NovelToon NovelToon

KUPU KUPU MALAM

Bintang

🌹🌹🌹

"Ada yang benci dirinya

Ada yang butuh dirinya

Ada yang berlutut mencintainya

Ada pula yang kejam menyiksa dirinya

Ini hidup wanita si Kupu-Kupu Malam

Bekerja, bertaruh seluruh jiwa raga

Bibir senyum, kata halus merayu, memanja

Kepada setiap mereka yang datang

Dosakah yang dia kerjakan?

Sucikah mereka yang datang?

Kadang dia tersenyum dalam tangis

Kadang dia menangis di dalam senyuman."

Klik.

Ku pencet dengan malas tombol off di remote yang ku pegang. Dalam sekejap remote itu sudah melayang entah kemana karena aku melemparkannya asal asalan.

Hmmm,,, Besok pasti aku akan kesusahan mencarinya hehehe. Itu hal yang selalu terjadi tiap kali aku ingin menghidupkan televisi.

Ku rebahkan tubuh penatku ke ranjang empuk milikku yang baru ku beli cash di toko furniture dekat kontrakanku ini. Meski tidak semahal kasur orang orang kaya itu,,, tapi setidaknya kasur ini lumayan empuk untukku yang sering merasakan rasanya berbagai macam merk kasur setiap kali aku melayani tamu tamuku.

Intinya aku puas dengan apa yang bisa ku miliki dengan hasil keringatku sendiri meski bagi beberapa orang,,, Keringatku bukanlah hal yang bisa dibanggakan. Bahkan cenderung harus dihina dan tak diberi kesempatan mengutarakan apa alasan dibalik pekerjaanku itu. Aku hanya akan dipandang sebelah mata.

Aku menghela napasku kasar.

Ku ingat ingat kembali lirik lagu dari band kesayanganku yang vokalisnya pernah tersandung kasus heboh itu. Tapi meski begitu aku masih tetap ngefans padanya hehehe,,, Maklum cakep sih orangnya.

"Kupu kupu malam." lirihku sambil tersenyum sinis memandangi langit langit kamarku.

Lagu itu begitu mengena dan hampir seluruh isi liriknya menggambarkan apa yang terjadi padaku. Karena itulah aku suka lagu itu meski kadang aku merasa tersindir sendiri.

Tapi ya begitulah keadaannya,,,

Aku,, Bintang Viandari, putri tertua dari ayahku yang bernama Wahyu dan ibuku yang bernama Lastri. Aku yang harus terjebak kehidupan malam karena sulitnya hidup di kampung dengan segala tuntutan hidup.

Aku yang hanya tamatan SD dan tak punya keahlian di bidang apa pun tapi nekad pergi ke kota demi membayar hutang yang melilit orang tuaku dan juga demi adikku Ratih agar tetap bisa melanjutkan sekolahnya lebih tinggi.

Yaaah setidaknya biar adikku itu tidak sepertiku ini.

Tapi bukan itu sebenarnya alasan utamaku nekad ke kota. Sungguh bukan itu saja,,, Himpitan ekonomi dan tuntutan hutang bukan satu atau dua alasanku nekad.

Tapi karena malam itu aku mendengar obrolan ayah dan ibuku malam itu,,

🌹Flashback🌹

"Pokoknya ibu mau terima lamaran tuan Raharja. Dengan begitu ibu bisa bayar semua hutang ibu ke rentenir dan bandar judi!!!" suara ibu waktu itu jelas terdengar sampai ke kamarku.

Maklum dinding rumah kami hanyalah dinding bambu yang itu pun anyamannya tidaklah rapat bahkan cenderung bolong bolong.

"Tapi bu,,, Kenapa harus Bintang?? Apa tidak ada cara lain lagi??" kali ini suara ayah yang ku dengar.

Tunggu tunggu,,,,!!

Kok jadi namaku yang disebut sebut sih??

