Ayah

Selamat membaca 🌹

Maaf banyak typo 🙏

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

🌹🌹

"Mau kerja apa kamu?? Jadi pelacur??? Sekolah aja cuma tamat SD kok mimpi cari kerja di kota. Tidak!! Besok kamu ibu nikahkan!!!"

Ibu mendorong bahuku sampai aku terbaring lagi di kasur reotku lalu pergi meninggalkanku tanpa menunggu jawabanku.

Ya tuhan,,, sakitnya hatiku waktu itu mendengar kata pelacur. Apa ibu pikir tidak ada pekerjaan lain yang bisa kudapatkan sampai aku harus jadi pelacur??

Bu,,,istighfar bu. Seharusnya sebagai seorang ibu,,,Ibu tak seharusnya bicara begitu bukan?? Seharusnya ibu mendoakanku agar aku bisa dapat pekerjaan lain yang lebih baik dari itu.

Aku menangis dalam hati lengkap dengan airmata yang terus menerus lolos seperti tidak akan ada habisnya. Hampir sejam menangis pun masih tak bisa membuatku merasa lega.

Sialnya aku juga malah tidak lagi mengantuk. Sayup sayup ku dengar suara batuk ayah yang makin mendekat ke kamarku.

"Bapak gak boleh lihat aku nangis begini." cepat cepat ku hapus airmataku meski aku tau itu akan tetap meninggalkan sembab di wajahku.

"Nduk,,, bapak boleh masuk??" suara khas ayah begitu menentramkan hatiku. Panggilan khususnya "Nduk" padaku itu juga selalu membuat emosiku mereda.

"Iya pak masuk saja." jawabku.

Seketika hatiku bagai disirami air yang sejuk begitu pemilik seulas senyum tulus itu berdiri di ambang pintu kamarku.

"Bapak tau kamu belum tidur makanya bapak kesini. Bapak minta maaf ya nduk. Bapak ini gak berguna." ucap ayah begitu beliau duduk di sampingku.

"Pak,, Kok gitu ngomongnya. Bagi Bintang,,,bapak adalah bapak terbaik di dunia." ku peluk tubuh kurus itu dengan hangat berharap bisa membuatnya tak lagi merasa bersalah.

Sakit asma yang diderita ayah nyatanya mampu membuat ayah kehilangan berat badannya secara berangsur angsur hingga ayah makin kurus saja.

"Maafkan ibumu juga ya nduk." suara ayah mulai berat terdengar.

"Ibu juga tidak salah apa apa pak. Bintang tau selama ini ibu juga sudah berusaha sebaik mungkin menjadi ibu sekaligus pengganti bapak mencari nafkah. Tidak ada alasan lagi bagi Bintang menyalahkan ibu." ucapku lirih.

"Apa itu artinya kamu akan menuruti kemauan ibumu nduk?"

Pertanyaan yang sudah pasti jawabanku adalah tidak itu entah kenapa membuat mulutku ini kaku begitu yang menanyakannya adalah ayah.

"Kamu tau siapa tuan Raharja?" tanya ayah lagi.

Aku menggeleng cepat menahan airmata yang sepertinya mau lolos lagi setelah mendengar nama itu disebut lagi. Nama yang rasanya akan membuat masa mudaku ini menjadi kelam.

"Dia pemilik perkebunan teh tempatmu bekerja. Kabarnya dia juga yang kemarin menolong ibumu saat kalah di bandar judi. Beliau yang membayarkan semua total kekalahan ibumu." kata ayah.

Apa??

Pemilik perkebunan teh??

Orang kota itu??

Yang baru datang tiga hari lalu untuk meninjau perkebunan milik keluarganya ini??

Apa ibu tidak salah?

Pria itu bahkan lebih cocok untuk kujadikan ayah,,,

Ibuuu,,,

Apa ibu sedang menjualku??

Tega sekali ibu.

Lagipula kenapa juga bisa bisanya orang kota itu memilihku? Apa memang ibu yang mempromosikan aku?? Aku bahkan tak pernah sekali pun tegur sapa dengan orang kota itu. Aku hanya pernah papasan dengannya itu pun dengan menundukkan wajahku karena aku takut kepadanya.

Kata orang orang perkebunan,,, Tuan Raharja itu berwatak keras dan tidak bisa mentolerir kalau karyawannya melakukan kesalahan. Tapi bagaimana bisa tuan Raharja memilihku??

Ah pasti benar dugaanku. Ibu memang yang menjualku!!!

Napasku naik turun memikirkan hal itu.

