Satya Permana tiba di rumahnya yang telah ia tinggalkan lebih dari setahun yang lalu, rumah itu masih tampak sama seperti saat ia dan istrinya masih tinggal disana. Bagian dalam rumah dan halaman semuanya bersih, perabotanpun masih tertata rapi ditempatnya, bunga-bunga juga indah terawat menambah keasrian dan kesegaran di rumah itu. Satya memang sengaja mempekerjakan Bi Ratih dan mang Ujang untuk tinggal dan merawat rumah selama mereka tinggal di Amerika.
Walau keadaan rumah masih sama tapi bagi Satya jelas ada yang hilang. Keceriaan dirumah itu telah hilang sejak sang istri tercinta di ponis oleh dokter mengidap kanker rahim. Apalagi saat ini Nadia istrinya lebih memilih tinggal di Amerika hingga sampai saatnya nanti ia benar benar telah siap untuk kembali.
Kesepian......, kehampaan......,itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Satya saat ini. Rumah besar, kenderaan mewah, perusahaan dan harta warisan keluarga lainnya yang tidak akan habis digunakan hingga tujuh keturunan terasa tak ada arti baginya.
Satya berkeliling memandang setiap ruangan, ingatannya kembali menerawang ke masa-masa bahagia dimana ia dan Nadia selalu bercanda, tertawa, dan kadang menangis.
Kebersamaan, ikatan yang mereka ikrarkan masih terngiang-ngiang di ingatan Satya. Janji tidak akan pernah berpisah kecuali maut yang akan memisahkan, akankah semua itu bisa ia dan Nadia wujudkan?
Kini keraguan datang didalam hatinya, saat Nadia memintanya untuk menikah lagi karena dokter sudah mengatakan Nadia tidak akan bisa hamil lagi disebabkan pengaruh kemoteraphy yang saat ini sedang ia jalani.
Dan statusnya sebagai anak tunggal dikeluarganya membuatnya memikul tanggung jawab yang besar untuk memberikan penerus bagi keluarganya. Ia pribadi ikhlas jika sampai ajal menjemput tidak dikaruniai keturunan tapi ia juga tetap tidak bisa egois mementingkan perasaannya tanpa memikirkan keinginan orang tuanya.
Dilema dengan keputusan apa yang akan diambilnya membuatnya gelisah dan uring-uringan. Kini ia duduk diatas ranjang sambil memperhatikan foto pernikahannya yang dipasang didinding kamar. Satya mendesah dan menghembuskan nafas dengan kasar seakan ingin melepaskan beban berat dihatinya.
Keluarganya terutama sang kakek yang sangat menyayanginya memberinya waktu sebulan untuk mencari, memilih gadis yang akan dinikahinya sebagai istri keduanya. Jika lewat batas waktu yang ditentukan kakeknya, ia belum juga mendapatkan calon mempelai maka ia harus setuju dengan gadis pilihan dari sang kakek.
Dalam hal ini keluarganya tidak pernah memberikan batasan khusus tentang gadis seperti apa yang harus dipilih Satya. Mereka hanya berharap mendapatkan menantu yang baik, yang bisa memberikan kasih sayang terhadap Satya, terhadap keluarga dan terhadap anak keturunannya nanti dan terutama bisa menjaga marwah suaminya.
Karena lelah hati dan fikirannya, Satya merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil terus memandang foto istrinya.
"Sayang....kenapa kamu membiarkanku terjebak sendirian disini dalam situasi seperti ini. Aku bingung yang, disatu sisi aku sangat mencintaimu dan tak ingin menduakan kamu tapi disisi lain aku memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan garis keturunan keluargaku.
Kamu memang telah mengizinkanku, tapi aku tahu hati kamu pasti sakit harus berbagi suami harus rela melepasku untuk berbagi cinta dengan wanita lain. Maafkan aku yang, maafkan aku.....,"dan Satya pun akhirnya tertidur.
Keesokan pagi sebelum ke kantor, Satya terlebih dahulu pergi ke rumah keluarganya untuk menemui kakek dan orang tuanya yang telah lama menanti kepulangannya dari Amerika.
Satya melajukan mobilnya dengan tidak bersemangat karena kakek pasti akan menanyakan masalah yang sama. Tapi ia tetaplah seorang cucu, seorang anak, dan seorang hamba Allah. Ia tahu bahwa sesuai sabda Rasulullah SAW yang berbunyi "Ridho Allah itu tergantung dari ridho orang tua dan murka Allah juga tergantung kepada murka orang tua". (HR Tirmizi) ....."Dan do'a orang tua untuk anaknya sama dengan do'a Nabi terhadap umatnya".( HR. Ad Dailami).
Satya bertekad akan menjadi anak yang baik bagi orang tuanya dengan berharap mendapatkan ridho Allah untuk hidupnya.
Sesampainya Satya disana, ia disambut hangat oleh Papa, Mama dan kakeknya. Ketiganya secara bergantian memeluk Satya untuk melepaskan kerinduan mereka. Mereka menanyakan kabar menantunya dan turut prihatin atas apa yang menimpa Nadia.
Bi Darmi pembantu yang kerja disana sejak Satya kecil memanggil Tuannya agar sarapan bersama karena ia telah menyiapkan bermacam masakan kesukaan Tuan mudanya.