Aku merapatkan telingaku biar lebih jelas mendengar obrolan mereka.

"Terus kalau bukan Bintang siapa lagi?? Masak Ratih?? Ratih kan masih kecil pak. Atau bapak mau ibu saja yang maju dan menerima lamaran pak Raharja?? Gak mungkin kan??!!!" ketus ibu.

Apa??

Lamaran??

Pak Raharja??

Memangnya siapa itu??

Aku makin penasaran.

"Tapi bu,,, Kasihan Bintang. Dia berhak memilih sendiri siapa calon suaminya kelak. Tidak sepatutnya ibu mengorbankan Bintang demi menutupi kesalahan ibu." Ayah sepertinya masih berusaha membelaku di depan ibu.

"Ini kan salah ibu sendiri. Ibu suka berjudi. Bapak sudah ingatkan berkali kali stop judi. Stop iri sama kehidupan tetangga. Syukuri apa yang kita punya. Kalau sudah begini ini,,, Ibu main seenaknya melempar tanggung jawab pada Bintang. Ini gak adil buat Bintang bu."

"Bersyukur kata bapak??? Hidup miskin gini suruh bersyukur??? Dihina hina tetangga juga harus bersyukur?? Memangnya kalau beras sudah habis,, Rasa syukur bapak itu bisa pakai beli beras??? Asma akut bapak yang kambuh bisa disembuhin dengan hanya bersyukur?? Obatnya bisa dibeli dengan syukur???"

"Bu,,Istighfar bu "

"Jangan ceramahi ibu. Selama bapak belum bisa mencukupi kebutuhan lahir batin ibu,, Gak usah sok mengajari ibu. Selama belum bisa jadi kepala keluarga yang mencukupi semua kebutuhan anak istri,,, Jangan pernah sok!! Nyatanya selama ini ibu yang pontang panting sana sini berusaha nyari duit walau harus ngutang atau main untung rugi dengan judi. Bukan bapak yang susah,,,tapi ibu!!!!"

"Maafkan bapak bu,,,"

Sampai disitu airmataku mengalir deras membasahi wajahku yang sering dibilang cantik sama orang orang di kampungku. Aku sering disebut sebut sebagai kembang desa.

Kembang desa yang sama sekali tak ada wanginya karena aku anak orang miskin. Begitu mungkin lebih tepatnya.

"Kasihan ayah. Ayah pasti sakit hati mendengar semua itu." batinku sambil mengusap airmataku karena kali ini aku harus kembali fokus dengan ucapan ibu.

"Cukup Bintang yang gak bisa sekolah lagi pak. Ratih jangan sampai begitu. Cukup sudah kita hidup miskin begini. Tuan Raharja janji akan memberikan kita hidup yang layak setelah Bintang mau menikah dengan beliau." Suara ibu kembali terdengar.

Mataku terbelalak mendengar kata menikah.

"Ibu akan paksa Bintang menikah dengan tuan Raharja dengan atau tanpa persetujuan bapak. Dan Bintang juga harus mau!! Anak itu sudah sepatutnya balas budi sama ibu setelah sekian tahun ibu merawatnya. Lagipula apa salahnya kalau orang tua meminta balas budi dari anaknya??? Wajar saja kan??"

"Bu,,,"

"Jangan banyak bicara. Ayah cukup mengiyakan. Biar ibu sendiri yang bicara sama Bintang sekarang!!!"

Aku buru buru menghapus airmataku yang kembali lolos dengan lancangnya setelah dengan jelas mendengar rencana ibu. Aku segera merebahkan tubuhku menghadap tembok dan pura pura tidur.

Sreeettt,,!!!

"Bintang bangun!! Ibu tau kamu belum tidur." dengan kasar ibu menghela bahuku.

"Sakit bu." ucapku sambil meringis meraba bahuku yang tak sengaja tergores kuku kasar ibu.

