoknya kita keluar dulu dari sini. Nanti saja ceritanya."

Kembali aku kumpulkan napas dan tenaga untuk mencapai mulut gua. Kami disambut beberapa orang yang berkumpul di sana. Nirmala, Kukuh, Pak Ricky, Bu Nopi dan masih banyak lainnya entah siapa.

Alhamdulillah! Kulihat Nirmala memeluk ibunya ketika Mas Damar, Kukuh dan Pak Ricky memapahku sesaat sebelum aku pingsan.

***

Aku terbangun di kamar hotel. Kudengar beberapa orang sedang berdiskusi sambil melihat hasil foto di kamera mas Kukuh. Mereka sedang berbicara tentang foto-foto yang tertangkap kamera.

Mereka berbicara dalam bahasa Inggris, tak begitu jelas terdengar meskipun pintu kamarku terbuka. Satu suara yang kukenal sepertinya Mas Damar si ahli geologi itu. Sedangkan lawan bicaranya menggunakan aksen Jepang.

Aku mendongak dari tempat tidurku. Hanya tampak bayang-bayang empat orang di balik jendela yang tertutup kelambu.

"Sudah sadar, Pak?" tanya Mas Kukuh mengagetkanku. Ternyata dia sedari tadi duduk di samping ranjangku.

"Ah, ngagetin aja kamu. Nirmala dan Bu Siti mana?"

"Sedang sarapan di restoran hotel. Saya baru saja menggantikan Bu Nirmala menunggui Pak Darma."

Tiba-tiba Damar dan teman-temannya memasuki kamar. Satu orang sesuai dugaanku adalah orang Jepang. Dua orang lainnya tampak seperti orang Filipina. Aku cukup heran, sedang apa mereka di sini?

"Pak Dharma, bisakah Bapak ceritakan apa saja yang Bapak lihat dan temukan di dalam gua semalam?" tanya Damar penuh selidik.

Aku terdiam, menatap ketiga temannya. Tampaknya serius sekali. Apa memang geolog seperti ini tipe orang-orangnya?

"Saya kira anda lebih mengerti daripada saya. Ya, begitulah. Gua dengan banyak cabang, stalaktit, stalagmit, sungai dangkal, dinding dan batu-batu kapur besar. Hemm, sepertinya hanya itu saja," jawabku sambil mencoba mengingat semuanya.

"Is there something strange?" [Apa ada sesuatu yang aneh?]

Orang Jepang itu duduk di ranjangku.

"Nope, I'll tell you if I remember anything," jawabku padanya.

[Tidak, saya akan beritahu anda jika saya ingat]

Dua orang Filipina di belakang mas Damar saling berbisik dalam bahasa yang tak kupahami. Serius amat ya? Ucapku dalam hati.

"Excuse me, I want to take a bath."

[Permisi, saya mau mandi.] Aku meninggalkan mereka karena mulai merasa tak nyaman.

Kurasakan badanku pegal dan memar, guyuran shower air hangat ini sedikit menyegarkanku. Terlintas di pikiranku kata-kata Bu Siti saat aku temukan di dalam gua itu.

"Bapak! Akhirnya aku menemukanmu, Bapak!" ucapnya saat itu.

Apa mungkin Bu Siti kerasukan, atau memang dia telah bertemu bapak kandungnya di alam lain? Mungkinkah itu terjadi? Aku ingin segera bertanya padanya nanti.

Keluar dari kamar mandi ternyata masih ada Damar dan teman-temannya.

"Maaf, mungkin kami tadi terlalu ingin tahu. Selama ini kami belum selesai trace (menyusuri/melacak) semua cabang gua tersebut. Kalau ada hal lain yang Bapak Dharma ingat, silakan hubungi nomor ini," kata Mas Damar sambil menaruh sebuah kartu nama di meja.

"Kami akan sangat mengapresiasi penjelasan Bapak lebih lanjut demi kemajuan penelitian gua tersebut," imbuhnya.

"Baiklah ..." jawabku yang masih mengenakan handuk saja, "sekarang saya bisa ganti baju?"

"Hahaha, tentu saja. Kami permisi dulu, Pak." Mereka keluar dari kamar bersama-sama.

"Arigatou!" [Terima kasih!] kata pria Jepang itu berbalik sambil membungkukkan badannya.

"Douitashimashite!" [Sama-sama] jawabku spontan dan ikut membungkukkan badan. Sial! Ternyata handuk yang kupakai lepas dan melorot. Duh! Ngacir ke kamar mandi.

***

"Nah, itu yang ada suraunya," kata Mas Kukuh.

Pak Ricky segera memarkirkan mobilnya di halaman. Tampak sebuah rumah kayu yang sederhana dengan surau kecil di tepi jalan. Halamannya luas dan tampak asri dengan barisan bermacam-macam pohon. Siang yang terik pun terasa sejuk di sini.

