NovelToon NovelToon

Terikat Cinta Lain

Episode 1. Ingin bekerja

Anyelir seorang gadis kampung yang sederhana, cantik, baik dan lugu ingin merantau ke ibu kota dengan hanya bermodal ijazah SMU. Ia berharap mendapatkan pekerjaan yang layak hingga bisa mengubah keadaan ekonomi keluarganya, seperti teman-temannya yang sudah lebih dahulu meninggalkan kampungnya.

Iming-iming gaji yang besar, kerja yang enak gemerlapnya kehidupan kota dan tuntutan hutang orang tuanya membuat Anyelir ingin segera bekerja.

Tina, nama teman Anyelir yang telah bekerja disebuah hotel bintang lima di ibu kota. Setiap 6 bulan sekali Tina pasti pulang ke kampungnya untuk menjenguk orang tuanya. Dalam waktu setahun saja kini kehidupan keluarga Tina berubah drastis semenjak ia bekerja di kota.

Rumah mereka dari yang semula hanya rumah berdinding tepas kini sudah dibangun dengan dinding tembok permanen. Ayah Tina kini bisa membeli sawah dan juga kerbau. Jadi sekarang Ayah Tina tidak perlu lagi harus bekerja sebagai buruh disawah tetangga. Ayah Tina kini hanya cukup mengelola sawah dan memelihara kerbau yang telah Tina belikan.

Keadaan ekonomi orang tua Anyelir yang terbilang pas-pasan membuatnya ingin segera ikut dengan Tina bekerja dikota.

Tiga hari lalu Tina baru saja pulang ke kampung mereka dan tak sengaja hari ini bertemu dengan Anyelir ketika ia hendak kepasar.

Tina pun menyapa Anyelir " Hai Anyelir bagaimana kabar kamu? ". Apakah kamu sudah bekerja?

Anyelir yang melihat Tina berjalan kearahnya pun segera menghentikan sepedanya.

"Belum Tina, setelah tamat sekolah aku hanya membantu Ibu membereskan rumah, mencuci dan memasak. Sementara ibuku ikut dengan Ayah sebagai buruh tani disawah Pak Lurah".

Sebenarnya aku ingin merantau seperti kamu tapi Ayah ibuku melarang, kata mereka takut melepasku sendirian karena tidak ada keluarga di ibukota yang bisa menjagaku dan sebagai tempat aku menginap sementara.

Anyelir yang melihat penampilan Tina memakai baju branded dan sedikit perhiasan yang membuat penampilannya semakin cantik, tak sabar ingin segera ikut ke kota.

Oh ya Tina, bolehkah aku ikut kamu ke kota?

Mana tau masih ada lowongan pekerjaan buatku ditempatmu bekerja. Aku ingin sekali membantu ekonomi kedua orang tua ku seperti hal nya kamu. Aku kasihan melihat mereka, usia mereka sudah semakin tua. Aku ingin segera bisa membahagiakan mereka.

Siapa tahu dengan adanya kamu aku diizinkan mereka pergi ke kota.

" Tentu saja boleh Anyelir, masih ada lowongan kok ditempat ku bekerja. Sebentar ya aku tuliskan alamatnya, jadi nanti kamu bisa segera menyusul".

Tina segera membuka tasnya, mencari pena dan secarik kertas dan langsung menuliskan alamat kost nya dan nomor hand phonenya.

Ia kemudian menyerahkan kertas itu kepada Anyelir.

" Nanti sore aku berangkat, kalau kamu mau bisa ikut berangkat hari ini juga ".

"Terima kasih Tina, nanti aku menyusul saja ya. Aku mau bicarakan semuanya dulu kepada orang tuaku".

"Oh....baiklah. Jika jadi berangkat telephone saja ya...".

"Oke Tina, sekali lagi terima kasih ya".

" Sama-sama Anyelir, Aku permisi dulu karena masih ada yang harus aku beli buat oleh-oleh pulang ke kota nanti".