"Kamu pasti sudah dengar apa yang ibu bicarakan sama bapakmu tadi makanya kamu nangis kan??? Tapi simpan airmata itu karena itu tidak ada gunanya. Itu tidak akan merubah nasib kita."

Ya tuhan,,, Ibu sama sekali tak menghiraukan perasaanku rupanya. Tega sekali ibu.

"Kamu harus menikah dengan tuan Raharja.Titik!"

"Bintang gak mau bu. Bintang ke kota saja cari kerja saja ya. Bintang janji semua gaji Bintang akan Bintang kirim ke ibu untuk bayar hutang hutang ibu dan biaya hidup kalian semua."

"Oh ya,, Sekolah Ratih juga Bintang yang tanggung. Bintang janji bu. Tapi jangan paksa Bintang menikah." aku memelas.

"Mau kerja apa kamu?? Jadi pelacur??? Sekolah aja cuma tamat SD kok mimpi cari kerja di kota. Tidak!! Besok kamu ibu nikahkan!!!"

Ibu mendorong bahuku sampai aku terbaring lagi di kasur reotku lalu pergi meninggalkanku tanpa menunggu jawabanku.

🌹🌹🌹

\=\=\=\=\=

Wah bu Lastri,,,, Apa gak kasihan sama Bintang sih???

Hai,,, selamat datang di karya baruku ini ya. Boleh minta dukungan penuh dari kalian untuk karyaku ini kan?? Bunga,, kopi,,, vote,, like,, komen apalagi yang paling author demenin.

Karena dengan komen kalian author jadi makin semangat nulis dan dapat masukan untuk next cerita.

Author tunggu pokoknya kehadiran kalian di sini ya ❤️❤️❤️

Ayah

Selamat membaca 🌹

Maaf banyak typo 🙏

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

🌹🌹

"Mau kerja apa kamu?? Jadi pelacur??? Sekolah aja cuma tamat SD kok mimpi cari kerja di kota. Tidak!! Besok kamu ibu nikahkan!!!"

Ibu mendorong bahuku sampai aku terbaring lagi di kasur reotku lalu pergi meninggalkanku tanpa menunggu jawabanku.

Ya tuhan,,, sakitnya hatiku waktu itu mendengar kata pelacur. Apa ibu pikir tidak ada pekerjaan lain yang bisa kudapatkan sampai aku harus jadi pelacur??

Bu,,,istighfar bu. Seharusnya sebagai seorang ibu,,,Ibu tak seharusnya bicara begitu bukan?? Seharusnya ibu mendoakanku agar aku bisa dapat pekerjaan lain yang lebih baik dari itu.

Aku menangis dalam hati lengkap dengan airmata yang terus menerus lolos seperti tidak akan ada habisnya. Hampir sejam menangis pun masih tak bisa membuatku merasa lega.

Sialnya aku juga malah tidak lagi mengantuk. Sayup sayup ku dengar suara batuk ayah yang makin mendekat ke kamarku.

"Bapak gak boleh lihat aku nangis begini." cepat cepat ku hapus airmataku meski aku tau itu akan tetap meninggalkan sembab di wajahku.

"Nduk,,, bapak boleh masuk??" suara khas ayah begitu menentramkan hatiku. Panggilan khususnya "Nduk" padaku itu juga selalu membuat emosiku mereda.

"Iya pak masuk saja." jawabku.

Seketika hatiku bagai disirami air yang sejuk begitu pemilik seulas senyum tulus itu berdiri di ambang pintu kamarku.

"Bapak tau kamu belum tidur makanya bapak kesini. Bapak minta maaf ya nduk. Bapak ini gak berguna." ucap ayah begitu beliau duduk di sampingku.

"Pak,, Kok gitu ngomongnya. Bagi Bintang,,,bapak adalah bapak terbaik di dunia." ku peluk tubuh kurus itu dengan hangat berharap bisa membuatnya tak lagi merasa bersalah.