"Wa'alaikum salam. Silakan, silakan duduk," sambut seorang wanita setengah baya yang juga sedang bertamu dengan keluarganya.

Agak aneh saja melihat suasana disini. Banyaknya tamu yang menunggu seperti sedang berkunjung ke dokter praktik umum. Hanya saja kami tidak perlu mendaftar dan ruang tunggunya hanya lesehan di teras.

Di hadapan kami sudah ada beberapa tamu menunggu. Salah satu dari mereka menarik perhatianku. Seorang pria yang dengan tubuh tegap dan kekar duduk di pojok teras itu, serasa tidak sepatutnya berada di sini. Tidak seperti tamu yang lain yang datang bersama keluarganya, dia terlihat hanya sendirian. Mengapa pula ia terus memandangi ibu yang sedang melihat isi kotak kaleng dari gua semalam? Seakan mengingatkanku bahwa benda itu begitu penting.

Aku pun memperhatikan Bu Siti, calon mertuaku itu. Aku mengerti betul apa yang ibu rasakan, selama hidupnya tak pernah mengenal orangtuanya sama sekali.

Sepertinya aku sedikit lebih beruntung daripada Bu Siti karena meskipun aku anak yatim piatu tanpa saudara, tetapi sempat merasakan kasih sayang orang tua sebelum kecelakaan pesawat merenggut mereka 20 tahun yang lalu. Hingga selama ini aku dibesarkan oleh almarhum paman.

Sedangkan Ibu Siti, semenjak bayi sudah kehilangan kedua orangtuanya. Hanya hidup dengan Kakek Dipo yang konon sahabat orangtuanya. Jika memang benar kaleng kotak seukuran dompet wanita itu adalah peninggalan ayahnya, tentu akan sangat berarti baginya.

Sebenarnya tujuan kami kesini hanya sekedar ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Edi yang semalam membantu kami menemukan Bu Siti. Selain itu kami juga penasaran akan sosok Pak Edi yang bisa dengan cepat dan tepat mengetahui keberadaan Bu Siti.

Ditambah lagi teka-teki tentang pengemis yang berbicara dengan Pak Edi di mulut gua. Pengemis yang sebelumnya menggedor mobil kami dan melarang kami ke pantai itu dengan menyebut nama "Sridiah". Aku belum berani bercerita tentang Sridiah kepada bu Siti ataupun Nirmala. Meskipun aku yakin bahwa Sridiah adalah nenek dari Nirmala, kisahnya terlalu tragis untuk diceritakan meski aku belum tahu versi lengkapnya.

***

Arrrg!!! Whoaaa!

Tiba-tiba terdengar raungan dari dalam rumah. Para tamu pun berdesakan di pintu dan jendela karena penasaran.

Brak! Bruakk!!! Brakk!!!

Suara hentakan seorang pria yang sedang terbaring di atas ranjang kayu. Nirmala duduk mendekat pada ibunya sementara aku berdiri melihat kondisi dalam rumah dari sebuah jendela. Tak ada tamu yang berani masuk.

Entah apa yang merasuki pria di ranjang itu, tiba-tiba ia berbalik posisi seperti orang bersujud tetapi tangannya menjulur ke samping. Jari-jarinya kaku menggaruk-garuk papan ranjang kayu itu.

"Keluarlah kamu dari tubuhnya!" perintah Pak Edi lantang.

Aurmm! Rrrr!

Pria yang kerasukan itu mengeram. Dua laki-laki yang tampaknya bapak dan adik dari pria yang kerasukan itu bahkan terlempar beberapa meter, tak lagi mampu memegangi tangannya. Sementara ibunya begitu ketakutan dan berlari ke belakang Pak Edi.

"Kamu jin atau siluman?" tanya pak Edi yang berdiri tenang di hadapannya.

"Aku adalah macan putih! Utusan Prabu Siliwangi! Raja Pajajaran!" erang pria itu sambil melotot ke arah pak Edi.

Beberapa kali dia melirik dan sedikit menengok ke arah bapak, ibu dan adiknya. Mulutnya menyeringai persis seekor harimau yang hendak menerkam mangsanya.

"Kamu jangan bohong! Kalau kamu tidak keluar baik-baik, terpaksa saya hancurkan kamu!" bentak Pak Edi garang.

Aku masih setengah tak percaya, apakah ini kejadian nyata atau rekayasa? Hingga kulihat dengan mata kepalaku sendiri pria itu melompat begitu tinggi menerkam pak Edi dan ibunya sendiri. Dengan sigap pak Edi menghindar sambil menangkis dan membuat "macan putih" itu terguling-guling di lantai namun segera bangkit lagi dengan gerakan persis seekor macan.

Harggghh!! Roarrrr!!!

