Terikat Cinta Lain
Anyelir seorang gadis kampung yang sederhana, cantik, baik dan lugu ingin merantau ke ibu kota dengan hanya bermodal ijazah SMU. Ia berharap mendapatkan pekerjaan yang layak hingga bisa mengubah keadaan ekonomi keluarganya, seperti teman-temannya yang sudah lebih dahulu meninggalkan kampungnya.
Iming-iming gaji yang besar, kerja yang enak gemerlapnya kehidupan kota dan tuntutan hutang orang tuanya membuat Anyelir ingin segera bekerja.
Tina, nama teman Anyelir yang telah bekerja disebuah hotel bintang lima di ibu kota. Setiap 6 bulan sekali Tina pasti pulang ke kampungnya untuk menjenguk orang tuanya. Dalam waktu setahun saja kini kehidupan keluarga Tina berubah drastis semenjak ia bekerja di kota.
Rumah mereka dari yang semula hanya rumah berdinding tepas kini sudah dibangun dengan dinding tembok permanen. Ayah Tina kini bisa membeli sawah dan juga kerbau. Jadi sekarang Ayah Tina tidak perlu lagi harus bekerja sebagai buruh disawah tetangga. Ayah Tina kini hanya cukup mengelola sawah dan memelihara kerbau yang telah Tina belikan.
Keadaan ekonomi orang tua Anyelir yang terbilang pas-pasan membuatnya ingin segera ikut dengan Tina bekerja dikota.
Tiga hari lalu Tina baru saja pulang ke kampung mereka dan tak sengaja hari ini bertemu dengan Anyelir ketika ia hendak kepasar.
Tina pun menyapa Anyelir " Hai Anyelir bagaimana kabar kamu? ". Apakah kamu sudah bekerja?
Anyelir yang melihat Tina berjalan kearahnya pun segera menghentikan sepedanya.
"Belum Tina, setelah tamat sekolah aku hanya membantu Ibu membereskan rumah, mencuci dan memasak. Sementara ibuku ikut dengan Ayah sebagai buruh tani disawah Pak Lurah".
Sebenarnya aku ingin merantau seperti kamu tapi Ayah ibuku melarang, kata mereka takut melepasku sendirian karena tidak ada keluarga di ibukota yang bisa menjagaku dan sebagai tempat aku menginap sementara.
Anyelir yang melihat penampilan Tina memakai baju branded dan sedikit perhiasan yang membuat penampilannya semakin cantik, tak sabar ingin segera ikut ke kota.
Oh ya Tina, bolehkah aku ikut kamu ke kota?
Mana tau masih ada lowongan pekerjaan buatku ditempatmu bekerja. Aku ingin sekali membantu ekonomi kedua orang tua ku seperti hal nya kamu. Aku kasihan melihat mereka, usia mereka sudah semakin tua. Aku ingin segera bisa membahagiakan mereka.
Siapa tahu dengan adanya kamu aku diizinkan mereka pergi ke kota.
" Tentu saja boleh Anyelir, masih ada lowongan kok ditempat ku bekerja. Sebentar ya aku tuliskan alamatnya, jadi nanti kamu bisa segera menyusul".
Tina segera membuka tasnya, mencari pena dan secarik kertas dan langsung menuliskan alamat kost nya dan nomor hand phonenya.
Ia kemudian menyerahkan kertas itu kepada Anyelir.
" Nanti sore aku berangkat, kalau kamu mau bisa ikut berangkat hari ini juga ".
"Terima kasih Tina, nanti aku menyusul saja ya. Aku mau bicarakan semuanya dulu kepada orang tuaku".
"Oh....baiklah. Jika jadi berangkat telephone saja ya...".
"Oke Tina, sekali lagi terima kasih ya".
" Sama-sama Anyelir, Aku permisi dulu karena masih ada yang harus aku beli buat oleh-oleh pulang ke kota nanti".
Anyelir pun melanjutkan perjalanannya untuk membeli sayur dan lauk. Sepulang dari pasar ia langsung memasak untuk keperluan makan siang yang akan ia antar ke sawah tempat orang tuanya bekerja.
Bekal makan siang untuk orang tuanya telah disusun dirantang dan siap untuk diantar. Dengan mengayuh sepedanya ia segera mengantar bekal itu karena jam makan siang hampir tiba.
Setiba ia disawah ia melihat Ayahnya sedang berbicara dengan seseorang. Kelihatannya yang mereka bicarakan sangat serius. Sementara ibunya sedang membereskan peralatan kerja mereka kemudian bersiap untuk istirahat.
Anyelir mendekati ibunya. " Bu, siapa itu yang sedang berbicara dengan Ayah? Kelihatannya begitu serius Bu dan tamu Ayah sepertinya sedang marah ".
" Oh, hanya teman lama Ayah nak. Mungkin ada kesalahpahaman diantara mereka, nanti juga bakalan selesai. " Mari kita ke gubuk dulu, kita susun bekal makanannya sambil menunggu Ayahmu".
Ibu kelihatan sengaja menghindar agar Anyelir tidak bertanya lebih jauh.