Sakit asma yang diderita ayah nyatanya mampu membuat ayah kehilangan berat badannya secara berangsur angsur hingga ayah makin kurus saja.

"Maafkan ibumu juga ya nduk." suara ayah mulai berat terdengar.

"Ibu juga tidak salah apa apa pak. Bintang tau selama ini ibu juga sudah berusaha sebaik mungkin menjadi ibu sekaligus pengganti bapak mencari nafkah. Tidak ada alasan lagi bagi Bintang menyalahkan ibu." ucapku lirih.

"Apa itu artinya kamu akan menuruti kemauan ibumu nduk?"

Pertanyaan yang sudah pasti jawabanku adalah tidak itu entah kenapa membuat mulutku ini kaku begitu yang menanyakannya adalah ayah.

"Kamu tau siapa tuan Raharja?" tanya ayah lagi.

Aku menggeleng cepat menahan airmata yang sepertinya mau lolos lagi setelah mendengar nama itu disebut lagi. Nama yang rasanya akan membuat masa mudaku ini menjadi kelam.

"Dia pemilik perkebunan teh tempatmu bekerja. Kabarnya dia juga yang kemarin menolong ibumu saat kalah di bandar judi. Beliau yang membayarkan semua total kekalahan ibumu." kata ayah.

Apa??

Pemilik perkebunan teh??

Orang kota itu??

Yang baru datang tiga hari lalu untuk meninjau perkebunan milik keluarganya ini??

Apa ibu tidak salah?

Pria itu bahkan lebih cocok untuk kujadikan ayah,,,

Ibuuu,,,

Apa ibu sedang menjualku??

Tega sekali ibu.

Lagipula kenapa juga bisa bisanya orang kota itu memilihku? Apa memang ibu yang mempromosikan aku?? Aku bahkan tak pernah sekali pun tegur sapa dengan orang kota itu. Aku hanya pernah papasan dengannya itu pun dengan menundukkan wajahku karena aku takut kepadanya.

Kata orang orang perkebunan,,, Tuan Raharja itu berwatak keras dan tidak bisa mentolerir kalau karyawannya melakukan kesalahan. Tapi bagaimana bisa tuan Raharja memilihku??

Ah pasti benar dugaanku. Ibu memang yang menjualku!!!

Napasku naik turun memikirkan hal itu.

"Nduk,,,"

Lagi lagi panggilan itu meredakan emosiku.

"Iya pak." sahutku lembut.

"Pergilah. Bapak tau kamu tidak mau menikah dengan tuan Raharja. Karena itu pergilah yang jauh nduk. Pergilah selagi kamu bisa."

"Pak?? Bagaimana bisa Bintang pergi meninggalkan bapak begini??"

"Bapak lebih baik ditinggal olehmu dan tidak menyaksikan sendiri kamu menikah dengan orang yang sama sekali tidak kamu inginkan untuk jadi imammu nduk. Bapak akan merasa sangat gagal menjadi orang tua kalau di hari pernikahanmu bukan senyum yang kamu berikan tapi tangisan."

Ya tuhan aku tidak tahan lagi. Ku peluk erat erat pemilik tubuh yang menjadi satu satunya insan di dunia ini yang sangat mengerti perasaanku,, Malaikat tak bersayap yang selalu menginginkan kebahagiaanku menjadi prioritasnya.

Airmataku membasahi pundaknya dengan cepat. Baju kusut itu pun menjadi makin kusut oleh airmataku.

"Pak,,, kenapa ibu tidak pernah menunjukkan cintanya seperti ini pada Bintang??" di sela isakan tangisku maka pertanyaan itu keluar.

Pertanyaan itu bukan pertama kalinya kutanyakan namun selalu tidak pernah ada jawaban pasti dari ayah.

"Ibu sayang kamu nduk."

Selalu begitu saja jawaban ayah. Walau ku rasa ayah juga tau bahwa sikap ibu padaku dan Ratih jauh berbeda. Ratih selalu mendapatkan kasih sayang ibu sepenuhnya.

