Rahasia

Happy reading readers sayang 😘

Maaf typo bertebaran 🙏

❤️❤️

"Uang Bintang sudah ibu minta semua kemarin. Kalau ibu butuh uang lagi untuk bapak,, ibu bisa jual saja kalung itu."

"Enak saja!! Ibu kan suka kalung ini."

"Ya sudah nanti sampai di kota Bintang kirimi lagi." Aku sungguh tak mau lagi berdebat dengan ibu apalagi ini masih hari yang fitri.

"Beneran ya. Awas bohong." ibu sudah mau beranjak dari kamarku.

"Bu."

"Apa lagi sih??"

"Ibu tidak pernah mau tau apa pekerjaan Bintang??" aku beranikan diri bertanya begitu walau sebenarnya aku sendiri akan gelagapan kalau ditanya beneran tentang pekerjaanku.

"Ibu tidak peduli. Mau kamu kerja apa di sana. Mau kamu jual diri,,mau jadi simpanan om om kaya,, mau jadi pembantu, gundik,,,mau kerja halal haram,, ibu tidak peduli. Yang jelas orang orang kampung tidak ada yang tau seandainya pekerjaanmu itu hanya buat malu. Dan yang paling penting lagi,,, kamu dapat uang banyak."

Jawaban ibu menyakitiku. Sangat menyakitiku.

"Lalu kalau nanti Ratih giliran kerja,,,Apa ibu juga tidak akan setidak peduli ini??" lagi lagi aku beranikan diri.

"Dengar ya Bintang,,, Ratih itu tidak perlu kerja keras sepertimu. Karena apa?? Karena dia sudah punya kakak yang wajib bertanggung jawab pada adiknya!! Kalau kamu iri sama Ratih,,,berharap saja nanti kamu mati dilahirkan kembali terus jadi anak kedua."ibu cuek mengatakannya.

"Bu,,,Boleh tidak sekaliiii saja,,,walau sepatah dua patah kata,,,ibu tunjukkan bahwa ibu juga sayang sama Bintang." aku sungguh kasihan pada diriku sendiri saat mengatakannya.

Untuk minta kasih sayang ibu saja aku harus memelas begitu.

"Kamu tidak sama dengan Ratih,,, Dan kamu bukan,,,,"

"Stop bu!!!" tiba tiba saja ayah sudah berdiri di pintu kamarku.

Ibu beringsut keluar tanpa menyelesaikan perkataannya yang menggantung tadi. Membuatku penasaran saja. Sebenarnya aku bukan apa???

"Sudah selesai kemas kemasnya nduk?" ayah masuk lalu duduk di tepi ranjangku.

"Tinggal sedikit lagi pak. Kok bapak sudah bangun?Kan Bintang belum bangunin. Apa Bintang terlalu gaduh sampai ganggu tidur bapak??"

Wajah penuh senyuman itu sekali lagi meneduhkan hatiku.

"Bapak sudah enakan nduk. Bapak juga ingin bantu kamu kemas kemas.Sini bapak bantuin." Ayah membantuku melipat bajuku.

Ku pandangi diam diam wajah tuanya. Banyak gurat dan keriput di sekitar dahi dan matanya.Tulang pipinya juga kurasa makin menonjol keluar yang artinya ayah makin kurus.

"Pak,,,"Lirihku.

"Iya nduk. Ada apa?" ayah mendongakkan wajahnya.

"Bintang boleh tanya sesuatu?"

"Apa nduk?"

"Bintang ini bukan anak ibu ya pak?" akhirnya ku cetuskan juga kalimat buah pikiranku selama ini.

Ayah menghentikan gerakan tangannya melipat bajuku lalu menghela napas berat. Bisa kurasakan beliau sangat susah merangkai kalimat yang tepat demi bisa menjawab pertanyaanku itu.

"Ibu itu ibumu nduk. Ibu yang melahirkanmu. Jangan pernah kamu ragu akan kebenaran itu."

"Tapi kenapa ibu,,,"

"Itu karena bapak." ayah memotong pertanyaanku.

"Maksudnya apa pak? Bintang tidak paham. Bapak bisa jelaskan sama Bintang??" aku makin tak sabar.

"Nduk,,,Yang penting kamu sudah tau bahwa ibu itu ibu kandungmu. Berbaktilah pada beliau selayaknya bakti anak pada ibunya. Jangan ingat perlakuan buruknya saja padamu nduk,,,Tapi ingatlah juga seperti apa perjuangannya saat mengandung dan melahirkanmu."

Ayah berdiri dan menepuk bahuku lembut.

