"Do'akan Anye ayah.... ibu, agar Anye bisa bahagia dalam menjalani rumah tangga nantinya".
"Kami selalu mendoakan kamu nak agar bahagia selalu menyertai hidupmu. Ayah dan ibu sangat senang mendengar berita ini. Kami akan segera melihatmu menjadi pengantin, mendapatkan menantu dan terutama bisa segera menimang cucu".
Ibu menangis kemudian memeluk Anyelir, ia tidak menyangka gadis kecil yang selama ini ditimangnya ternyata sudah akan menikah, akan meninggalkan keluarganya demi keluarga suaminya.
Guratan kesedihan dan kelelahan yang tadinya terlihat jelas diwajah ayah dan ibu Anyelir kini sirna berganti rona bahagia. Anyelir yang melihat kedua orang tuanya bahagia merasa senang. Ia bertekad akan menyembunyikan kesedihannya sendiri. Dan Ia akan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangganya nanti. Sesulit apapun rumah tangganya nanti ia akan berusaha bertahan setidaknya demi orang tuanya dan demi mendapatkan cinta dan ridho suaminya.
Sesaat Anye merasakan hangatnya pelukan seorang ibu yang selama ini ia rindukan, ia pun menangis di dalam pelukan ibunya. Saat rasa bahagia sedang menyelimuti rumah itu tiba-tiba terusik oleh suara teriakan dari luar dan gedoran pintu yang sangat keras hingga mengejutkan mereka.
"Bukaaa....bukaaa....buka pintunya".
Dooor....dooor.....dooor.....dooor.
Bukaaa....ayo buka, jika tidak dibuka juga, kami akan mendobraknya.
Pintu terus digedor hingga ayah beranjak dari duduknya dan membukanya.Ternyata yang datang adalah Tuan Danu dan kelima anak buahnya.
Mereka menerobos masuk hingga membuat ibu dan Anyelir ketakutan. Ayah berusaha menghadang tapi apalah daya, tenaga tua satu orang melawan enam orang sudah pasti kalah.
Ayah dipegangi oleh kedua anak buah Tuan Danu. Kedua tangan ayah diikat kebelakang hingga ayah tak bisa melawan. Sementara ibu dan Anyelir menangis melihat mereka mencengkeram rahang ayah dengan keras.
"Tolong...tolong....tolonglah jangan siksa ayahku. Tolong lepaskan ayahku. Bukannya kami telah berjanji sebulan lagi kami akan melunasinya".
Wah....ternyata kamu semakin cantik setelah tinggal dikota. Aku jadi tidak sabaran ingin cepat menikahimu manis....Tuan Danu berusaha mendekati Anyelir dan Ibu segera menghadangnya.
Sambil merentangkan kedua tangannya ibu berkata, Tolong Tuan .....tolong, jangan ganggu kami....jangan ganggu putriku. Ia pasti akan membayarnya sesuai peranjian.
"Kami hanya mengingatkan, kalian jangan coba-coba lari dan inkar janji dengan saya. Itu ada mobil diluar milik siapa! Tidak boleh ada laki-laki lain yang mendekati calon istriku ...gubrak...gubrak gubrak... Tuan Danu marah dan menendang kursi kursi yang ada di depannya.
Ayah terus meronta agar segera dilepaskan, tapi tetap tidak bisa. Ketiga anak buah Tuan Danu yang lain, terus mengobrak abrik barang-barang yang ada disana.
Tuan Danu kembali mendekati Anyelir, kali ini ia berhasil menarik tangan Anyelir. Anyelir menjerit dan menangis begitu juga dengan ibu.
Ketika ia hampir berhasil menarik Anyelir ke dalam pelukannya, tiba-tiba terdengar suara lantang
"Lepaskan mereka!!! lepaskan.....ayo lepaskan, Pak Edi terus berteriak sambil mengarahkan pistolnya ke arah Tuan Danu. Jika kalian tidak melepaskannya peluru ini akan menembus dada bos kalian".
"Kamu siapa!!! kenapa kamu ikut campur, kamu tidak punya hak untuk ikut campur, dia itu calon istriku....teriak Tuan Danu sambil menunjuk Anyelir. Tuan Danu memberi kode kepada anak buahnya agar segera menyergap pak Edi. Tapi sayang pak Edi telah waspada, ia menembakkan pelurunya mengarah ke kaki salah satu anak buah tuan Danu.
Hampir saja peluru itu mengenai kaki salah satu pengawal Tuan Danu.
