Setelah kepergian Tuan Danu beserta pengawalnya, Pak Edi membantu Anyelir dan orang tuanya membereskan barang-barang yang berserakan. Anyelir kemudian ke dapur mengambilkan air minum untuk ayah, ibu dan pak Edi. Rumahpun kini kembali bersih dan rapi seperti semula.
Kemudian Anyelir bertanya kepada Pak Edi "Ternyata bapak seorang anggota TNI ya pak?" saya tidak pernah menyangka. Kenapa bapak keluar dari kesatuan dan memilih menjadi supir pribadinya Satya".
Pak Edi tersenyum seraya menjawab pertanyaan dari Anyelir." Non tahu jika bukan karena jasa keluarga Permana mungkin saya tidak akan pernah melihat dunia".
"Maksudnya pak", tanya Anyelir lagi.
"Dulu bapak saya juga seorang TNI non, bapak saya meninggal ketika sedang menjalankan tugas di Timor Leste. Saat mendengar kabar itu ibu saya mengalami stress berat dan ternyata saat itu ibu sedang hamil muda.
Kakek dan nenek dari Tuan Satya Permana adalah teman baik ayah saya, mereka dengan sabar menjaga ibu saya. Mereka membawa ibu kerumahnya agar lebih mudah untuk merawat dan mengawasinya. Sampai ketika kandungan ibu berusia 7 bulan, tiba-tiba ibu saya berlari mengejar seseorang yang ia panggil dengan nama bapak saya. Ibu dengan perutnya ya sudah membesar tidak memperdulikan apapun, ia terus mengejar orang itu dan saat itu tiba-tiba dari arah tikungan melintaslah sebuah bus dengan kencang yang hampir menabrak ibu saya. Jika saja tidak datang kakek Permana yang menarik tangan ibu sekuatnya, mungkin ibu sudah meninggal saat itu juga beserta saya yang masih ada di dalam kandungannya.
Kakek yang tidak ingin melihat ibu dan bayi dalam kandungan ibuku cidera, tidak menghiraukan dirinya lagi. Kaki dan tangan kakek akhirnya mengalami patah tulang akibat menahan tubuh ibuku agar tidak terhempas kuat jatuh ke aspal.
Beliau telah berusaha tapi ibu tetap mengalami kontraksi akibat terjatuh. Ibu merasakan kesakitan yang luar biasa dan mengeluarkan darah dari kedua selangkangannya. Kakek yang melihat ibu memegangi perutnya sambil meringis kesakitan menjadi panik, tanpa menghiraukan kaki dan tangannya yang sakit, dengan melangkah terseok-seok beliau menyetop setiap mobil yang lewat disana agar bisa secepatnya membawa ibu ke rumah sakit.
Ketika ada sebuah mobil kijang berhenti menawarkan pertolongan, dengan susah payah kakek dibantu sang pemilik mobil mengangkat ibu ke dalam mobil. Melihat darah yang semakin banyak mengalir membuat ibu histeris, ia menjerit-jerit ketakutan. Kakekpun berusaha menenangkannya, sementara pemilik mobil yang juga ikutan panik segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Saat mereka tiba di rumah sakit, dokter dan perawat segera menangani ibu serta memberikan pertolongan terhadap kakek. Kakek baru sedikit tenang saat melihat dokter telah memeriksa ibu, kemudian barulah beliau menghubungi nenek dan asisten pribadinya agar segera menyusulnya ke rumah sakit.
Ternyata setelah dokter melakukan pemeriksaan terhadap ibu, dokter mengatakan bayi dalam kandungannya harus segera dilahirkan akibat pendarahan yang terjadi. Tim dokter menyarankan agar dilakukannya tindakan operasi untuk meminimkan resiko kematian bayi didalam rahim karena kondisi mental ibu yang tidak stabil.
Nenek Permana dan asisten pribadi kakek telah tiba di rumah sakit, beliau segera mengurus persyaratan agar operasi bisa segera dilaksanakan.
Saya lahir selamat dan sehat setelah melalui proses operasi Caesar tapi ibu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya saat operasi selesai sebelum bisa melihat apalagi menggendong saya Non.
Pak Edi menarik napas dengan dalam dan menghempaskan dengan kasar, sebelum ia bisa melanjutkan ceritanya. Ada kesedihan yang mendalam dihatinya dan terlihat bulir air mata bening mengalir dikedua sudut matanya.
"Maaf Pak, jika pertanyaan saya telah mengungkit masa lalu bapak hingga membuat bapak bersedih kembali."