Anyelir pun melanjutkan perjalanannya untuk membeli sayur dan lauk. Sepulang dari pasar ia langsung memasak untuk keperluan makan siang yang akan ia antar ke sawah tempat orang tuanya bekerja.

Bekal makan siang untuk orang tuanya telah disusun dirantang dan siap untuk diantar. Dengan mengayuh sepedanya ia segera mengantar bekal itu karena jam makan siang hampir tiba.

Setiba ia disawah ia melihat Ayahnya sedang berbicara dengan seseorang. Kelihatannya yang mereka bicarakan sangat serius. Sementara ibunya sedang membereskan peralatan kerja mereka kemudian bersiap untuk istirahat.

Anyelir mendekati ibunya. " Bu, siapa itu yang sedang berbicara dengan Ayah? Kelihatannya begitu serius Bu dan tamu Ayah sepertinya sedang marah ".

" Oh, hanya teman lama Ayah nak. Mungkin ada kesalahpahaman diantara mereka, nanti juga bakalan selesai. " Mari kita ke gubuk dulu, kita susun bekal makanannya sambil menunggu Ayahmu".

Ibu kelihatan sengaja menghindar agar Anyelir tidak bertanya lebih jauh.

Mereka berjalan kegubuk yang terletak diujung sawah tempat orang tua Anyelir bekerja.

Anyelir membuka rantang dan menyiapkan piring untuk Ayah, Ibu dan juga dirinya. Terhidanglah menu sayur asam, sambal terasi, ikan asin dan tempe goreng.

"Wah..... inikan menu kesukaan ayah kamu, pasti Ayah sangat lahap nanti makannya".

"Iya bu, Anyelir sengaja memasaknya agar Ayah dan ibu makan yang banyak biar kuat tenaganya. Masih banyak yang harus dikerjakan disawah kan bu?

"Iya nak, lagi mulai musim tanam jadi banyak yang harus kami kerjakan".

Tamu Ayah telah pergi, Ayah segera mencuci kaki dan tangannya kemudian menyusul mereka ke gubuk.

"Waduh....enak sekali menu hari ini, kamu tau aja nak selera Ayah".

"Iyalah yah, cuaca panas gini dengan angin semilir pasti enak yah kita menyantap menu seperti ini".

"Ayo, kita mulai makan. Jangan ngobrol saja, nanti semua hidangan jadi dingin malah jadi hilang selera makan kita", ucap ibu Anyelir.

Anyelir mengambilkan nasi, lauk berikut sayurnya untuk ayahnya dan kemudian untuk ibunya baru ia mengambil untuk dirinya sendiri.

Anyelir sangat menyayangi kedua orang tuanya.

Ia akan membantu sebisanya melayani kedua orang tuanya.

Selesai makan mereka pun melaksanakan sholat Dzuhur. Selesai sholat Anyelir bertanya kepada ayahnya.

"Ayah, siapa tadi itu tamu Ayah. Kenapa sepertinya ia marah terhadap Ayah?

"Oh itu teman Ayah nak, Dia bukan marah sama Ayah kok nak, kamu tidak perlu khawatir. Sudah sana pulang dan istirahat. Kamu pasti belum istirahat sejak subuh kan?

"Iya yah, nanti setelah Anyelir buatkan kopi untuk Ayah baru Anyelir pulang".

Ayah dan ibu kembali turun ke sawah untuk melanjutkan pekerjaannya, sementara Anyelir masih duduk di gubuk sambil memperhatikan kedua orang tuanya dari kejauhan.

Anyelir yakin pasti orang tuanya lagi ada masalah tapi mereka berusaha menyembunyikannya darinya.

Dia masih penasaran nanti sambil berjalan pulang dia akan coba mencari tau siapa tamu Ayah tadi dan kenapa dia marah terhadap ayahnya.

Rencananya ia akan bertanya kepada teman baik ayah dan Ibu yang bekerja disawah sebelah.

