Waktunya sholat maghrib tiba, Anyelir menjalankan ibadah kemudian berdandan. Ia memakai gaun yang diberikan Tina kemudian sedikit merias wajahnya dengan riasan natural. Anyelir yang pada dasarnya memang cantik kini bertambah anggun dengan balutan gaun malam dan hijab yang dikenakannya.
Tina dan teman-temannya berdecak kagum melihat penampilan Anyelir malam ini.
'"Sempurna, kamu sangat cantik seperti seorang putri. Gadis kampung menjelma bak putri raja".
Haahaaahaaa..... semua yang berkumpul ikut tertawa.
"Beneran Nye, kami pangling lho lihat kamu." Puji Diah.
Sri, Rita dan Ani ikut mengacungkan jempol.
"Kalian bisa aja, semuanya berkat Tina tuh yang telah menyulap ku menjadi seperti ini."
Bu Ida datang menghampiri mereka, "Wah, putri ibu cantik sekali....mau kepesta ya nak Anye?"
"Tidak bu, hanya makan malam bersama bos bu untuk menebus kesalahan kemaren."
" Oh..... itu lho nak ada seseorang yang menjemput kamu, katanya supir bos kamu. Ibu menyuruhnya menunggu di teras."
" Sudah datang ya bu, Anye pamit dulu ya bu, Tina. Mari teman teman semua !!!"
"Hati-hati ya Nye", seru mereka semua.
"Semoga kebaikan selalu menghampirimu Nye, lanjut Tina.
"Aamiin..... Terimakasih Tina".
Anye segera menghampiri pak supir.
"Sudah siap Non? Tuan Satya sudah langsung menuju ke The Awan Lounge. Kita harus segera berangkat non agar Tuan tidak menunggu kita terlalu lama."
"Baiklah pak, saya juga sudah siap".
Selama perjalanan Anye hanya diam saja, ia mencoba mengatur perasaannya. Rasa takut, sungkan berkecamuk jadi satu di dalam hatinya. Sebenarnya apa yang akan diputuskan bosnya tentang hukuman atas kesalahannya, itulah yang menjadi tanda tanya besar di dalam hatinya.
Mereka telah sampai disana, ketika Anye keluar dari mobil ternyata Satya juga telah sampai. Satya sangat tampan malam ini, ia mengenakan kemeja putih dilapisi sweter berwarna abu-abu dengan warna celana juga senada dengan bajunya. Hati Anyelir sedikit bergetar melihat lelaki tampan di depannya ini.
Satya juga terpana ketika melihat Anyelir keluar dari dalam mobil, hatinya berkata cantik...sempurna. Ia tersentak ketika Anyelir menyapanya.
"Selamat malam Tuan, maaf jika saya terlambat."
"Hemmm, saya juga baru datang."
"Pak.... bapak pulang saja ya, nanti Nona Anyelir pulangnya biar saya saja yang antar. Ini pak buat beli makanan untuk anak-anak di rumah". Satya memberikan tiga lembar uang ratusan kepada Pak Edi, supir pribadinya itu.
"Terimakasih Tuan, Saya permisi Tuan."
Satya mengangguk.
"Mari nona Anyelir kita ke dalam." Ajak Satya.
Anyelir mengikuti langkah Satya menuju ke tempat yang telah dipesan sebelumnya. Restoran terletak di lantai 9 Hotel Kosenda, rooftop ini bertema garden, unik serasa kita tidak berada di Jakarta tapi berada dipuncak. Selain konsepnya yang sederhana dan bisa dibilang cukup minimalis, tempat ini juga memiliki desain yang berbeda dari rooftop lain.
Satya lebih memilih nuansa alam terbuka seperti ini dengan menyajikan makanan khas ala Indonesia yaitu soto betawi, ayam penyet cabe ijo dan lontong sayur. Ia menginginkan suasana yang lebih rileks untuk Anyelir yang pastinya belum terbiasa dengan ala barat. Satya mempersilakan Anyelir duduk. Kemudian pramusaji menghampiri mereka dengan membawa catalog menu.
"Kamu mau makan dan minum apa Nona Anyelir?" tanya Satya sambil menyodorkan katalog menu kepadanya.
Setelah melihat-lihat katalog, Anyepun segera memesan makanan dan minumannya
"Saya pesan orange jus dan Soto betawi saja Pak", jawab Anyelir.