"Sesayang sayangnya kamu pada bapak,,,jangan pernah melebihi sayangmu pada ibu ya nduk. Dan sebenci bencinya kamu pada ibu,,,Tetap ingatlah satu hal. Ibumu pernah bertaruh nyawa demi bisa melahirkanmu nduk."ayah tersenyum.

Meski aku mengangguk sebelum ayah keluar kamarku dengan diam diam menyeka airmatanya,,, tapi aku tidak puas dengan jawaban ayah.

Ada rahasia besar dibalik semua ini. Dan suatu saat aku harus tau rahasia apa itu sebenarnya.

Ku selesaikan ritual kemas kemas barangku sebelum petang menjelang. Karena aku akan kesusahan mencari ojek yang mengantarku ke terminal kalau terlalu malam.

"Bintang pamit ya pak. Bapak jaga kesehatan, jangan banyak pikiran." pesanku sebelum sungkem pada ayah.

"Iya nduk. kamu juga hati hati di kota orang ya.Jaga diri,jaga martabat,jaga kehormatan. Kita ini orang miskin nduk,,, Kalau bukan nama baik yang kita miliki, tak ada lagi yang bisa kita pamerkan."

Deg,,,

Pesan itu begitu mengena di hatiku. Terpikir olehku apa ayah sudah mulai curiga kepadaku?? Atau mungkin saking percayanya pada anak gadisnya yang sudah tak lagi perawan ini???

Entahlah.

"Bu,,,Bintang,,,"

"Iya. Sudah sana cepat berangkat. Keburu malam nanti tidak dapat ojek. Ibu sudah minta kang Kirman mengantarmu ke terminal.Dia sudah menunggu di pangkalan ojek." ketus ibu bahkan tidak menoleh dan membiarkan saja aku mencium punggung tangannya.

Ibu bahkan tidak melihatku tersenyum bahagia mendengar perkataanya itu. Begitu saja aku sudah merasa ibu ternyata juga perhatian padaku sampai memesan ojek segala untukku.

"Segitu saja sudah cukup bu untuk meyakinkanku bahwa ibu juga menyayangiku." ku peluk ibu dengan penuh kasih meski tubuh ibu berusaha menolaknya.

"Mbak jangan lupa sampai kota kirimi Ratih uang beli beli tas dan buku baru ya." adik matreku itu menyembul dari tirai kamarnya dan mulai pesan ini itu.

"Iya nanti mbak tambahi kiriman untukmu." jawabku meski aku kecewa karena adikku itu tidak menyalami atau pun mengucapkan selamat jalan untukku. Dia langsung masuk lagi ke kamarnya saja.

Hmm ya sudahlah.

Lebih baik aku segera berangkat saja. Pandangan mata tetangga sebelah kanan kiri begitu tajam melihatku keluar membawa koper kecilku. Tampak ada kelegaan di wajah mereka melihatku akan segera meninggalkan kampung ini.

Tatapan mereka itu membuatku makin merasa aku bukanlah bintang di kampung halamanku sendiri. Aku layaknya parasit yang harus dibasmi.

Aku jauh lebih bersinar di ranjang VIP club madam Gina. Di sana banyak yang mengelu elukan aku sebagai bintang yang terus bersinar terang menerangi jiwa jiwa yang haus akan buaian kenikmatan.

Di sana aku dihargai,,,

dengan senyuman,,,dan dengan uang.

"Mari akang antar neng Bintang." kang Kirman satu satunya ojek yang masih lajang menebarkan senyumnya padaku.

"Iya kang. Terima kasih."

Kang Kirman meletakkan koperku di depannya dan mempersilahkan aku duduk di belakang.

"Pegangan neng biar gak jatuh."

Aku menurut saja dan mengalungkan tanganku di pinggangnya. Aku tau kang Kirman tidak pernah punya niatan jahat kepadaku atau mencari keuntungan pribadi.Dia murni takut aku terjatuh saja. Dari dulu dia adalah teman baikku di kampung.

Ku lihat sorot mata ojek ojek lain menatap Kang Kirman dengan rasa iri. Mereka semua sudah pada beranak istri,,, tentu dilarang oleh istri istrinya mengantarku.

Aku tersenyum mengejek pada mereka.

🌹🌹🌹

Menang banyak deh si Kirman 😀

Tapi author belum memenangkan hati para readers nih kayaknya. Belum ada yang mau nyumbang votenya buat author.

Tapi author gak kapok kapok ngingetin readers kece untuk selalu kasi jejaknya ya. Bisa kasi hadiah, like, vote atau pun komen ❤️❤️

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

pengen nabok ibu n Ratih.... 😠😠😠

2022-09-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!