KUPU KUPU MALAM
🌹🌹🌹
"Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut mencintainya
Ada pula yang kejam menyiksa dirinya
Ini hidup wanita si Kupu-Kupu Malam
Bekerja, bertaruh seluruh jiwa raga
Bibir senyum, kata halus merayu, memanja
Kepada setiap mereka yang datang
Dosakah yang dia kerjakan?
Sucikah mereka yang datang?
Kadang dia tersenyum dalam tangis
Kadang dia menangis di dalam senyuman."
Klik.
Ku pencet dengan malas tombol off di remote yang ku pegang. Dalam sekejap remote itu sudah melayang entah kemana karena aku melemparkannya asal asalan.
Hmmm,,, Besok pasti aku akan kesusahan mencarinya hehehe. Itu hal yang selalu terjadi tiap kali aku ingin menghidupkan televisi.
Ku rebahkan tubuh penatku ke ranjang empuk milikku yang baru ku beli cash di toko furniture dekat kontrakanku ini. Meski tidak semahal kasur orang orang kaya itu,,, tapi setidaknya kasur ini lumayan empuk untukku yang sering merasakan rasanya berbagai macam merk kasur setiap kali aku melayani tamu tamuku.
Intinya aku puas dengan apa yang bisa ku miliki dengan hasil keringatku sendiri meski bagi beberapa orang,,, Keringatku bukanlah hal yang bisa dibanggakan. Bahkan cenderung harus dihina dan tak diberi kesempatan mengutarakan apa alasan dibalik pekerjaanku itu. Aku hanya akan dipandang sebelah mata.
Aku menghela napasku kasar.
Ku ingat ingat kembali lirik lagu dari band kesayanganku yang vokalisnya pernah tersandung kasus heboh itu. Tapi meski begitu aku masih tetap ngefans padanya hehehe,,, Maklum cakep sih orangnya.
"Kupu kupu malam." lirihku sambil tersenyum sinis memandangi langit langit kamarku.
Lagu itu begitu mengena dan hampir seluruh isi liriknya menggambarkan apa yang terjadi padaku. Karena itulah aku suka lagu itu meski kadang aku merasa tersindir sendiri.
Tapi ya begitulah keadaannya,,,
Aku,, Bintang Viandari, putri tertua dari ayahku yang bernama Wahyu dan ibuku yang bernama Lastri. Aku yang harus terjebak kehidupan malam karena sulitnya hidup di kampung dengan segala tuntutan hidup.
Aku yang hanya tamatan SD dan tak punya keahlian di bidang apa pun tapi nekad pergi ke kota demi membayar hutang yang melilit orang tuaku dan juga demi adikku Ratih agar tetap bisa melanjutkan sekolahnya lebih tinggi.
Yaaah setidaknya biar adikku itu tidak sepertiku ini.
Tapi bukan itu sebenarnya alasan utamaku nekad ke kota. Sungguh bukan itu saja,,, Himpitan ekonomi dan tuntutan hutang bukan satu atau dua alasanku nekad.
Tapi karena malam itu aku mendengar obrolan ayah dan ibuku malam itu,,
🌹Flashback🌹
"Pokoknya ibu mau terima lamaran tuan Raharja. Dengan begitu ibu bisa bayar semua hutang ibu ke rentenir dan bandar judi!!!" suara ibu waktu itu jelas terdengar sampai ke kamarku.
Maklum dinding rumah kami hanyalah dinding bambu yang itu pun anyamannya tidaklah rapat bahkan cenderung bolong bolong.
"Tapi bu,,, Kenapa harus Bintang?? Apa tidak ada cara lain lagi??" kali ini suara ayah yang ku dengar.
Tunggu tunggu,,,,!!
Kok jadi namaku yang disebut sebut sih??
Aku merapatkan telingaku biar lebih jelas mendengar obrolan mereka.
"Terus kalau bukan Bintang siapa lagi?? Masak Ratih?? Ratih kan masih kecil pak. Atau bapak mau ibu saja yang maju dan menerima lamaran pak Raharja?? Gak mungkin kan??!!!" ketus ibu.
Apa??
Lamaran??
Pak Raharja??
Memangnya siapa itu??
Aku makin penasaran.
"Tapi bu,,, Kasihan Bintang. Dia berhak memilih sendiri siapa calon suaminya kelak. Tidak sepatutnya ibu mengorbankan Bintang demi menutupi kesalahan ibu." Ayah sepertinya masih berusaha membelaku di depan ibu.
"Ini kan salah ibu sendiri. Ibu suka berjudi. Bapak sudah ingatkan berkali kali stop judi. Stop iri sama kehidupan tetangga. Syukuri apa yang kita punya. Kalau sudah begini ini,,, Ibu main seenaknya melempar tanggung jawab pada Bintang. Ini gak adil buat Bintang bu."