Setelah membuat kopi, Anye begitulah sapaan akrab untuk dirinya segera bergegas menapaki pematang sawah ingin menemui teman Ayah dan ibunya yang bekerja disawah sebelah.

Setibanya ia disana, ia mengucap salam kemudian mendekati mereka.

"Nak Anye ada apa ya kesini, nanti kotor lho kaki nak Anyelir terkena lumpur".

"Nggak apa apa kok bi, paman".

"Begini bi, paman ada yang ingin Anye tanyakan. Tadi ketika Anye mengantar makan siang buat Ayah dan ibu Anye melihat Ayah sedang berbicara dengan seseorang tapi Anye tidak mengenalnya. Dia terlihat marah-marah terhadap Ayah, ketika Anye tanya ke Ayah dan ibu mereka sepertinya sengaja menyembunyikan sesuatu dari Anye bi, paman".

"Tolong Anye bi, siapa tau bibi kenal. Anye nggak mau ibu dan Ayah terlibat masalah".

"Begini nak, sebenarnya kami tidak mau ikut campur tapi karena kamu mendesak, bibi akan beritahu. Sebenarnya tamu Ayah kamu tadi itu seorang rentenir, dia mendesak agar ayah kamu segera melunasi hutang-hutangnya. Tapi saat ini ayahmu belum ada uang untuk melunasinya, jadi seiring berjalannya waktu bunganya semakin membengkak.

Bibi dan paman juga lagi tidak punya uang nak untuk membantu mereka. Kalau Ayah kamu belum bisa membayarnya juga, mereka setiap hari pasti akan datang mengancam ayahmu. Kadang bos mereka yang datang dan kadang juga anak buahnya nak yang selalu marah- marah.

Anyelir tertegun mendengar perkataan bibi dan paman sahabat orang tuanya itu. Ia kini bertekad nanti malam harus segera bicara dengan kedua orang tuanya tentang keinginannya untuk bekerja di kota. Dia ingin segera membantu kesusahan Ayah dan ibunya dengan hasil kerjanya.

Ia mengucapkan terima kasih kepada paman dan bibi yang telah memberitahukan kesulitan orang tuanya kemudian ia beranjak untuk segera pulang.

Episode 2. Kesepakatan dengan rentenir

Setibanya Anye di depan rumah ia sangat terkejut melihat ada empat orang laki-laki paruh baya yang bertampang seram berdiri di depan rumahnya. Ketiganya membuka paksa pintu rumah kemudian masuk ke dalam. Mereka menendang dan menghempaskan meja dan kursi serta barang lain sesuka hati mereka hingga menimbulkan suara gaduh, gebrak.....prang.....gubrak.....gedebuk....prang.

Anye yang ketakutan melihat mereka menghancurkan barang segera berlari masuk sambil menjerit dan menangis " Jangan Tuan....jangan hancurkan rumah kami, tolong Tuan....apa sebenarnya yang Tuan cari disini? tolong Tuan jangan hancurkan barang-barang kami."

Mereka tidak menghiraukan teriakan dan tangisan Anyelir, mereka terus masuk ke dalam kamar dan dapur. Anyelir berusaha menghalangi mereka dengan mendorong salah satu dari ketiganya. Tapi karena tubuh Anyelir yang ramping, tinggi semampai melawan orang yang tubuhnya tinggi besar, kekar malahan dia lah yang terpental terduduk dilantai terkena hempasan tangan laki-laki itu.

Anye semakin menguatkan tangisnya, ia terus memohon hingga masuklah seorang laki laki yang sedari tadi hanya menunggu diluar. Dia adalah Tuan Danu, rentenir tempat ayahnya meminjam uang sementara yang lainnya yang sedang mengobrak abrik rumahnya adalah ketiga anak buahnya.

Tuan Danu mendekati Anyelir dengan tampang kasar, tersenyum genit sambil memainkan kumisnya yang tebal dan menaik turunkan alisnya membuat Anye jijik dan bergidik ngeri. Dia terus mendekat dan Anyepun mundur selangkah demi selangkah hingga tubuhnya mentok membentur tembok.