"Nduk,,,"

Lagi lagi panggilan itu meredakan emosiku.

"Iya pak." sahutku lembut.

"Pergilah. Bapak tau kamu tidak mau menikah dengan tuan Raharja. Karena itu pergilah yang jauh nduk. Pergilah selagi kamu bisa."

"Pak?? Bagaimana bisa Bintang pergi meninggalkan bapak begini??"

"Bapak lebih baik ditinggal olehmu dan tidak menyaksikan sendiri kamu menikah dengan orang yang sama sekali tidak kamu inginkan untuk jadi imammu nduk. Bapak akan merasa sangat gagal menjadi orang tua kalau di hari pernikahanmu bukan senyum yang kamu berikan tapi tangisan."

Ya tuhan aku tidak tahan lagi. Ku peluk erat erat pemilik tubuh yang menjadi satu satunya insan di dunia ini yang sangat mengerti perasaanku,, Malaikat tak bersayap yang selalu menginginkan kebahagiaanku menjadi prioritasnya.

Airmataku membasahi pundaknya dengan cepat. Baju kusut itu pun menjadi makin kusut oleh airmataku.

"Pak,,, kenapa ibu tidak pernah menunjukkan cintanya seperti ini pada Bintang??" di sela isakan tangisku maka pertanyaan itu keluar.

Pertanyaan itu bukan pertama kalinya kutanyakan namun selalu tidak pernah ada jawaban pasti dari ayah.

"Ibu sayang kamu nduk."

Selalu begitu saja jawaban ayah. Walau ku rasa ayah juga tau bahwa sikap ibu padaku dan Ratih jauh berbeda. Ratih selalu mendapatkan kasih sayang ibu sepenuhnya.

Aku ingat betul waktu kecil Ratih tak mau makan lagi ibu menyuapinya dengan telaten sampai nasi di piring Ratih habis. Sementara aku??? Ibu malah membentakku saat aku juga meminta ibu menyuapiku dengan bilang aku gak boleh manja.

🌹🌹

Ting ting,,,

Ku usap wajahku dengan kasar saat bunyi ponsel berlambang buah apel di belakangnya keluaran terbaru milikku itu berbunyi. Jangan tanya dari mana aku yang hanya bisa mengontrak rumah tapi bisa punya ponsel mahal itu

Itu pemberian om kaya yang sangat menggilai tubuhku. Dia memberikan itu padaku bisa dibilang cuma cuma karena dia sudah membayar tubuhku dengan uangnya yang seperti tidak ada habisnya itu.

Dengan malas ku raih ponsel yang terus berbunyi itu.

"Ayah??" mataku terbelalak melihat nama ayah tertera di layar ponselku.

Ayah menelponku malam malam begini ada apa ya. Tangaku sudah hendak menggeser gambar telpon warna hijau itu saat aku sadar dengan pakaianku saat itu.

"Tidak tidak!! Ayah gak boleh melihatku begini." Cepat ku letakkan ponsel itu tanpa menjawabnya. Aku setengah berlari membuka lemari bajuku dan mengambil bajunyang lebih sopan dan tertutup.

Bagaimana mungkin aku menerima video call dari ayah dengan pakaian minimku yang menampilkan seluruh punggung mulusku dan hampir setengah dadaku. Maklum aku baru saja pulang dari hotel menemani tamu baruku.

Setelah berpakaian lengkap ku telpon balik nomer ayah.

"Assalamualaikum pak." senyumku tersungging ketika wajah menyejukkan itu tampak di layar ponselku.

"Waalaikumsalam nduk. Piye kabarmu nduk? Lebaran besok pulang ya nduk. Bapak kangen sama kamu. Sudah empat kali lebaran kamu gak pulang."

"Ibu mana pak?" aku tak mengiyakan permintaan bapak tapi malah menanyakan keberadaan ibu.

"Arisan sama ibu ibu perkumpulannya nduk. Ratih juga ikut."

Aku bernapas lega karena itu artinya ibu tidak ada di rumah bersama bapak.

"Pak,,,Bintang kangen." airmataku tak bisa lagi ku tahan.

"Pulang saja. Jangan pedulikan ibu. Kalau kamu sudah di rumah ibu juga tidak akan mengusirmu nduk."

Apa iya?? Aku tak yakin.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Pulang saja Bintang,,, Sungkem sama bapak dan ibu dulu biar gak dicap anak durhaka. Iya gak sih??

Hai hai,,, Jangan lupa kasih jejak ya. Like, vote sama komen kalian selalu author tunggu. Love you all ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!