"Bersyukur kata bapak??? Hidup miskin gini suruh bersyukur??? Dihina hina tetangga juga harus bersyukur?? Memangnya kalau beras sudah habis,, Rasa syukur bapak itu bisa pakai beli beras??? Asma akut bapak yang kambuh bisa disembuhin dengan hanya bersyukur?? Obatnya bisa dibeli dengan syukur???"
"Bu,,Istighfar bu "
"Jangan ceramahi ibu. Selama bapak belum bisa mencukupi kebutuhan lahir batin ibu,, Gak usah sok mengajari ibu. Selama belum bisa jadi kepala keluarga yang mencukupi semua kebutuhan anak istri,,, Jangan pernah sok!! Nyatanya selama ini ibu yang pontang panting sana sini berusaha nyari duit walau harus ngutang atau main untung rugi dengan judi. Bukan bapak yang susah,,,tapi ibu!!!!"
"Maafkan bapak bu,,,"
Sampai disitu airmataku mengalir deras membasahi wajahku yang sering dibilang cantik sama orang orang di kampungku. Aku sering disebut sebut sebagai kembang desa.
Kembang desa yang sama sekali tak ada wanginya karena aku anak orang miskin. Begitu mungkin lebih tepatnya.
"Kasihan ayah. Ayah pasti sakit hati mendengar semua itu." batinku sambil mengusap airmataku karena kali ini aku harus kembali fokus dengan ucapan ibu.
"Cukup Bintang yang gak bisa sekolah lagi pak. Ratih jangan sampai begitu. Cukup sudah kita hidup miskin begini. Tuan Raharja janji akan memberikan kita hidup yang layak setelah Bintang mau menikah dengan beliau." Suara ibu kembali terdengar.
Mataku terbelalak mendengar kata menikah.
"Ibu akan paksa Bintang menikah dengan tuan Raharja dengan atau tanpa persetujuan bapak. Dan Bintang juga harus mau!! Anak itu sudah sepatutnya balas budi sama ibu setelah sekian tahun ibu merawatnya. Lagipula apa salahnya kalau orang tua meminta balas budi dari anaknya??? Wajar saja kan??"
"Bu,,,"
"Jangan banyak bicara. Ayah cukup mengiyakan. Biar ibu sendiri yang bicara sama Bintang sekarang!!!"
Aku buru buru menghapus airmataku yang kembali lolos dengan lancangnya setelah dengan jelas mendengar rencana ibu. Aku segera merebahkan tubuhku menghadap tembok dan pura pura tidur.
Sreeettt,,!!!
"Bintang bangun!! Ibu tau kamu belum tidur." dengan kasar ibu menghela bahuku.
"Sakit bu." ucapku sambil meringis meraba bahuku yang tak sengaja tergores kuku kasar ibu.
"Kamu pasti sudah dengar apa yang ibu bicarakan sama bapakmu tadi makanya kamu nangis kan??? Tapi simpan airmata itu karena itu tidak ada gunanya. Itu tidak akan merubah nasib kita."
Ya tuhan,,, Ibu sama sekali tak menghiraukan perasaanku rupanya. Tega sekali ibu.
"Kamu harus menikah dengan tuan Raharja.Titik!"
"Bintang gak mau bu. Bintang ke kota saja cari kerja saja ya. Bintang janji semua gaji Bintang akan Bintang kirim ke ibu untuk bayar hutang hutang ibu dan biaya hidup kalian semua."
"Oh ya,, Sekolah Ratih juga Bintang yang tanggung. Bintang janji bu. Tapi jangan paksa Bintang menikah." aku memelas.
"Mau kerja apa kamu?? Jadi pelacur??? Sekolah aja cuma tamat SD kok mimpi cari kerja di kota. Tidak!! Besok kamu ibu nikahkan!!!"
Ibu mendorong bahuku sampai aku terbaring lagi di kasur reotku lalu pergi meninggalkanku tanpa menunggu jawabanku.
🌹🌹🌹
\=\=\=\=\=
Wah bu Lastri,,,, Apa gak kasihan sama Bintang sih???
Hai,,, selamat datang di karya baruku ini ya. Boleh minta dukungan penuh dari kalian untuk karyaku ini kan?? Bunga,, kopi,,, vote,, like,, komen apalagi yang paling author demenin.
Karena dengan komen kalian author jadi makin semangat nulis dan dapat masukan untuk next cerita.
Author tunggu pokoknya kehadiran kalian di sini ya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ai Hodijah
memangnya kalau beras habis,rasa sukur bapak bisa buat beli beras? jawabannya tidak, hey ibu yang terhormat,apakah anda yakin kalau banyak uang bikin bahagia?jawabannya belum tentu,penjudi hanya berharap untuk menang dan kalau menang pasri ketagihan,sadar hei ,anfa seorang ibu,semoga cepat sadar
2023-03-21
1
Kyky Doop Impact
ada yang butuh dirunya
2022-01-29
1
Novianti Ratnasari
mampir thour
2022-01-26
1