Aku ingat betul waktu kecil Ratih tak mau makan lagi ibu menyuapinya dengan telaten sampai nasi di piring Ratih habis. Sementara aku??? Ibu malah membentakku saat aku juga meminta ibu menyuapiku dengan bilang aku gak boleh manja.

🌹🌹

Ting ting,,,

Ku usap wajahku dengan kasar saat bunyi ponsel berlambang buah apel di belakangnya keluaran terbaru milikku itu berbunyi. Jangan tanya dari mana aku yang hanya bisa mengontrak rumah tapi bisa punya ponsel mahal itu

Itu pemberian om kaya yang sangat menggilai tubuhku. Dia memberikan itu padaku bisa dibilang cuma cuma karena dia sudah membayar tubuhku dengan uangnya yang seperti tidak ada habisnya itu.

Dengan malas ku raih ponsel yang terus berbunyi itu.

"Ayah??" mataku terbelalak melihat nama ayah tertera di layar ponselku.

Ayah menelponku malam malam begini ada apa ya. Tangaku sudah hendak menggeser gambar telpon warna hijau itu saat aku sadar dengan pakaianku saat itu.

"Tidak tidak!! Ayah gak boleh melihatku begini." Cepat ku letakkan ponsel itu tanpa menjawabnya. Aku setengah berlari membuka lemari bajuku dan mengambil bajunyang lebih sopan dan tertutup.

Bagaimana mungkin aku menerima video call dari ayah dengan pakaian minimku yang menampilkan seluruh punggung mulusku dan hampir setengah dadaku. Maklum aku baru saja pulang dari hotel menemani tamu baruku.

Setelah berpakaian lengkap ku telpon balik nomer ayah.

"Assalamualaikum pak." senyumku tersungging ketika wajah menyejukkan itu tampak di layar ponselku.

"Waalaikumsalam nduk. Piye kabarmu nduk? Lebaran besok pulang ya nduk. Bapak kangen sama kamu. Sudah empat kali lebaran kamu gak pulang."

"Ibu mana pak?" aku tak mengiyakan permintaan bapak tapi malah menanyakan keberadaan ibu.

"Arisan sama ibu ibu perkumpulannya nduk. Ratih juga ikut."

Aku bernapas lega karena itu artinya ibu tidak ada di rumah bersama bapak.

"Pak,,,Bintang kangen." airmataku tak bisa lagi ku tahan.

"Pulang saja. Jangan pedulikan ibu. Kalau kamu sudah di rumah ibu juga tidak akan mengusirmu nduk."

Apa iya?? Aku tak yakin.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Pulang saja Bintang,,, Sungkem sama bapak dan ibu dulu biar gak dicap anak durhaka. Iya gak sih??

Hai hai,,, Jangan lupa kasih jejak ya. Like, vote sama komen kalian selalu author tunggu. Love you all ❤️

Seandainya

Selamat membaca 🌹

Maaf banyak typo 🙏

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

🌹🌹

"Pulang saja. Jangan pedulikan ibu. Kalau kamu sudah di rumah ibu juga tidak akan mengusirmu nduk."

Apa iya?? Aku tak yakin.

"Nduk??"

Aku tergagap mendengar panggilan ayah.

"Kok malah diam? Pulang ya nduk. Bapak kangen."

"Iya pak. Nanti Bintang coba minta ijin libur pas lebaran ya." aku menjawab sekenanya demi menyenangkan hati ayah.

"Yowes kalau gitu bapak tutup dulu telponnya ya nduk. Keburu ibumu pulang nanti ngomel ngomel kalau paketan internetnya habis. Kamu jaga diri ya nduk di sana. Jangan lupa sholat lima waktunya gak boleh ketinggalan. Bapak doakan kerjaanmu lancar dan berkah. Aamiin."

Ya Tuhan,,, Berkah??

