Tuan Raharja

Selamat membaca 🌹

Maaf banyak typo 🙏

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

🌹🌹

Suara takbir yang menggema membuatku merinding. Pagi ini aku sudah tampil serba putih dengan mukena yang ku beli di kota sebelum aku mudik. Aku menunggu ayah, ibu dan juga Ratih yang masih sibuk mempersiapkan diri mereka.

Ayah sudah keluar lalu menyapaku.

"Cantiknya anak bapak." Ayah memujiku dengan suara tulusnya.

"Terima kasih pak." hanya jika ayah yang memuji maka aku akan berterima kasih karena aku tau ayah tidak sedang mengambil hatiku saja.

"Ibu sama adikmu kok lama? Coba bapak panggil dulu." Aku hanya mengangguk. Aku juga tidak tau apa yang membuat mereka berdua lama.

"Tunggu pak." ku hela tangan ayah lalu ku perhatikan baik baik baju koko, sarung serta peci yang dipakainya. Sama sekali tak ada bau bau baju baru. Yang ada hanya kesan lusuh dan sudah rapuh kainnya.

"Kok pakaian bapak gak kelihatan baru?"

"Buat apa memangnya baju baru nduk. Yang pentung hati kita yang baru di hari yang fitri ini." Ayah tersenyum, tapi tidak denganku.

"Apa ibu tidak pernah belikan bapak baju baru??"

Ayah menggeleng pelan namun senyumnya masih tetap mengembang. Seperti itulah ayah. Selalu sabar dan tidak menuntut lebih.

"Padahal sudah Bintang kirimi uang lebih tiap mau lebaran setiap tahunnya untuk ibu belikan baju bapak juga." aku berusaha menjelaskan pada ayah.

"Sudah gak usah itu dipermasalahkan nduk. Momen fitri ini jangan dipakai memikirkan hal hal yang buruk begitu ya. Kamu kan tumben pulang toh nduk,,, Masak sekalinya pulang mau bahas yang begitu begituan?" sekali lagi kalimat lembut dan masuk akal ayah membuatku luluh.

Akhirnya aku mengangguk dan tersenyum.

"Yowes bapak panggil ibumu dulu." bapak langsung berjalan ke dalam.

Ku pandangi pantulan diriku di cermin. Benar kata orang,,,Aku memang cantik. Bahkan walau sudah dibalut dengan mukena begini masih tak mengurangi kecantikanku. Hehehe GR sedikit boleh kan ya,,,

Melihat bayangan diriku yang serba putih itu mendadak aku merasa diriku kotor sekali.

Masih pantaskah aku masuk ke rumah tuhan?

Masih diterimakah ibadahku?

Masih bisa dianggap sucikah hatiku sedangkan tubuhku sudah dijamah puluhan atau bahkan sudah ratusan pria hidung belang??

"Ayo nduk kita berangkat."

Suara ayah membuatku tersentak. Aku menoleh dan kulihat ibu dan Ratih sudah mengikuti ayah keluar kamar.

Astaga mereka apa apaan sih?

Bukannya pakai mukena saja atau mungkin cukup pakai busana muslim yang penting bersih,rapi dan wangi,, Mereka berdua malah memakai busana yang sepertinya sengaja mempertontonkan perhiasan yang mereka pakai.

Dan tunggu,,,!!

Bukannya itu kalungku yang dipakai ibu??

Bagaimana bisa kalung itu dipakai ibu??

Masak ibu bongkar koperku sih??

Astaghfirullah,,,,

Kata kata ayah tadi untuk menghilangkan pikiran buruk terutama di hari fitri ini membuatku mencoba menghilangkan pikiranku saat itu.

Bisa jadi kalung ibu hanya mirip dengan punyaku.

Aku tersenyum.

Ya sudahlah yang penting hari ini aku bahagia bisa kumpul keluarga.

Kami berempat berjalan kaki saja menuju ke masjid di kampung kami ini. Dalam perjalanan kami ke sana kami melewati beberapa rumah penduduk termasuk rumah besar di ujung jalan itu.

Rumah yang ditempati oleh tuan Raharja dan anak istrinya.

Tengah asyik saling sapa menyapa dengan para tetangga yang juga akan pergi ke masjid, aku dengar salah seorang warga menyebut nama itu.

"Wah tuan Raharja rupanya tahun ini berlebaran di sini ya??"