"Kamu mau tau siapa aku", Pak Edi mengeluarkan sebuah lencana TNI yang membuat Tuan Danu beserta anak buahnya terkejut.
"Walaupun kamu anggota TNI kamu tetap tidak berhak ikut campur urusanku dengan calon istriku", lanjut Tuan Danu.
"Siapa bilang Nona Anyelir calon istrimu! Dia adalah calon nyonya kami", Pak Edi menyatakan dengan tegas posisi Anyelir sekarang.
"Aku akan melindungi calon istri bos kami, apalagi dari rentenir sepertimu".
"Enak saja kamu bilang dia calon nyonyamu, lunasi dulu hutang ayahnya jika kalian ingin mengambilnya dariku. Kami telah sepakat dan mereka telah menandatangani perjanjian, jika dalam sebulan kedepan mereka tidak juga bisa melunasi hutangnya maka gadis cantik itu akan menjadi istri keempatku".
"Dasar bandot tua, serakah !, sudah punya tiga tidak puas juga. Ini bicara langsung dengan bos kami".
Pak Edi segera melakukan panggilan Video ke telphone genggam Satya. Satya memang telah berpesan kepada pak Edi untuk melindungi Anyelir selama ia di kampung. Jika terjadi sesuatu pak Edi harus menghubunginya.
Panggilan pun tersambung, terlihat wajah Satya disana. Pak Edi menghidupkan speaker pada telphone genggamnya kemudian ia menceritakan semua yang terjadi di rumah orang tua Anyelir.
Satya sangat marah, ia memerintahkan pak Edi agar memberikan telphone genggamnya kepada Tuan Danu. Satya ingin berbicara langsung dengan rentenir itu.
Pak Edi memberikan telphone itu kepada Tuan Danu. Kemarahan terlihat jelas diwajah Satya, saat ia melihat wajah Tuan Danu muncul dilayar hand phonenya.
"Kamu jangan coba-coba menyentuh gadis itu! Dia adalah calon Nyonya dari keluarga Permana. Berapapun hutang mereka akan aku bayar sekarang juga, kamu tinggal sebutkan berapa jumlahnya 1M, 2M atau 1T. Saat ini juga asisten pribadiku akan mentransfer uangmu. Tapi jika sedikit saja Anyelir tergores olehmu atau juga karena anak buahmu jangan salahkan aku jika besok pagi kalian tidak akan bisa melihat terbitnya matahari".
Ancaman Satya tidak main-main, ia bisa membuktikan omongannya. Ia tinggal memencet nomor yang ada di hand phonenya maka dengan cepat orang yang ditelphonenya akan bergerak dan bertindak. Nyali Tuan Danu menciut mendengar ucapan Satya. Kakinya bergetar dan hampir jatuh terduduk jika ia tidak berpegangan pada kursi yang ada didekatnya. Kemudian Satya melanjutkan ucapannya.
"Sekarang juga kalian berikan surat perjanjian itu kepada Pak Edi beserta nomor rekeningmu dan secepat mungkin asistenku akan segera mentransfer uangmu".
Tanpa berfikir lama, Tuan Danu mengkode anak buahnya agar mendekat. Kemudian ia memerintahkan mereka untuk mengambil berkas perjanjian hutang milik ayah Anyelir di dalam mobil dan menuliskan nomor rekening bank ke dalam secarik kertas. Setelah ia memeriksanya kemudian ia memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyerahkannya kepada Pak Edi.
Pak Edi menerima dan memeriksa berkas itu kemudian memfotonya. Selanjutnya mengirimkan foto tersebut berikut nomor rekening ke handphone Satya.
Tak membutuhkan waktu yang lama, terdengar suara nada pesan masuk di hand phone Tuan Danu. Tuan Danu segera membuka pesan masuk di hand phonenya dan terlihatlah disana SMS banking yang memberitahukan bahwa telah masuk uang sejumlah 100jt rupiah ke dalam rekeningnya.
Setelah menutup handphonenya ia segera memerintahkan anak buahnya untuk pergi meninggalkan rumah itu.
Ayah dan ibu Anyelir yang melihat kejadian itu merasa kagum terhadap calon menantunya. Ternyata betapa besar pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki calon menantunya itu hingga hanya dengan ancaman melalui telphone genggam saja bisa membuat Tuan Danu dan pengawalnya ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
bhuaaaaaa...setya di lawan...😊
2023-05-24
0
Tiah Sutiah
semoga satya berubah nanti nya mau menyayangi dan mencintai anye
2021-11-26
1
Juliatik
Belum pede...😅😅😅
2021-10-28
0