Anye yang semakin ketakutan mengambil benda apapun yang ada didekatnya dan melemparkan ke arah Tuan Danu. Tuan Danu berusaha menghindar agar tidak terkena lemparan dari Anyelir. Ketiga anak buah Tuan Danu yang melihat bos nya diperlakukan seperti itu menjadi marah. Mereka mendekati Anyelir untuk menangkapnya. Akan tetapi Tuan Danu melarang mereka dengan mengibaskan tangannya agar ketiganya menjauh.

"Jangan ada yang menyentuhnya". Teriak Tuan Danu kepada anak buahnya. Hanya aku yang boleh menyentuh calon istriku ini, sambil tertawa genit ia memandang ke arah Anyelir".

Anye semakin jijik melihatnya. Ia memberanikan dirinya untuk bertanya dengan lantang "sebenarnya apa yang Tuan-Tuan cari disini? disini tidak ada barang berharga yang bisa tuan ambil".

Tuan Danu tertawa terbahak-bahak, "tentu ada barang yang sangat berharga disini, makanya kami kesini. Kamu adalah barang berharga itu".

Lanjut Tuan Danu.

"Tolong Tuan.....tolong....jangan ganggu saya, apa salah saya dan keluarga saya terhadap Tuan", jawab Anye dengan tubuh yang masih gemetar dan terus menangis.

"Kamu tambah cantik jika memohon seperti itu, memohonlah terus, memohon untuk menjadi istriku. Aku sangat senang jika kamu menjadi istri keempatku cantiiiik. Jika kamu nanti menjadi istriku kamu pasti akan bahagia, kamu akan kuperlakukan bak ratu dan hutang orang tuamu lunas. Mereka juga akan aku belikan sawah, kebun dan juga kerbau jadi mereka tidak perlu susah payah lagi bekerja sebagai buruh tani".

"Tidak Tuan, tidak....saya tidak mau menjadi istri Tuan". Jawab Anye semakin jijik dan ketakutan.

"Ayolah maniiiiss.....kemarilah, kemari datang kepelukanku aku akan memuaskanmu dan memberi semua apa yang kamu minta". Tuan Danu membuka lebar ke dua tangannya berusaha ingin memeluk Anyelir.

Anyelir terus menghindar, kembali menjerit berteriak meminta tolong dan melempar barang ke sembarang arah sehingga membuat beberapa orang tetangga yang kebetulan lewat singgah untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi. Namun begitu mereka seorangpun tidak ada yang berani mendekat karena Tuan Danu serta anak buahnya bisa berlaku kejam terhadap mereka. Bahkan pak Lurah juga tidak berani melawan mereka karena mereka selalu mengancam akan melukai keluarganya jika Pak lurah berani ikut campur.

Hal ini membuat Tuan Danu marah, ia berhasil mencengkeram wajah Anyelir kemudian berkata. Bilang sama Ayah kamu untuk segera membayar hutangnya jika tidak kami akan datang lagi untuk menjemputmu sebagai pelunas hutang ayahmu.

Setelah itu Tuan Danu dengan kode tangannya memerintahkan kepada semua anak buahnya untuk segera meninggalkan tempat itu.

Anyelir yang masih ketakutan dan tak berhenti menangis dibantu tetangganya untuk duduk, mereka ada yang membantu membereskan rumah yang berantakan dan ada yang berlari pergi ke sawah untuk memberi tahukan hal yang terjadi dirumah kepada kedua orang tua Anyelir.

Tak berselang lama kedua orang tua Anyelir pun tergopoh-gopoh berlari pulang. Mereka sangat khawatir dengan keadaan putrinya.

Sesampainya mereka dirumah mereka segera masuk dan memeluk Anyelir.

Ibu....Ayah.... hiks...hiks.... hiks...hiks.

Ibu pun ikut menangis melihat putrinya yang masih gemetaran, menangis memeluk erat dirinya.