Seandainya saja ayah tau apa sebenarnya pekerjaanku. Itu lagi ibu,,,Masak dia selalu membuat ayah sembunyi sembunyi menelponku hanya karena ayah malas dengar omelan ibu kalau paket internetnya habis.

Padahal juga dibeli dari uang kirimanku. Huufttt,,,,

"Kamu kenapa toh nduk kok ngelamun saja??" akhirnya ayah menegurku.

"Eh gak apa apa kok pak. Bintang cuma lagi mikir nanti mau buat ijin gimana pas mau lebaran. Katanya bapak mau Bintang pulang kan?"

"Oalah bapak kira ada apa. Iya nduk,,, Usahakan bisa pulang ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam pak." ku akhiri video call singkat bersama ayah malam ini.

Airmataku berlinangan memikirkan permintaan ayah tadi.

Ijin kerja untuk bisa pulang??

Sebenarnya tidak pernah ada masalah dengan pekerjaanku kalau memang aku mau pulang tiap lebaran karena sejak awal puasa,, Madam Gina (sebut saja dia germoku),,, Selalu meliburkan kami semua.

Selama ini yang jadi masalahku justru hanya ijin dari ibu. Ibu selalu tak memperbolehkanku pulang dengan alasan uang.

"Gak usah pulang. Ngapain toh pulang? Gak sungkem sama bapak ibu juga gak masalah. Sudah kami maafkan dari sini. Yang jadi masalah itu justru kalau kamu libur nanti malah gajimu dipotong. Kalau sudah begitu kiriman uanh darimu jadi berkurang. Ibu yang susah. Kamu tega buat ibu susah lagi??"

Rangkaian kata demi katanya sampai bisa ku hafal dengan baik saking tiap tahunnya,,,tiap aku bilang ingin pulang jenguk ayah,,, jawaban ibu akan selalu sama.

Ku lempar asal ponsel mahalku itu. Tak peduli kemana larinya yang jelas tidak jatuh dari kasur. Kalau jatuh dan rusak bisa bisa om itu memarahiku.

Aku hampir tak pernah ingat siapa nama om om yang sering menjamah tubuhku. Yang ku ingat hanya aku membenci mereka. Sangat membenci mereka.

Siapa pun itu,,,

Yang datang lalu memilihku untuk menghabiskan malam bersamanya,,,

Yang dengan buasnya melampiaskan naluri bejatnya,,,

Yang datang dengan beribu alasan ketidakpuasan dengan pelayanan istrinya,,,

Bahkan sampai yang iseng saja karena tak tahan melihat kemolekan tubuhku,,,

Aku membenci mereka semua!!!

Semua tak tersisa!!!

Semakin aku tersenyum pada mereka maka semakin besar kebencianku pada mereka.

Hufftt,,,

Seandainya saja ibu tidak banyak hutang,,,

Seandainya saja bapak sehat,,,

Seandainya saja malam itu aku tak kabur dari rumah,,

Seandainya saja aku terima saja pernikahanku dengan pria bernama Raharja itu,,,

Mungkin aku tak akan terjerumus dalam lembah dosa ini.

Seandainya saja aku tak bertemu dengan madam Gina yang dengan simpatik dan sikap manisnya muncul layaknya dewi penolong bagi gadis desa yang cupu dan tak tau harus kemana setelah tiba di kota ini,,,

Seandainya saja aku juga tidak main percaya saja semua ucapannya,,,

Seandainya saja aku juga bisa kabur dari sebelum pria pertama yang membeliku itu merobek selaput daraku dengan paksa,,,

Seandainya saja,,,

Ah aku lelah berandai andai,,, Lebih baik aku berdamai dengan nasib burukku ini. Sudah terlanjur jatuh,,, Aku hanya tak mau ketiban tangga juga.