"Apa?? Pria tua yang menjadi hal ihwal aku menjadi aku yang sekarang ini juga berlebaran di sini???" mataku berputar mencari cari sosok pemilik nama itu.

Mataku tertumbuk pada sosok yang terlihat kaya hanya dengan melihat pakaiannya saja. Tiba tiba aku ngeri mengingat kejadian empat tahun silam. Bukankah aku hampir jadi mangsanya juga???

"Bintang!! Sini kamu!! Nanti kalau disapa sama tuan Raharja, kamu bersikaplah manis ya. Kemarin ibu diancam untuk menyerahkan Ratih adikmu sebagai gantimu!!" bisik ibu setelah menarikku agar mendekat padanya.

"Apa bu?? Gimana ceritanya bisa gitu? Kan hutang ibu sudah lunas." aku tentu saja terkejut mendengar kata ibu tadi.

Masih terus mendesak ibu agar menjawabku rupanya langkah kami sudah sampai di depan rumah tuan Raharja. Ibu pun memberiku isyarat untuk berhenti bertanya tanya lagi.

"Selamat pagi bu Lastri. Wah perhiasannya baru ya?? Ini punya saya juga baru lho. Baru dibelikan sama bapak di kota." istri dari tuan Raharja,bu Marni menyombong pada ibuku.

Sebenarnya aku muak dengan sifat orang orang kampungku yang suka saling pamer. Tapi untuk saat ini kuabaikan rasa tidak sukaku itu karena aku lebih tak suka dengan cara tuan Raharja memandangiku naik turun.

Pandangan matanya yang liar dan tajam itu tiba tiba tertangkap mataku membuatku cepat cepat menunduk dan pura pura mengajak Ratih bicara.

"Mari tuan. Kami duluan ke masjid. Ayo Bintang, Ratih. Ibu juga ayo lekas ke masjid."

Ah untung ayah segera menyelamatkan ketidaknyamananku berdiri di depan pria bernama Raharja itu.

Sudah lebih dari dua puluh langkah yang ku hitung aku baru berani menengok ke belakang lagi. Ku pikir si tuan Raharja itu juga pasti sudah tak lagi memperhatikan kami. Tapi dugaanku salah rupanya.

Tepat saat aku menoleh, pria tua itu masih menatapku tajam. Cepat cepat ku palingkan wajahku lagi. Entah kenapa aura pria itu membuatku takut meski aku sudah bertemu banyak pria mulai dari yang masih remaja sampai sudah om om.

Mungkin karena aku punya riwayat buruk tentang pria itu kali ya. Entahlah yang jelas melihat pria itu secara langsung meski tak saling bertegur sapa membuat hari yang awalnya indah ini jadi mengerikan.

Ku coba sebisa mungkin konsentrasi dan memfokuskan pikiranku hanya kepada Rabbku saat kami semua sudah mulai melaksanakan sholat idul fitri. Aku bersyukur karena pikiranku masih berada dalam kendaliku.

"Bintang kamu pulang saja dulu ya nduk. Bapak masih ada acara halal bihalal dengan bapak bapak di sini." ucap ayah begitu kami bertemu di halaman masjid.

"Iya pak. Usahakan cepat pulang ya biar bisa lebih lama sama Bintang." aku tersenyum manis.

"Iya nduk." ayah mengusap puncak kepalaku.

Ku cari ibu dan adikku tapi entah mereka ada di mana. Mataku sudah menyapu Hampir seluruh halaman masjid tapi tak melihat mereka di mana. Maklum tadi pas sholat aku memilih tak duduk di samping mereka karena aku risih dengan obrolan mereka dengan para tetangga yang saling memamerkan barang mereka.

"Ya sudahlah,,,lebih baik aku pulang saja." gumamku langsung meninggalkan halaman masjid.

Astaga!!

Bukannya aku harus melewati rumah tuan Raharja lagi kalau mau pulang karena itu jalan satu satunya menuju rumahku.

"Semoga saja pria itu tidak ada."doaku dalam hati.

\=\=\=\=\=

Sudah kasih aku hadiah belum??

Like?

Vote?

Komen?

Mana nih suara kalian?? Biar author makin semangat nulisnya. Aku tunggu yaaa 🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

Raharja... Angka... Marni.. Yenni... plus Bintang.... rameeeee...

2022-09-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!