"Mas....soto betawi 1, ayam penyet cabe ijo 1, orange jus 2, air mineral 2 dan bawakan kami puding ya mas", ucap Satya kepada pramusaji.
"Baik tuan,"
"Tidak ada tambahan lain kan Nona Anyelir? tanya Satya kembali."
"Tidak pak, itu saja sudah cukup".
"Baik mas itu saja pesanan kami".
Pramusaji beranjak dari hadapan mereka untuk menyiapkan pesanan. Sebelum pesanan tiba Satya mencoba membuka percakapan. Ia ingin menghilangkan rasa canggung diantara mereka.
"Nona Anye, indah ya pemandangan kota Jakarta dilihat dari sini?"
"Iya pak," jawab Anye.
"Saya sengaja memilih tempat terbuka seperti ini agar kita lebih santai. Kita sudah lelah bekerja seharian saatnya kini kita melepas lelah. Oh ya Nona, sudah berapa lama kamu tinggal disini? "
"Sudah hampir dua bulan Pak."
"Kenapa kamu memilih meninggalkan kampung halaman dan meninggalkan orang tua kamu?"
"Panjang ceritanya pak", Sejenak Anyelir menghela napas.
Ketika Anyelir hendak melanjutkan ceritanya, peramusaji tiba mengantarkan pesanan mereka.
"Silahkan Tuan, Nona dinikmati hidangannya !"
"Terima kasih mas", jawab keduanya.
"Mari Nona kita makan dulu, nanti kita lanjutkan pembicaraan kita tadi."
Anyelir hanya mengangguk setuju.
Keduanya menyantap hidangan dalam keheningan, hanya dentingan sendok mereka saja yang terdengar.
Selesai mereka makan, pramusaji membereskan meja dan hanya meninggalkan orange jus dan dua botol air mineral yang masih tersisa.
"Oh ya nona, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi."
"Tuan....panggil saja saya Anyelir atau Anye, rasanya panggilan nona kurang pantas buat saya."
"Baiklah saya akan panggil kamu Anye asal kamu juga panggil saya Satya."
"Itu tidak mungkin Pak, mana berani saya memanggil bapak hanya nama saja. Bapak adalah bos saya tentu saja panggilan nama kurang sopan. Apa nanti kata orang yang mendengarnya Pak."
"Begini saja.... jika dikantor karena saya atasan kamu, boleh panggil saya Bapak. Tapi jika diluaran kamu harus panggil saya dengan sebutan nama saja, Oke....deal. Jadi sekarang panggil saja saya Satya."
"Baiklah pak..... eh baiklah Satya".
"Nah gini kan lebih enak kedengarannya."
"Coba lanjutkan cerita kamu tadi Nye, aku ingin lebih mengenalmu."
"Tapi Sat......".
"Ceritalah.... ini perintahku sebagai bosmu! biar aku bisa memutuskan hukuman apa yang sesuai buatmu untuk ganti rugi masalah kemaren. Ayo ceritalah.... aku ingin mendengarnya sekarang langsung darimu."
Anye menceritakan tentang kehidupannya yang mengharuskan ia meninggalkan orang tua yang paling dia cintai, menceritakan tentang harapan mendapatkan uang yang banyak dengan merantau ke kota agar bisa segera menyelesaikan semua masalah, cerita tentang rentenir yang terus mendesak mereka dan akan menjadikannya istri keempat dan menceritakan tentang kehidupan kota yang ternyata tidak semuanya seperti apa yang telah ia bayangkan.
"Aku tidak ingin menyerah tapi aku juga tidak tau harus berbuat apa, dan kini bertambah lagi masalah tentang ganti rugi kerusakan mobilmu. Rasanya hidup ini tidak adil bagiku. Aku ibarat pribahasa sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Apa aku harus menyerah saja ya Sat dengan tawaran Tuan Danu sang rentenir yang akan menjadikanku sebagai istri keempatnya, supaya semuanya selesai dengan begitu orang tuaku bisa bebas dari hutangnya dan hidup tenang. Karena tujuan utama hidupku kini hanyalah membuat mereka bahagia."
"Memangnya kamu yakin, jika kamu ambil keputusan itu hidup orang tuamu bisa tenang?"
