Berbagi Cinta: Suami Pilihanku
Seorang gadis cantik bernama Anjani saat ini tengah berkutat. Karena, sudah 2 tahun semenjak ia lulus SD, ia hanya berdiam diri di rumah sambil sesekali membantu pekerjaan orang tuanya.
Tidak ada teman yang bisa ia ajak main, teman-teman sebayanya sibuk menunjang pendidikan SMP di desa sebelah.
Keadaan ekonomi mereka cukup baik, tapi orang tuanya pikir pendidikan tidaklah begitu penting.
'Dengan lulus sekolah dasar saja itu sudah cukup.' Pikir mereka.
Anjani menerima nasibnya itu tanpa keberatan. Meskipun ia tidak melanjutkan sekolah formal, ia sudah merasa bahwa dirinya itu pintar. Itu memang terbukti, karena sewaktu SD, Anjani memanglah seorang anak yang sering meraih peringkat kelas.
Gadis pintar itu tinggal di sebuah gubuk kayu berdinding anyaman bilah bambu. Rumah yang kecil dan sederhana itu menjadikan suasananya begitu hangat.
Tapi kehangatan keluarga saja tidak cukup, ia merasa dikekang. Dirinya ingin menjadi dewasa dan hidup dengan bebas. Mungkin saat ini hanya adiknya lah yang bisa menemaninya. Anjani pikir, daripada ia tinggal di rumah lebih baik ia mencari uang dan menemukan hal baru.
"Mak, Teteh pengen kerja," pinta Anjani kepada emaknya.
"Kerja dimana?" Tanya Emak.
"Teteh pengen kerja di kota Mak. Katanya di kota itu gajinya besar-besar." Jelas Anjani dengan antusias. Ia tahu info itu dari tetangga-tetangganya yang sempat merantau ke kota.
"Memang Teteh mau kerja apa di kota?" Tanya Abah.
"Hehe.. belum tau sih. Tapi Teteh yakin, Teteh pasti bakalan langsung dapet kerja!" Anjani meyakinkan kedua orang tuanya. Matanya menunjukkan sikap kesungguhannya.
Kedua orang tuanya khawatir jika membiarkan seorang anak gadis keluyuran sendirian ke kota. Apalagi saat ini Anjani belum punya lowongan yang pasti.
Tapi Anjani itu orangnya baik, mandiri, dan memiliki pendirian teguh. Anjani pasti akan bisa menjaga dirinya baik-baik. Memang, sudah saatnya mereka membiarkan Anjani mencari uang sendiri.
Karena sudah mendapat doa dan restu dari orang tuanya, Anjani berangkat dan diberi uang. Anjani berjanji akan segera mengganti uang itu setelah ia mendapatkan gaji pertamanya.
Di kota bandung tepatnya, gadis berusia 14 tahun itu merantau seorang diri dari kampungnya yang berada jauh di pelosok desa. Meskipun ia masih berusia 14 tahun, tapi ia memiliki postur tubuh yang sempurna layaknya gadis SMA.
Karena penampilannya yang terlihat baik, tak lama Anjani langsung mendapat pekerjaan sebagai seorang pengasuh anak.
Anjani memberikan kasih sayangnya kepada anak asuhan itu layaknya seorang keluarga. Majikannya pun merasa tenang, sudah hampir 2 tahun lamanya Anjani dipekerjakan di sana.
Terkadang, Anjani mengirim surat dan sejumlah uang untuk emak dan abahnya yang berada di kampung. Tapi suatu hari, Anjani mendapatkan sebuah balasan yang mengharuskan dirinya untuk pulang ke kampungnya.
Tertulis:
'Teh, pulang atuh. Sudah hampir 2 tahun Teteh di kota, Emak sama Abah kangen.'
Anjani yang membaca surat itu merasa hatinya sedikit berat.
'Ya Allah, Anjani sebenernya masih betah di sini.' Gumam Anjani.
Anjani takut jika ia hidup di kampung, nasibnya akan membosankan seperti dulu. Ia sudah merasa senang hidup di kota, karena di kota ia bisa mencari uang untuk dirinya dan untuk keluarganya sendiri.
Selama di kota, Anjani tak pernah risau dengan keadaan keluarganya di kampung, karena Anjani selalu mengirim surat dan mendapatkan balasannya.
Tapi, karena ini adalah permintaan orang tuanya, Anjani memutuskan untuk segera pulang. Ia juga sudah terlalu lama di kota dan merasa rindu kepada keluarganya. Lantas, Anjani meminta izin kepada majikannya untuk pulang.
"Bu, punten, saya dapet surat dari keluarga di kampung." Anjani menjelaskan maksudnya dan meminta izin untuk berhenti bekerja.
Saat mendengar permintaanya, tentu saja majikannya itu merasa kehilangan, tapi untungnya majikannya itu mengerti dan mengizinkan Anjani untuk pulang.