Warga satu persatu mulai pergi meninggalkan rumah mereka untuk melanjutkan aktifitas mereka masing-masing.

Ibu membawa Anye ke kamarnya agar bisa beristirahat dan menenangkan dirinya.

Setelah Anye tenang, ibu dan ayah meminta Anye untuk menceritakan tentang kejadian sebenarnya. Anye kemudian segera menceritakan semua yang dialaminya.

Terlihat kecemasan diwajah kedua orang tua Anye. Mereka bingung harus bagaimana, untuk melunasi mereka jelas tidak sanggup karena tidak punya uang, untuk menyerahkan putrinya sebagai jaminan pelunas hutang juga tidak mungkin. Mereka tidak rela putri semata wayang mereka dijadikan Istri keempat dari Tuan Danu.

Anye yang melihat kecemasan diwajah orang tuanya segera bertanya "memangnya berapa hutang kita Yah kepada rentenir itu?"

Dengan mendesah dan menarik napas dalam Ayah Anyelir menjawab" Hutang awal Ayah 25 juta dan sekarang beserta bunganya yang terus membengkak menjadi 50 juta nak". Anyelir terkejut "Dasar rentenir, kerjanya mencekik orang susah".

Kemudian Ayahnya menceritakan asal mula kenapa sampai berurusan dengan rentenir. Dulu waktu ibunya sakit tumor rahim, dokter mengharuskan untuk dilakukan tindakan operasi pengangkatan rahim. Kalau tidak dioperasi akan membahayakan nyawa ibu, setelah dioperasi ibu juga tidak akan bisa hamil

lagi. Makanya Anyelir tidak memiliki adik, dia anak semata wayang orang tuanya. Tadinya orang tuanya hanya sanggup mencicil bunganya setiap bulan. Ketika Anye semakin dewasa dan membutuhkan biaya yang besar untuk kebutuhannya termasuk biaya sekolahnya, Ayah tidak sanggup mencicil lagi walau hanya sekedar bunganya.

Mendengar penuturan Ayah, Ibu dan Anye merasa bersalah. Demi mereka sekarang Ayah jadi susah diteror terus oleh rentenir.

Anye yang teringat atas keberhasilan temannya yang bekerja di kota, kemudian meminta persetujuan kepada Ayah dan Ibu. "Hanya ini cara satu-satunya Yah, Bu agar kita bisa membayar hutang kita".

Ayah harus menemui Tuan Danu untuk meminta penangguhan. Anye meminta waktu tiga bulan untuk melunasi hutang ayah tapi tetap setiap bulan mencicil bunganya sampai jangka waktu pelunasan tiba.

Akhirnya kesepakatan di dapat, Tuan Danu menyetujui permintaan Anyelir dengan syarat jika dalam waktu tiga bulan mereka tidak bisa melunasi hutang kepadanya ia akan menjemput Anyelir untuk dijadikan istri keempatnya. Dan Ayah Ibu Anyelir mau tidak mau mengizinkan Anye berangkat untuk bekerja dikota menyusul Tina. Mereka hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk kehidupan putrinya nanti setibanya di kota.

Episode 3. Mulai curiga

Waktu perjanjian yang begitu singkat membuat Anye tidak ingin membuang waktunya sia-sia, ia segera berkemas dan menghubungi Tina bahwa sore ini juga dia akan ikut ke kota. Kebetulan Tina belum berangkat, ia sedang menunggu mobil jemputan datang. Tina meminta Anyelir agar segera datang kerumah orang tuanya agar bisa sama-sama berangkat ke kota.

Ayah dan ibu mengantar Anye ke rumah orang tua Tina, mereka ingin menitipkan putrinya kepada Tina. Mereka berharap Tina bisa membantu Anye mencarikan pekerjaan untuknya.

Mobil jemputan yang ditunggu pun tiba, Anye dan Tina masing-masing berpamitan kepada kedua orang tua mereka. Setelah itu Anye berpamitan kepada orang tua Tina dan begitu juga sebaliknya.