Mereka kemudian berkumpul diruang makan untuk menikmati hidangan yang telah disajikan oleh Bi Darmi. Satya mengacungkan jempol dan mengatakan bahwa masakan bi Darmi memang is the best dari dulu sampai sekarang.
Selesai makan sang Kakek bertanya kepada Satya "Bagaimana nak, sudah kamu pertimbangkan usul kami?".
Satya mengangguk, " Beri Satya waktu ya kek, Satya akan mencari sendiri calon istri buat Satya".
"Baiklah nak, mudah-mudahan pilihanmu kali ini merupakan perantara Allah untuk memberikan kebahagiaan bagi keluarga kita".
"Nanti kakek mau jiarah ke makam nenek mu, jika sempat kakek ingin singgah ke kantor nak, kakek ingin makan siang bareng kamu. Sejak kamu tinggal di Amerika kakek jarang keluar rumah".
"Iya kek, Satya tunggu kedatangan kakek. Nanti biar sekretaris Satya yang pesankan makanan kesukaan kakek dari restoran langganan kita ya kek".
Satya berangkat dulu kek, Pa, Ma. Assalamu'alaikum.
Wa'alaikumsalam, jawab kakek, Papa dan mamanya Satya.
Kamu anak yang baik nak, semoga Allah memberikan kebahagiaan dirumah tanggamu nanti", gumam Kakek.
Satya kembali ke kantor setelah sekian lama meninggalkan aktifitasnya. Ia menghubungi asisten pribadinya yang bernama Radit. Radit adalah teman baiknya sejak kecil dan telah dianggap sebagai saudara baginya.
Selama ia tinggal diluar negeri Radit lah yang bertanggung jawab menangani semua urusan hotel menggantikan dirinya. Kali ini Satya ingin meminta bantuannya lagi untuk menyelidiki latar belakang gadis yang kemaren sore sempat membuatnya kesal, dan membuat mobilnya rusak.
Radit segera menemui Satya di ruangannya,
"Selamat datang kembali boss!
"Darimana aja kamu Dit sejak kemaren sore kenapa hp mu tidak bisa dihubungi".
"Biasa boss, cuti sejenak nemani nyonya besar kontrol kerumah sakit".
" Heeeemmmm..... "
"Ada tugas penting hari ini yang harus kamu kerjakan".
"Tugas apa itu bos?"
Satya kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya kemaren sore saat mobilnya sengaja ia tabrakkan ke trotoar guna menghindari agar tidak menabrak Anyelir yang sedang melamun saat menyeberang jalan yang mengakibatkan kerusakan di bagian depan mobilnya. Memang sih kerusakannya tidak terlalu parah karena Satya sempat mengerem mobilnya tapi pasti lumayan mahal biaya perbaikannya untuk ukuran orang seperti Anyelir.
"Coba kamu selidiki gadis ini, dimana dia tinggal dan apa pekerjaannya, sekaligus latar belakang keluarganya.
Ini ada kartu identitasnya yang sempat aku tahan. Kemaren aku sudah menyuruhnya untuk menemuiku nanti siang sekitar jam 2 disini. Kita tidak tahu apa dia datang atau tidak. Tapi jika melihat dari penampilannya sepertinya dia gadis yang baik dan masih lugu serta bertanggung jawab. Karena ia terus mengucapkan kata maaf yang menurutku ia ucapkan dengan tulus. Ia juga sempat mengeluarkan semua isi dompetnya yang hanya sejumlah dua ratus ribuan saja dan kalau aku tidak salah dengar ia berasal dari kampung dan baru saja merantau dan bekerja disini.
Pokoknya semua Info tentang dia harus kamu cari sekarang juga, sebelum jam 2 siang nanti datanya sudah harus ada di meja kerjaku. Aku tidak mau tau gimana caramu untuk mendapatkannya. Jika nanti siang dia tidak datang, kerahkan anggotamu untuk mencarinya dan membawanya kehadapanku".
"Wah.....kenapa bos begitu ingin menyelidiki gadis ini. Apa uang sekarang sangat berarti bagi bos, hingga harus memaksa gadis miskin ini untuk membayar ganti rugi. Atau malah target memilih calon dimulai dari gadis ini.
Aku hanya ingin melihat seberapa besar tanggung jawabnya atas kesalahan yang telah ia perbuat. Mengenai mencari calon istri keduaku, aku memang menginginkan seorang gadis lugu yang kuharap dia tidak akan terlalu banyak menuntut. Karena sepertinya aku akan sulit membagi cintaku kepada wanita lain, seperti yang kamu tahu sedari dulu wanita yang kucintai hanyalah Nadia istriku. Harta bisa kubagi tapi hati dan cintaku, aku tidak yakin bisa membaginya. Yang kuharap dari wanita keduaku hanyalah bisa melahirkan keturunan untuk penerus keluargaku tidak untuk yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
haduh ..cinta berat...
2023-05-24
0
Mbah Edhok
satya ...
2023-01-24
0
Arin
heh tuan Satya yg terhormat,boleh skrng ngmg Kya gtu tpi sy sumpahin nanti tuan bakln bucin parah amiin???
2022-03-23
0