Anyelir ikut terisak mendengar cerita hidup Pak Edi, ternyata masih ada orang yang kehidupannya lebih menyedihkan darinya. Anyelir merasa bersyukur Allah SWT masih memberinya kesempatan bisa merasakan kasih sayang orang tuanya sampai sekarang. Ibu dan ayah anyelir yang turut mendengarkan cerita Pak Edi pun ikutan terharu dan prihatin.
Kini pak Edi melanjutkan ceritanya setelah sejenak terdiam untuk menetralkan kembali perasaannya.
"Saya Non dilahirkan kedunia ini tanpa memiliki kesempatan untuk melihat dan merasakan kasih sayang orang tua secara langsung. Saya hanya mendengar cerita tentang bapak ibu dari kakek dan nenek Permana. Mereka mengatakan jika orang tua saya masih hidup pasti saya akan bangga telah menjadi anak mereka dan mereka pasti juga sangat bahagia telah memiliki saya.
Namun begitupun saya tetap bersyukur Non, keluarga Permana telah memberi saya kasih sayang layaknya seperti anaknya sendiri, mendidik saya hingga bisa menentukan pilihan mengikuti jejak bapak, mendaftar di kesatuan untuk mendapatkan pendidikan sebagai TNI AD."
"Memangnya bapak selalu ditugaskan disini ya Pak, hingga bisa terus dekat dengan keluarganya Satya".
"Enggak juga Non, hampir seluruh daerah di Nusantara ini sudah saya jelajahi, berbagai penghargaan sudah saya terima tapi akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kota ini dan membina keluarga. Saya harus kembali non ke kota ini karena hidup saya, keluarga saya ada disini.
Dan mendengar saya kembali, Kakek Permana datang memohon agar saya selalu mendampingi Tuan Satya kemanapun ia hendak pergi".
"Jadi dengan kata lain, Kakek telah mempercayakan keselamatan cucu satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal keluarga Permana kepada Pak Edi".
"Bisa juga dibilang seperti itu non, namun bukan hanya saya, ada satu orang lagi yang mendapatkan kepercayaan dari kakek untuk selalu mendampingi Tuan Satya yaitu Radit. Salah satu diantara kami harus tetap ada disamping Tuan Satya saat yang satunya pergi menyelesaikan urusan seperti saya saat ini".
"Tapi sayang kan Pak, jabatan dan karir bapak?"
"Tidak ada yang perlu disayangkan non, bisa mengabdi kepada keluarga Permana saja sudah merupakan keberuntungan bagi saya. Saya tidak akan bisa membalas jasa mereka walaupun itu dengan mengabdi seumur hidup saya".
"Lalu, Siapa Radit itu pak?"
"Radit adalah asisten pribadi Tuan Satya yang tadi telah mentransfer uang untuk Tuan Danu.
Dia adalah teman Tuan Satya sejak kecil, mereka sudah seperti saudara. Kakek juga telah menganggapnya sebagai cucunya. Sementara Radit juga tidak memiliki orang tua, dia berasal dari sebuah panti asuhan di kota ini. Mereka saling mengenal saat kakek berkunjung disana.
Kakek Permana serta orang tua Tuan Satya merupakan penyandang dana di panti asuhan itu sejak Tuan Satya belum lahir. Sejak kecil Tuan Satya sering ikut mengunjungi berbagai panti asuhan dan kegiatan amal lainnya, makanya walaupun seringkali dia terlihat dingin, cuek tapi kebaikan dan sifat dermawan keluarganya pun menurun kepadanya.
"Jadi kepergian Pak Edi kesini apakah telah mendapatkan izin dari kakek Permana?"
"Sudah Non, kakek akan mendukung apapun itu selagi baik untuk kehidupan Tuan Satya. Beliau sangat menyayangi Tuan, beliau selalu berdoa ingin melihat Tuan Satya memiliki anak dahulu sebelum beliau meninggal."
"Oh ya Pak, kita keasyikan mengobrol tak terasa ternyata hari sudah sangat larut. Bapak pasti lelah dan mengantuk, tadi kan istirahat bapak sempat terganggu gara-gara keributan yang dilakukan Tuan Danu dan pengawalnya".
"Kamu juga harus beristirahat Nye karena besok sore kalian juga harus kembali ke kota kan". Ucap ibu.
"Baiklah kita semua sekarang harus beristirahat, besok pagi saya akan membawa Pak Edi jalan-jalan sementara ibu dan Anye pergilah ke pasar untuk membeli oleh-oleh", lanjut Ayah.
Mereka pun segera kembali ke kamar masing-masing untuk melanjutkan istirahat yang sempat tertunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Mbah Edhok
kisah hidup p. edy ...
2023-01-24
1
Tiah Sutiah
bagus cerita nya
2021-11-26
1
lrennyka
ditunggu up slnjtnya Thor critanya bagus
2021-10-28
1