Anye sangat sedih, dari kecil hingga dewasa ia tidak pernah tinggal jauh atau hidup terpisah dari kedua orang tuanya. Sambil terus terisak, ia tak henti melambaikan tangannya hingga mobil semakin menjauh dari tempat orang tuanya berdiri. Begitu juga dengan ayah dan ibunya, mereka terus memandang hingga mobil yang membawa putrinya hilang dari pandangan mereka. Sedih, takut, marah, menyesal dan kecewa terhadap diri sendiri yang kini dirasakan oleh Ayah Anye sambil terus memeluk istrinya yang belum juga reda tangisnya. Ia merasa gagal sebagai suami dan gagal sebagai seorang ayah, kini ia tidak bisa menjaga, tidak bisa melindungi dan tidak bisa membahagiakan putri semata wayangnya lagi.

Anye dan Tina telah sampai di kota, mobil jemputan mengantar mereka sampai ke tempat kost Tina. Ibu kost menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Tina memperkenalkan Anye kepada ibu kost, mereka akan tinggal sekamar untuk sementara sampai Anye memperoleh penghasilan sendiri dan bisa menyewa kamar untuk dirinya.

Tina mengajak Anye ke kamar untuk beristirahat. Kamar Tina ternyata lumayan besar dilengkapi dengan fasilitas yang cukup mewah. Di dalam kamar terdapat sebuah tempat tidur spring bad jumbo, lemari jati empat pintu, kulkas yang penuh dengan isiannya, TV 42 inch, Sofa sudut untuk santai, kamar mandi lengkap dengan bathtub nya dan dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC).

Setelah mengantar Anye ke kamarnya Tina izin keluar sebentar kepada Anye ingin mengantarkan oleh-oleh kepada teman-teman nya. Anye dimintanya beristirahat agar besok bisa langsung ikut ke tempatnya bekerja untuk menemui managernya.

Anye melihat-lihat sekeliling kemudian menuju kamar mandi ingin membersihkan diri sambil menunggu datangnya waktu maghrib. Setelah selesai ia kemudian memakai pakaian santai daster bunga-bunga lengan pendek dan panjang dibawah lutut seperti kebiasaannya ketika dirumah. Saat waktu maghrib tiba ia bergegas berwudhu untuk menjalankan sholat maghrib dilanjutkan dengan membaca Alquran seperti yang biasa ia lakukan setelah selesai sholat. Tak lupa Anye berdoa untuk dirinya dan mendoakan kedua orang tuanya.

Setelah selesai beribadah, terdengar suara ketukan pintu dari luar dan memanggil namanya. Ternyata ibu kost memanggil Anye untuk makan malam bersama teman-teman yang lain. Sampai mereka selesai makan Tina belum juga kembali.

Anye bertanya kepada Ibu Ida yaitu ibu pemilik kost " Bu....kenapa Tina belum juga kembali ya, kemana Tina pergi ya Bu? "

"Oh....tadi nak Tina telephone Ibu dia akan pulang malam, dia sedang berkumpul dengan teman-temannya. Nak Tina meminta ibu agar mengajak kamu makan dulu bersama teman yang lain. Sambil menunggu nak Tina kamu silahkan bergabung dan berkenalan dengan mereka dulu atau boleh langsung beristirahat jika kamu merasa lelah".

Baiklah Bu...Anye ingin berkenalan dulu dengan teman-teman yang lain. Anye mendekati lima orang gadis yang sedang berkumpul di ruang nonton TV, mereka asyik bercengkrama.