Anye hanya bisa terdiam dan menghempaskan napasnya dengan kasar sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Begini Nye aku punya solusinya. Jika kamu setuju....kamu tidak usah membayar kerugian atas kerusakan mobilku, hutang ayahmu kepada rentenir itu akan aku lunasi dan aku akan memberikan sejumlah uang agar ayahmu bisa membeli sawah, ladang dan hewan ternak hingga mereka tidak perlu lagi bekerja menjadi buruh tani di sawah orang lain. Dan satu lagi aku akan membiayai hidupmu, memenuhi semua kebutuhanmu selama kamu mematuhi semua perjanjian kita."
Anye seketika mendongakkan kepalanya, melepaskan kedua telapak tangan dari wajahnya, menatap Satya dengan bingung, heran, dan rasa tak percaya bahwa masalahnya akan terselesaikan hanya dengan satu kata setuju dari mulutnya.
"Aku serius Nye....menikahlah dengan ku, aku akan segera menyelesaikan semua masalahmu."
"Maksudmu...."
"Jadilah istriku dan lahirkanlah putra/putri untuk penerus keluargaku dengan beberapa persyaratan yang akan kamu tanda tangani jika nantinya kamu setuju."
Anye semakin bingung dengan apa yang dikatakan Satya. Tidak ada angin tidak ada hujan, tanpa ada ucapan cinta karena mereka baru saja kenal dan memiliki status yang berbeda, tiba-tiba saja mengajak menikah. Anye merasa terkejut bagai disambar petir disiang bolong.
"Kamu tinggal memilih Nye menikah dengan Tuan Danu sang rentenir atau menikah denganku."
"Bagaimana mungkin kita menikah Sat, kita baru saja kenal, baru saat ini dekat dan tidak ada cinta diantara kita lagian saya dengar kamu juga sudah mempunyai istri".
Dengan berat Satya menjawab dan menceritakan beban berat yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang terutama terhadap bawahannya selain Radit yang telah dianggapnya sebagai saudara.
"Iya.....memang aku sudah mempunyai istri dan aku sangat mencintainya. Aku tidak akan bisa mencintai wanita lain selain dia. Dia hidupku tapi kebahagiaan keluargaku terutama kakek, juga tanggung jawabku. Aku memintamu untuk menikah denganku agar bisa melahirkan keturunan untuk penerus keluargaku. Aku adalah anak tunggal sementara istriku tidak bisa hamil lagi sejak dokter memfonisnya ada sel kanker di dalam rahimnya dan telah menyebabkan calon anak kami meninggal sebelum sempat melihat dunia. Proses kemotrapy telah membuatnya tidak bisa hamil lagi."
Mendengar penuturan Satya, hati Anye terasa sakit. Jika dia setuju menikah dengan Satya dia hanya akan menjadi pelahir keturunan tanpa mendapatkan cinta Satya sebagai suaminya karena Cinta Satya hanya untuk istri pertamanya.
"Mengapa kamu memilihku Sat untuk melahirkan putra/putrimu sementara banyak wanita disekelilingmu yang pastinya jauh lebih baik dariku."
"Sebelum ini aku telah meminta sahabatku yang merangkap asisten pribadiku untuk menyelidikimu, mencari info tentang asal usul dan latar belakang keluargamu."
"Jadi sebenarnya kamu sudah mengetahui sebelumnya tentang masalah yang menimpa keluargaku".
"Ya, jawab Satya. Aku memutuskan memilihmu karena aku yakin kamu bisa menjadi ibu yang baik dan mungkin bisa melahirkan keturunan yang baik pula untuk keluargaku. Aku sangat menyayangi kakek, beliau ingin sebelum maut menjemput bisa melihat dan menggendong putra/putriku yang merupakan penerus keluarga Permana. Jika kamu setuju aku akan menyuruh pengacaraku membuat point-point isi perjanjian kita yang nantinya bisa kamu pelajari dulu sebelum kamu menandatanganinya. Yang utama dalam perjanjian ini aku tidak bisa menjanjikan cinta untukmu tapi kamu tetap boleh memilih meneruskan atau memutuskan pernikahan kita setelah kamu melahirkan. Soal hak asuh anak akan jatuh kepadaku tapi aku tidak akan pernah menutupi identitasmu sebagai ibunya. Mengenai point-point lain nanti akan dijelaskan oleh pengacaraku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Alea Putrie
bismillah terima aja anye siapa tau dengan berjalan nya wkt cinta itu akan dtg dengan sendirinya
2024-12-06
0
Shinta Dewiana
udah terima aja drpd jd istri ke 4...gmn coba
2023-05-24
0
Mbah Edhok
memilih langkah dan memantapkan ...?
2023-01-24
0