Dia melesat begitu cepat melarikan diri ke arah pintu hingga para tamu yang menonton berteriak dan berhamburan. Beberapa pria yang menghalanginya keluar pun tesingkir oleh kebuasannya.

"Awas!!! Awasss!!!" teriak tamu-tamu wanita.

Celakanya di teras itu masih ada ibu dan Nirmala! Tepat berada lurus dengan pintu, dan "macan putih" itu sedang menerjang ke arah kepada mereka yang sedari tadi duduk di sana. Aku segera berlari ke arah Nirmala, tetapi "macan" itu lebih cepat!

Rrroarrr!!!

Seketika "macan putih" itu melompat menerjang Ibu Siti dan Nirmala.

Brakkk!!!

Kami semua terpana. Seseorang telah menaklukkan "macan putih" itu seketika. Pria kekar yang semula di pojok teras itu membantingnya. Semacam gerakan judo yang begitu efektif. Luar biasa, sekaligus ironi. Bagaimana bisa orang yang kesurupan macan langsung di-K.O. begitu saja? Ini lebih sulit lagi untuk dipercaya.

Meskipun begitu, aku sangat berterima kasih kepadanya. Namanya agak susah diingat, Pak Kawilarang.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

No comment la ikotkan aje alurnya

2021-09-26

0

Mirai Amthy

Mirai Amthy

Chapter ini mengingatkan aku kepada film "Raden Kian santang"

2021-04-19

2

Indahsuryasari

Indahsuryasari

aku sudah sampai ke bagian ini...aku beri like buatmu kak dan vote juga

2020-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2 Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3 Ch. 3 "Saksi Hidup"
4 Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5 Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6 Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7 Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8 Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9 Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10 Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11 Ch. 11 "Gua Misterius"
12 Ch. 12 "Persimpangan"
13 Ch. 13 "Kawilarang"
14 Ch. 14 "Stalker"
15 Ch. 15 "Oeroesan"
16 Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17 Ch. 17 "Mencari Arti"
18 Ch. 18 "Motif"
19 Ch. 19 "Bunker"
20 Ch. 20 "Fight!"
21 Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22 Ch. 22 "Concussion"
23 Ch. 23 "Malam Pertama"
24 Point of View
25 Turning Point
26 Pengakuan Pembunuh
27 Puzzle
28 Sunyaruri
29 Reuni
30 Live
31 Klender 1944 Tragedy
32 Roti Isi Selai
33 Lezat, kan?
34 Taken
35 Roman Picisan
36 Promise
37 Pelanggan
38 Dendam Kesumat
39 Malam tanpa Akhir
40 Sempal
41 Burned
42 Sleko
43 Hereditary
44 Hidden Paradise
45 Honeymoon
46 Issue
47 Rindu
48 Run
49 Naif
50 Foto
51 Why?
52 Transaksi
53 Business and Pleasure
54 Bro
55 Malam Istimewa
56 Black Magic
57 Bloody Love
58 Saw the Devil
59 Altar
60 Sempurna
61 Copet Kecil
62 Kun Tianna
63 Gombel
64 Digondhol
65 Baby Face
66 Taman Langit
67 Ummu Sibyan
68 Senja di Taman Langit
69 Harta Berharga
70 Mereka
71 Menampakkan Diri
72 Jalanan
73 Berkumpul
74 Cermin
75 Kurang Beruntung
76 Flash
77 Mayat Editor
78 Senjata Pembunuhan
79 Licik
80 Ditemukan!
81 Insting
82 Moratorium
83 Sidik Jari
84 A Good Job!
85 Demi
86 Praduga
87 Recruitment
88 TKP
89 Lorong Berdarah
90 The Target
91 Escape
92 Innocence
93 Perburuan (1)
94 Perburuan (2)
95 Perburuan (3)
96 Perburuan (4)
97 Perburuan (5)
98 Perburuan (6)
99 Telanjur
100 Terusik (1)
101 Terusik (2)
102 Petunjuk (1)
103 Petunjuk (2)
104 Petunjuk (3)
105 Kisah Kelam (1)
106 Kisah Kelam (2)
107 Kisah Kelam (3)
108 Verjaring (1)
109 Verjaring (2)
110 Verjaring 3
111 Verjaring (4)
112 Stalker (1)
113 Stalker (2)
114 Stalker (3)
115 Stalker (4)
116 Enkripsi (1)
117 Enkripsi (2)
118 Enkripsi (3)
119 Waktu (1)
120 Waktu (2)
121 Waktu (3)
122 Hilang (1)
123 Hilang (2)
124 Hilang (3)
125 Pelaku (1)
126 Pelaku (2)
127 Dendam
128 Lelah
129 Pola (1)
130 Pola (2)
131 Pola (3)
132 Dokumen (1)
133 Dokumen (2)
134 Misi (1)
135 Misi (2)
136 Live (1)
137 Live (2)
138 Tragedy (1)
139 Tragedy (2)
140 Tragedy (3)
141 Deposit Box (1)
142 Deposit Box (2)
143 Det. Markum (1)
144 Det. Markum (2)
145 Diculik (1)
146 Diculik (2)
147 Diculik (3)
148 Diculik (4)
149 Sunyaruri (1)
150 Sunyaruri (2)
151 Sunyaruri (3)
152 Lezat (1)
153 Lezat (2)
154 A1 (1)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Ch. 1 "Ketenangan yang Terusik"
2
Ch. 2 "Menguak Sejarah"
3
Ch. 3 "Saksi Hidup"
4
Ch. 4 "Shi! Empat atau Mati?"
5
Ch. 5 "Identitas Terkuak?"
6
Ch. 6 "Djawa Taika Renga"
7
Ch. 7 "Buntung dan Tergantung"
8
Ch. 8 "Aku, Korban Selanjutnya"
9
Ch. 9 "Tragedi, Penyesalan, dan Pelajaran"
10
Ch. 10 "Petaka Prewedding"
11
Ch. 11 "Gua Misterius"
12
Ch. 12 "Persimpangan"
13
Ch. 13 "Kawilarang"
14
Ch. 14 "Stalker"
15
Ch. 15 "Oeroesan"
16
Ch. 16 "Sebuah Pesan"
17
Ch. 17 "Mencari Arti"
18
Ch. 18 "Motif"
19
Ch. 19 "Bunker"
20
Ch. 20 "Fight!"
21
Ch. 21 "Bunga Lili Emas"
22
Ch. 22 "Concussion"
23
Ch. 23 "Malam Pertama"
24
Point of View
25
Turning Point
26
Pengakuan Pembunuh
27
Puzzle
28
Sunyaruri
29
Reuni
30
Live
31
Klender 1944 Tragedy
32
Roti Isi Selai
33
Lezat, kan?
34
Taken
35
Roman Picisan
36
Promise
37
Pelanggan
38
Dendam Kesumat
39
Malam tanpa Akhir
40
Sempal
41
Burned
42
Sleko
43
Hereditary
44
Hidden Paradise
45
Honeymoon
46
Issue
47
Rindu
48
Run
49
Naif
50
Foto
51
Why?
52
Transaksi
53
Business and Pleasure
54
Bro
55
Malam Istimewa
56
Black Magic
57
Bloody Love
58
Saw the Devil
59
Altar
60
Sempurna
61
Copet Kecil
62
Kun Tianna
63
Gombel
64
Digondhol
65
Baby Face
66
Taman Langit
67
Ummu Sibyan
68
Senja di Taman Langit
69
Harta Berharga
70
Mereka
71
Menampakkan Diri
72
Jalanan
73
Berkumpul
74
Cermin
75
Kurang Beruntung
76
Flash
77
Mayat Editor
78
Senjata Pembunuhan
79
Licik
80
Ditemukan!
81
Insting
82
Moratorium
83
Sidik Jari
84
A Good Job!
85
Demi
86
Praduga
87
Recruitment
88
TKP
89
Lorong Berdarah
90
The Target
91
Escape
92
Innocence
93
Perburuan (1)
94
Perburuan (2)
95
Perburuan (3)
96
Perburuan (4)
97
Perburuan (5)
98
Perburuan (6)
99
Telanjur
100
Terusik (1)
101
Terusik (2)
102
Petunjuk (1)
103
Petunjuk (2)
104
Petunjuk (3)
105
Kisah Kelam (1)
106
Kisah Kelam (2)
107
Kisah Kelam (3)
108
Verjaring (1)
109
Verjaring (2)
110
Verjaring 3
111
Verjaring (4)
112
Stalker (1)
113
Stalker (2)
114
Stalker (3)
115
Stalker (4)
116
Enkripsi (1)
117
Enkripsi (2)
118
Enkripsi (3)
119
Waktu (1)
120
Waktu (2)
121
Waktu (3)
122
Hilang (1)
123
Hilang (2)
124
Hilang (3)
125
Pelaku (1)
126
Pelaku (2)
127
Dendam
128
Lelah
129
Pola (1)
130
Pola (2)
131
Pola (3)
132
Dokumen (1)
133
Dokumen (2)
134
Misi (1)
135
Misi (2)
136
Live (1)
137
Live (2)
138
Tragedy (1)
139
Tragedy (2)
140
Tragedy (3)
141
Deposit Box (1)
142
Deposit Box (2)
143
Det. Markum (1)
144
Det. Markum (2)
145
Diculik (1)
146
Diculik (2)
147
Diculik (3)
148
Diculik (4)
149
Sunyaruri (1)
150
Sunyaruri (2)
151
Sunyaruri (3)
152
Lezat (1)
153
Lezat (2)
154
A1 (1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!