"Ya sudah Neng, hari ini kita pergi belanja dulu ya."
Sebagai hadiah perpisahan, majikannya itu membawa Anjani ke pusat perbelanjaan dan mempersilahkan Anjani untuk membeli barang-barang yang ia mau. Tapi Anjani tahu diri dan tidak mengambil barang-barang yang terlalu mahal. Karena Anjani tidak meminta lebih, majikannya itu juga memberikan Anjani beberapa bonus.
Gadis muda itu berpamitan dan pulang membawa hasil yang besar. Entah bagaimana ia mengatur keuangannya. Setiap bulan ia mengirim uang kepada keluarganya di kampung, dan saat ia pulang pun dengan ikhlasnya ia memberikan semua hasil kerja kerasnya kepada kedua orang tuanya.
"Mak, Teteh pengen kerja lagi." Pinta Anjani yang saat itu sedang disambut riang oleh keluarganya.
Emak yang mendengar hal itu merasa terkejut, padahal baru saja Anjani pulang tapi ia sudah mau pergi lagi.
"Teteh mau ke kota lagi?" Tanya Emak.
"Nggak Mak, tadi sebelum pulang, Teteh ke pondok dulu. Teteh pengen mondok di pesantren, abahnya (pemilik pesantren) juga nyariin Teteh pekerjaan Mak, jadi Teteh gak bakalan nganggur."
Anjani menjelaskan dan meyakinkan kedua orang tuanya bahwa kepergiannya itu tidak akan membuat orang tuanya terbebani. Anjani juga bilang bahwa tempatnya itu tidak jauh dari kampungnya, dan hanya melewati beberapa desa saja.
Emak merasa terharu, ternyata anaknya ini masih ingin menimba ilmu pendidikan. Karena niat baiknya, Emak mengizinkan Anjani untuk pergi lagi meninggalkan rumah.
Esoknya Anjani langsung berangkat, ia berangkat sendiri diantarkan oleh sopir ojeg. Melalui beberapa kampung dan jalanan berkebun, sampailah Anjani di sebuah kampung yang strategis dengan fasilitas sosial.
Sudah hampir 6 bulan lamanya Anjani mondok di pesantren sambil bekerja. Pagi hari Anjani keluar dari pondok untuk pergi bekerja dan kembali saat petang. Ia hanya perlu berjalan kaki beberapa puluh meter dari pondok pesantren menuju rumah sang majikan.
Saat itu, Anjani sedang mengerjakan pekerjaannya. Ia mencuci pakaian sang majikan menggunakan mesin cuci.
"Neng, ke sini sebentar!" Teriak Sang Majikan.
"Iya Bu."
Anjani yang merupakan seorang pembantu, langsung berlari kecil menghampiri sang majikan yang tengah berada di ruang tamu. Terlihat ada seorang tamu yang sedang duduk di sofa.
"Neng, sini duduk," majikannya itu mempersilahkan Anjani untuk ikut duduk di sofa. Lantas Anjani duduk sesuai dengan perintah majikannya.
"Ada apa ya Bu?" Tanya Anjani ragu-ragu.
"Ini tetangga kita Neng, katanya dia pengen kenalan sama Neng," jelas majikannya.
Anjani yang merupakan seorang pembantu merasa tidak enak. Bagaimana bisa pria seperti dia ingin berkenalan dengan seorang pembantu seperti Anjani.
"O-oh, iya Bu,"
Ada perasaan buruk yang masuk ke dalam hati Anjani. Pria yang dikenalkan oleh majikannya itu terlihat sudah cukup tua. Anjani merasa tidak nyaman, tapi ia tak mau dicap tidak sopan di hadapan sang majikannya itu.
"Saya Ghandi Neng. Neng ini siapa namanya?" Tanya pria tua itu sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Anjani Pak," dengan ragu Anjani membalas uluran tangan pria tua itu.
Sejak hari itu, Pak Ghandi sering muncul di hadapan Anjani dan mengajak Anjani untuk mengobrol. Sang majikan juga membiarkan Anjani untuk bersantai dengan tetangganya itu.
Tapi obrolannya itu semakin lama semakin mendalam. Yang membuat Anjani terkejut adalah perkataannya saat itu.
"Neng, saya pengen kenal lebih deket sama Neng. Boleh gak kalo saya bertemu dengan keluarga Neng?" Pinta Pak Ghandi.
Anjani mencoba untuk berpikir positif, ia takut salah pengertian dan mencoba menanyakannya.
"Untuk apa ya Pak?" Tanya Anjani ragu-ragu.
"Mungkin Neng sudah tahu sejak awal, saya ini sebenarnya suka sama Neng. Saya pengen lebih serius sama Neng. Kalau boleh, saya pengen ketemu sama orang tua Neng, dan ngelamar Neng secepatnya," jelas Pak Ghandi tanpa ragu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments