Seandainya

Selamat membaca 🌹

Maaf banyak typo 🙏

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

🌹🌹

"Pulang saja. Jangan pedulikan ibu. Kalau kamu sudah di rumah ibu juga tidak akan mengusirmu nduk."

Apa iya?? Aku tak yakin.

"Nduk??"

Aku tergagap mendengar panggilan ayah.

"Kok malah diam? Pulang ya nduk. Bapak kangen."

"Iya pak. Nanti Bintang coba minta ijin libur pas lebaran ya." aku menjawab sekenanya demi menyenangkan hati ayah.

"Yowes kalau gitu bapak tutup dulu telponnya ya nduk. Keburu ibumu pulang nanti ngomel ngomel kalau paketan internetnya habis. Kamu jaga diri ya nduk di sana. Jangan lupa sholat lima waktunya gak boleh ketinggalan. Bapak doakan kerjaanmu lancar dan berkah. Aamiin."

Ya Tuhan,,, Berkah??

Seandainya saja ayah tau apa sebenarnya pekerjaanku. Itu lagi ibu,,,Masak dia selalu membuat ayah sembunyi sembunyi menelponku hanya karena ayah malas dengar omelan ibu kalau paket internetnya habis.

Padahal juga dibeli dari uang kirimanku. Huufttt,,,,

"Kamu kenapa toh nduk kok ngelamun saja??" akhirnya ayah menegurku.

"Eh gak apa apa kok pak. Bintang cuma lagi mikir nanti mau buat ijin gimana pas mau lebaran. Katanya bapak mau Bintang pulang kan?"

"Oalah bapak kira ada apa. Iya nduk,,, Usahakan bisa pulang ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam pak." ku akhiri video call singkat bersama ayah malam ini.

Airmataku berlinangan memikirkan permintaan ayah tadi.

Ijin kerja untuk bisa pulang??

Sebenarnya tidak pernah ada masalah dengan pekerjaanku kalau memang aku mau pulang tiap lebaran karena sejak awal puasa,, Madam Gina (sebut saja dia germoku),,, Selalu meliburkan kami semua.

Selama ini yang jadi masalahku justru hanya ijin dari ibu. Ibu selalu tak memperbolehkanku pulang dengan alasan uang.

"Gak usah pulang. Ngapain toh pulang? Gak sungkem sama bapak ibu juga gak masalah. Sudah kami maafkan dari sini. Yang jadi masalah itu justru kalau kamu libur nanti malah gajimu dipotong. Kalau sudah begitu kiriman uanh darimu jadi berkurang. Ibu yang susah. Kamu tega buat ibu susah lagi??"

Rangkaian kata demi katanya sampai bisa ku hafal dengan baik saking tiap tahunnya,,,tiap aku bilang ingin pulang jenguk ayah,,, jawaban ibu akan selalu sama.

Ku lempar asal ponsel mahalku itu. Tak peduli kemana larinya yang jelas tidak jatuh dari kasur. Kalau jatuh dan rusak bisa bisa om itu memarahiku.

Aku hampir tak pernah ingat siapa nama om om yang sering menjamah tubuhku. Yang ku ingat hanya aku membenci mereka. Sangat membenci mereka.

Siapa pun itu,,,

Yang datang lalu memilihku untuk menghabiskan malam bersamanya,,,

Yang dengan buasnya melampiaskan naluri bejatnya,,,

Yang datang dengan beribu alasan ketidakpuasan dengan pelayanan istrinya,,,

Bahkan sampai yang iseng saja karena tak tahan melihat kemolekan tubuhku,,,

Aku membenci mereka semua!!!

Semua tak tersisa!!!

Semakin aku tersenyum pada mereka maka semakin besar kebencianku pada mereka.

Hufftt,,,

Seandainya saja ibu tidak banyak hutang,,,

Seandainya saja bapak sehat,,,

Seandainya saja malam itu aku tak kabur dari rumah,,

Seandainya saja aku terima saja pernikahanku dengan pria bernama Raharja itu,,,

Mungkin aku tak akan terjerumus dalam lembah dosa ini.

Seandainya saja aku tak bertemu dengan madam Gina yang dengan simpatik dan sikap manisnya muncul layaknya dewi penolong bagi gadis desa yang cupu dan tak tau harus kemana setelah tiba di kota ini,,,

Seandainya saja aku juga tidak main percaya saja semua ucapannya,,,

Seandainya saja aku juga bisa kabur dari sebelum pria pertama yang membeliku itu merobek selaput daraku dengan paksa,,,

Seandainya saja,,,

Ah aku lelah berandai andai,,, Lebih baik aku berdamai dengan nasib burukku ini. Sudah terlanjur jatuh,,, Aku hanya tak mau ketiban tangga juga.

Coba cari kerja kemana mana dengan modal lulusan SD, Yang ada aku sering dihina dan di caci maki. Di dorong paksa sampai jatuh,,,kadang juga ditendang,,,Tak jarang juga Ditertawakan orang orang yang melihat,,

Aku sudah puas dengan perlakuan buruk manusia manusia yang mengaku punya derajat yang lebih baik dariku. Lebih berpendidikan dariku. Lebih pandai dan terpelajar dariku. Tapi bagiku merekalah sampah masyarakat yang sebenarnya.

"Sudah jangan takut,,, Om gak akan kasar kok. Nanti om beri uang yang banyak. Baju baru, tas baru, sandal baru, atau apa pun yang Bintang mau,,, Akan om berikan asalkan Bintang mau menemani om malam ini."

Aku masih ingat betul ucapan pria pertama yang menyentuhku itu. Saat itu sejujurnya aku yang cupu dan lugu serta polos ini merasa sangat dihargai setelah berkali kali diperlakukan dengan buruk.

Tapi nyatanya,,, Malam itu adalah malam pertama di mana jalan hitam ini ku awali. Sakit yang luar biasa ku rasakan di bagian bawahku masih bisa ku tahan,,, Tapi sakit hatiku mendapati kenyataan bahwa aku ditiduri pria yang lebih cocok jadi ayahku membuatku tak bisa menangis lagi.

Saking sakit hatiku,,, Aku hanya berdiam diri saat om.itu melemparkan segepok uang seratus ribuan yang membuat mataku terbelalak.

Uang sebanyak itu??

Itu hanya bisa ku dapatkan setelah enam bulan kerja keras di perkebunan.

"Kalau kurang bilang saja. Om akan berikan lagi. Tapi Bintang jangan pindah ke om lain lagi." kata om itu waktu itu.

Tapi madam Gina bilang aku tak perlu taat pada om itu karena masih banyak om om lain yang lebih tebal dompetnya dan akan dengan mudahnya memberikannya padaku.

"Ibu banyak hutang Bintang!! Kamu harus paham itu!! Kalau bukan kamu,,,Siapa lagi yang bisa ibu andalkan?? Bapakmu yang sudah tinggal tunggu mati itu???"

Ucapan ucapan kasar dari ibu memenuhi otakku kala itu. Aku tak lagi bisa berpikir jernih. Bayangan Ratih adikku yang berkelebat juga membuat aku bergidik ngeri jika dia juga harus putus sekolah lalu menjadi sepertiku juga suatu hari karena tuntutan ekonomi juga.

Suara batuk ayah yang makin hari makin parah,,, Aku takut ayah pergi ke tempat yang tak bisa ku ikuti. Aku takut mendapati kenyataan bahwa ayah meninggalkanku karena penyakitnya yang makin parah.

TIDAK!!

Aku tidak mau semua yang kubayangkan itu terjadi.

"Kalau Bintang mau nurut sama madam,,, Bintang akan kaya raya." senyum licik madam Gina terukir di wajahnya yang penuh riasan.

Kepulan asap rokoknya memenuhi hidungku lalu masuk ke tenggorokanku hingga membuatku terbatuk batuk.

"Iya madam. Bintang akan nurut sama madam. Apa pun yang madam katakan dan suruh akan Bintang kerjakan. Bintang hanya tidak mau kehilangan pekerjaan. Bintang butuh uang itu." akhirnya aku pasrah.

Sepertinya asap rokok itu juga masuk ke otakku dan menutup akal sehatku. Hingga akhirnya aku jadi seperti ini sekarang.

Sesuai namaku,,, Bintang.

Aku pun menjadi bintang di cafe VIP merangkap rumah prostitusi milik madam Gina ini.

\=\=\=\=\=\=

Ya ampun Bintang,,, Jangan bangga jadi bintang di sana ya 🤭

Hayooo kok belum ada yang kasih like, komen atau vote vuat author nih?? Pada kemana kalian?? Ayo dong beri author semangat biar makin rajin up nya 🌹🌹

Terpopuler

Comments

🌼stfaiza

🌼stfaiza

semoga ibumu tidak lupa ya bintang demi keluarga kamu mengikuti prinsip lilin,
"memberi terang bagi yg lain tapi dia sendiri yang hancur..."

2021-12-13

2

Ade Safitri

Ade Safitri

jadilah seperti bintang.. walaupun sinarnya kecil tapi dia tetap memberi cahaya...

2021-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!