Mereka berjalan kegubuk yang terletak diujung sawah tempat orang tua Anyelir bekerja.
Anyelir membuka rantang dan menyiapkan piring untuk Ayah, Ibu dan juga dirinya. Terhidanglah menu sayur asam, sambal terasi, ikan asin dan tempe goreng.
"Wah..... inikan menu kesukaan ayah kamu, pasti Ayah sangat lahap nanti makannya".
"Iya bu, Anyelir sengaja memasaknya agar Ayah dan ibu makan yang banyak biar kuat tenaganya. Masih banyak yang harus dikerjakan disawah kan bu?
"Iya nak, lagi mulai musim tanam jadi banyak yang harus kami kerjakan".
Tamu Ayah telah pergi, Ayah segera mencuci kaki dan tangannya kemudian menyusul mereka ke gubuk.
"Waduh....enak sekali menu hari ini, kamu tau aja nak selera Ayah".
"Iyalah yah, cuaca panas gini dengan angin semilir pasti enak yah kita menyantap menu seperti ini".
"Ayo, kita mulai makan. Jangan ngobrol saja, nanti semua hidangan jadi dingin malah jadi hilang selera makan kita", ucap ibu Anyelir.
Anyelir mengambilkan nasi, lauk berikut sayurnya untuk ayahnya dan kemudian untuk ibunya baru ia mengambil untuk dirinya sendiri.
Anyelir sangat menyayangi kedua orang tuanya.
Ia akan membantu sebisanya melayani kedua orang tuanya.
Selesai makan mereka pun melaksanakan sholat Dzuhur. Selesai sholat Anyelir bertanya kepada ayahnya.
"Ayah, siapa tadi itu tamu Ayah. Kenapa sepertinya ia marah terhadap Ayah?
"Oh itu teman Ayah nak, Dia bukan marah sama Ayah kok nak, kamu tidak perlu khawatir. Sudah sana pulang dan istirahat. Kamu pasti belum istirahat sejak subuh kan?
"Iya yah, nanti setelah Anyelir buatkan kopi untuk Ayah baru Anyelir pulang".
Ayah dan ibu kembali turun ke sawah untuk melanjutkan pekerjaannya, sementara Anyelir masih duduk di gubuk sambil memperhatikan kedua orang tuanya dari kejauhan.
Anyelir yakin pasti orang tuanya lagi ada masalah tapi mereka berusaha menyembunyikannya darinya.
Dia masih penasaran nanti sambil berjalan pulang dia akan coba mencari tau siapa tamu Ayah tadi dan kenapa dia marah terhadap ayahnya.
Rencananya ia akan bertanya kepada teman baik ayah dan Ibu yang bekerja disawah sebelah.
Setelah membuat kopi, Anye begitulah sapaan akrab untuk dirinya segera bergegas menapaki pematang sawah ingin menemui teman Ayah dan ibunya yang bekerja disawah sebelah.
Setibanya ia disana, ia mengucap salam kemudian mendekati mereka.
"Nak Anye ada apa ya kesini, nanti kotor lho kaki nak Anyelir terkena lumpur".
"Nggak apa apa kok bi, paman".
"Begini bi, paman ada yang ingin Anye tanyakan. Tadi ketika Anye mengantar makan siang buat Ayah dan ibu Anye melihat Ayah sedang berbicara dengan seseorang tapi Anye tidak mengenalnya. Dia terlihat marah-marah terhadap Ayah, ketika Anye tanya ke Ayah dan ibu mereka sepertinya sengaja menyembunyikan sesuatu dari Anye bi, paman".
"Tolong Anye bi, siapa tau bibi kenal. Anye nggak mau ibu dan Ayah terlibat masalah".
"Begini nak, sebenarnya kami tidak mau ikut campur tapi karena kamu mendesak, bibi akan beritahu. Sebenarnya tamu Ayah kamu tadi itu seorang rentenir, dia mendesak agar ayah kamu segera melunasi hutang-hutangnya. Tapi saat ini ayahmu belum ada uang untuk melunasinya, jadi seiring berjalannya waktu bunganya semakin membengkak.
Bibi dan paman juga lagi tidak punya uang nak untuk membantu mereka. Kalau Ayah kamu belum bisa membayarnya juga, mereka setiap hari pasti akan datang mengancam ayahmu. Kadang bos mereka yang datang dan kadang juga anak buahnya nak yang selalu marah- marah.
Anyelir tertegun mendengar perkataan bibi dan paman sahabat orang tuanya itu. Ia kini bertekad nanti malam harus segera bicara dengan kedua orang tuanya tentang keinginannya untuk bekerja di kota. Dia ingin segera membantu kesusahan Ayah dan ibunya dengan hasil kerjanya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada paman dan bibi yang telah memberitahukan kesulitan orang tuanya kemudian ia beranjak untuk segera pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Erna Yunita
Bismillahirrohmanirrohim
2022-10-02
0
Reni
aku hadir kak,
2022-03-19
2
Virushe Aira
mampir kesini
2022-02-16
1