Coba cari kerja kemana mana dengan modal lulusan SD, Yang ada aku sering dihina dan di caci maki. Di dorong paksa sampai jatuh,,,kadang juga ditendang,,,Tak jarang juga Ditertawakan orang orang yang melihat,,

Aku sudah puas dengan perlakuan buruk manusia manusia yang mengaku punya derajat yang lebih baik dariku. Lebih berpendidikan dariku. Lebih pandai dan terpelajar dariku. Tapi bagiku merekalah sampah masyarakat yang sebenarnya.

"Sudah jangan takut,,, Om gak akan kasar kok. Nanti om beri uang yang banyak. Baju baru, tas baru, sandal baru, atau apa pun yang Bintang mau,,, Akan om berikan asalkan Bintang mau menemani om malam ini."

Aku masih ingat betul ucapan pria pertama yang menyentuhku itu. Saat itu sejujurnya aku yang cupu dan lugu serta polos ini merasa sangat dihargai setelah berkali kali diperlakukan dengan buruk.

Tapi nyatanya,,, Malam itu adalah malam pertama di mana jalan hitam ini ku awali. Sakit yang luar biasa ku rasakan di bagian bawahku masih bisa ku tahan,,, Tapi sakit hatiku mendapati kenyataan bahwa aku ditiduri pria yang lebih cocok jadi ayahku membuatku tak bisa menangis lagi.

Saking sakit hatiku,,, Aku hanya berdiam diri saat om.itu melemparkan segepok uang seratus ribuan yang membuat mataku terbelalak.

Uang sebanyak itu??

Itu hanya bisa ku dapatkan setelah enam bulan kerja keras di perkebunan.

"Kalau kurang bilang saja. Om akan berikan lagi. Tapi Bintang jangan pindah ke om lain lagi." kata om itu waktu itu.

Tapi madam Gina bilang aku tak perlu taat pada om itu karena masih banyak om om lain yang lebih tebal dompetnya dan akan dengan mudahnya memberikannya padaku.

"Ibu banyak hutang Bintang!! Kamu harus paham itu!! Kalau bukan kamu,,,Siapa lagi yang bisa ibu andalkan?? Bapakmu yang sudah tinggal tunggu mati itu???"

Ucapan ucapan kasar dari ibu memenuhi otakku kala itu. Aku tak lagi bisa berpikir jernih. Bayangan Ratih adikku yang berkelebat juga membuat aku bergidik ngeri jika dia juga harus putus sekolah lalu menjadi sepertiku juga suatu hari karena tuntutan ekonomi juga.

Suara batuk ayah yang makin hari makin parah,,, Aku takut ayah pergi ke tempat yang tak bisa ku ikuti. Aku takut mendapati kenyataan bahwa ayah meninggalkanku karena penyakitnya yang makin parah.

TIDAK!!

Aku tidak mau semua yang kubayangkan itu terjadi.

"Kalau Bintang mau nurut sama madam,,, Bintang akan kaya raya." senyum licik madam Gina terukir di wajahnya yang penuh riasan.

Kepulan asap rokoknya memenuhi hidungku lalu masuk ke tenggorokanku hingga membuatku terbatuk batuk.

"Iya madam. Bintang akan nurut sama madam. Apa pun yang madam katakan dan suruh akan Bintang kerjakan. Bintang hanya tidak mau kehilangan pekerjaan. Bintang butuh uang itu." akhirnya aku pasrah.

Sepertinya asap rokok itu juga masuk ke otakku dan menutup akal sehatku. Hingga akhirnya aku jadi seperti ini sekarang.

Sesuai namaku,,, Bintang.

Aku pun menjadi bintang di cafe VIP merangkap rumah prostitusi milik madam Gina ini.

\=\=\=\=\=\=

Ya ampun Bintang,,, Jangan bangga jadi bintang di sana ya 🤭

Hayooo kok belum ada yang kasih like, komen atau vote vuat author nih?? Pada kemana kalian?? Ayo dong beri author semangat biar makin rajin up nya 🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!