Melihat kedatangan Anye mereka tersenyum, salah satu dari mereka meminta Anye duduk didekatnya. Mereka mulai memperkenalkan diri, nama kelima gadis itu adalah Diah, Ani, Rita, Lisa dan Sri. Kelimanya berasal dari daerah yang berbeda dan mempunyai pekerjaan yang berbeda pula. Ada yang bekerja sebagai guru, cleaning service, karyawan resto, SPG dan sekretaris di suatu perusahaan. Anye segera memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah teman Tina yang berasal dari kampung yang sama. Keramahan Anye dan sifatnya yang supel, mudah bergaul membuatnya cepat akrab dengan kelima teman barunya itu. Mereka saling bertukar cerita dan tertawa hingga tak terasa waktupun semakin larut. Sri yang berprofesi sebagai guru sudah mengantuk, ia kemudian mengajak teman-teman untuk bubar dan tidur karena besok mereka harus kembali bekerja.

Anye kembali ke kamarnya, dia masih cemas kenapa Tina belum juga kembali. Ia mengambil telephone genggamnya bermaksud untuk menelphone orang tuanya karena tadi belum sempat memberi kabar bahwa ia telah sampai di kota.

"Mudah-mudahan Ayah dan ibu belum tidur". gumamnya.

Anye memencet tombol memanggil di kontak ayahnya, sang ibu yang sedari tadi menggenggam HP tersebut yang cemas menunggu kabar dari putrinya segera mengangkat panggilan tersebut.

Anye memberi tahu bahwa ia telah sampai dan menceritakan keadaan kost serta berkenalan dengan teman-teman yang baik dan ramah. Ia juga memberitahu bahwa besok akan menemui manager tempat Tina bekerja untuk menanyakan tentang lowongan kerja untuk dirinya. Anye ingin orang tuanya tidak mengkhawatirkan dirinya lagi. Walau masih sedih sebisa mungkin Anye menyembunyikan agar air matanya tidak jatuh dan terlihat oleh Ayah dan ibunya.

Selesai menelphone orang tuanya Anye membersihkan diri dan melaksanakan sholat Isya' kemudian merebahkan dirinya ditempat tidur. Terdengar suara pintu diketuk, kemudian Anye membukanya ternyata Tina yang sudah kembali. Tina masuk ke kamar dengan sedikit terhuyung, Anye sedikit heran kemudian mendekati Tina.

" Tin, ada apa dengan kamu? apa kamu sakit?"

Tina tidak menjawab. Iya sempoyongan, Anye pun segera memapahnya menuju tempat tidur.

Tercium aroma tidak sedap keluar dari mulutnya. Aroma minuman keras yang membuat seseorang mabuk.

Mencium aroma itu membuat kepala Anye pusing dan perutnya mual. Ia buru-buru menidurkan Tina ditempat tidurnya, kemudian berlari ke kamar mandi. Karena mual yang tak bisa ditahan lagi akhirnya ia memuntahkan isi perutnya hingga terasa lega dan membasuh muka dan kepalanya agar pusingnya hilang.

Memang seumur hidupnya Anye tidak pernah mencium bau minuman keras. Dia hanya mendengar cerita dari teman-teman sekolahnya tentang aroma dan akibat yang ditimbulkan dari minuman itu.

Takut ia mual lagi jika tidur disebelah Tina, Anye pun mengambil bantal dan selimutnya berniat tidur di sofa.

Fikiran Anye menerawang memikirkan semua yang terjadi, ia mulai curiga dengan Tina. Apa sebenarnya yang Tina kerjakan, kenapa Tina mengkonsumsi minuman keras, apa mungkin hasil bekerja sebagai karyawan rendahan bisa mengikuti gaya hidup semewah Tina sekarang?

Berbagai pertanyaan muncul dikepalanya. Akankah dia harus mundur, menjauh dari Tina dan kembali ke kampungnya?

Tapi hal ini juga tidak mungkin ia lakukan, ia tidak mau menjadi istri keempat Tuan Danu si rentenir.

Terlalu banyak yang difikirkannya membuat kepalanya kembali pusing. Anyelir segera mengambil obat sakit kepala bekal dari Ibunya dari dalam tasnya kemudian segera meminumnya dan kembali berbaring di sofa. Rasa lelah dan pengaruh obat akhirnya membuat Anyelir tertidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!