Sudah Saatnya (Rendy)

Fajar dan Rendy sudah berada di depan rumah Refina. Rendy menyuruh Fajar yang meminta izin, biar dia tetap di dalam mobil. Rendy sepertinya takut dilarang kembali oleh Ibu Refina. Tapi Fajar tetap menyuruhnya turun, meyakinkan bahwa Ibu Refina kali ini akan mengizinkan.

"Udah lah ren, ayo sini. Kan waktu itu Ibunya Refina enggak ngizinin kalau berdua. Kan sekarang bakalan berempat."

"Ya udah lah iya." Dengan malas, Rendy keluar dari mobilnya.

"Lemes banget Lo kayak gorengan

kemarin!!."

"Ya gimana atuh, nanti gimana kalau

ditolak!."

"Coba dulu... tante..... tante..... assalamualaikum.. Refinanya ada?!." Teriak Fajar dengan tangan menekan-nekan bel. Setelah Ibu Refina menjawab salamnya, Fajar berlari masuk ke dalam mobil.

"Eh jar. Mau ke mana? Hhh." Rendy tampak kesal dengan kelakuan Fajar.

"Wa ‘alaikumsalam.... eh Rendy. Mau apa?. Mau ngajak main?."

"I.... iya tante. Sekarang mainnya berempat kok tante. Boleh kan?."

"Iya boleh. Refina juga udah bilang katanya kalian akan main berempat. Sekarang juga dia lagi siap-siap. Eh iya, berempat itu yang satu lagi siapa?."

"Oh itu... itu Andini, temen baru kita

tante."

"Oh bagus kalau gitu, jadi Refina ada temen cewek. Sini atuh masuk dulu?."

“Enggak usah tante."

"Kalau gitu, tunggu aja, bentar lagi Refina keluar kok." Ibu Refina pergi kembali ke dalam rumah, selang beberapa menit Refina keluar.

"Cantik ref." puji Rendy sambil tersenyum.

"Ah biasa aja. Kalau Gue main kan juga penampilannya kayak gini."

"E.... ya udah ayo masuk!."

Mereka masuk ke dalam mobil, Fajar sudah menunggu Rendy di kursi belakang.

"Tuh kan kata Gue juga apa." ujar Fajar.

Setelah dari rumah Refina, mereka pergi menuju rumah Andini. Sesampainya di sana, Fajar turun dari mobil dan memanggil Andini dari luar gerbang. Andini keluar menemui Fajar.

"Ayo berangkat!."

"Emang udah izin?."

"Udah tadi. Boleh katanya."

"Ah enggak percaya. Mau izin aja lagi sekalian pamitan."

"Merekanya lagi enggak ada. Gue udah izin sebelum mereka pergi. Dan mereka bilang boleh kalau..."

"Kalau?."

"Kalau sama Lo!."

"Aku?." Fajar menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Ya udah ayo berangkat cepetan!!." Ajak Andini sambil menarik tangan Fajar.

Fajar senang karena orang tua Andini sudah percaya padanya. Yang sangat sulit ia lakukan adalah membuat Andini juga percaya padanya. Karena yang ia cintai itu Andini, bukan orang tua Andini.

Mereka berempat sudah berada di dalam mobil. Mereka berangkat menuju mall.

"Gue udah pesen tiketnya. Jadi nanti kita tinggal nonton aja." ucap Rendy yang sedang fokus menyetir.

"Oke kalau gitu mah. Ya udah cepetan!." Seru Fajar.

Mereka pun sampai di mall dan langsung masuk ke dalam teater untuk menonton Film. Film yang mereka tonton kali ini Film romansa. Tentang dua orang manusia yang mengalami cinta pandangan pertama karena pertemuan tak sengaja.

"An, gimana Filmnya?." Tanya Fajar yang duduk di sebelah Andini.

“Enggak masuk akal. Masa mereka enggak sengaja ketemu bisa langsung jatuh cinta gitu sih."

"Ya itu takdir namanya. Aku juga gitu sama kamu.”

“Iya. Tapi Gue enggak. Ah Gue bosen liat cerita gini!. Endingnya sama aja!.”

“Tonton dulu sampai selesai, karena kita enggak akan tahu akhir dari sebuah cerita sebelum kita melihatnya sampai selesai."

"Ah, ujung ujungnya palingan mereka berjodoh."

"Siapa bilang?."

"Gue tadi."

"Kalau enggak gimana?."

"Yakin Gue mereka bakalan berjodoh." "Liat aja sampe selesai."

***

Sementara Fajar dan Andini sibuk berdebat, Rendy dan Refina masih fokus menonton film sebelum Rendy mengajak Refina mengobrol.

"Ref.... kamu percaya sama pertemuan enggak sengaja yang bisa menumbuhkan rasa cinta?."

“Enggak sih. Karena menurut Gue, cinta itu butuh pembiasaan. Bahkan mungkin butuh waktu yang lama buat bisa tumbuh."

Iya ref, kayak perasaan Gue ke Lo. Ujar Rendy yang hanya ia ucapkan dalam hati.

"Tapi bahkan, ada juga yang udah punya perasaan yang sangat besar sama seseorang, tapi enggak pernah diungkapin. Jadi ya mereka enggak berjodoh."

Ucapan Refina tadi menjadi sebuah sentilan bagi Rendy. Hati Rendy tercubit kecil oleh ucapan Refina. Refina seperti mengetahui segala isi hati Rendy.

"Cinta itu misteri ren, kita enggak akan tahu apa yang terjadi dengan perasaan kita sendiri. Perasaan itu bisa aja jatuh sama seseorang yang baru atau bahkan jatuh sama seseorang yang sudah dekat dengan kita dalam waktu yang lama." lanjut Refina.

"I... iya ref Lo bener. Hmmm." Rendy tersenyum.

***

"Bosen ah Jar, Gue keluar aja!."

"Kan belum selesai film nya."

"Ah Gue udah tahu endingnya bakalan bahagia!." Ucap Andini sambil berjalan keluar.

"Sotoy ah. Ya udah aku ikut!." Fajar mengikuti Andini. Rendy dan Refina tidak melihat mereka berdua pergi karena kursi mereka agak berjauhan.

Fajar mengejar Andini keluar. Mereka tak tahu akan ke mana mereka pergi. Fajar pun mengajak Andini untuk pergi mencari tempat duduk. Andini mengiyakan.

"An, tunggu sebentar di sini ya?."

"Lo mau ngapain?."

"Tunggu bentar aja. Mau beli buku dulu."

"Iya deh."

Fajar pergi untuk membeli buku. Ia memilih dan memilah novel dan komik yang menurutnya bagus. Setelah selesai, ia bergegas kembali menemui Andini. Tapi ia teringat satu hal, ia ingin membeli satu barang yang mungkin akan Andini sukai.

"Mmmm. Ya udah lah ini aja." ucapnya yang sudah sangat kebingungan memilih.

Setelah memilah dan memilih ia membayarnya di kasir dan kembali menemui Andini. Tapi Andini tidak ada di tempat Fajar tadi meninggalkannya. Fajar duduk di tempat ia dan Andini tadi duduk, ia lalu mencoba menghubungi Andini, menanyakan di mana ia berada.

"An, kamu di mana?." Tanya Fajar melalui chat.

"Gue abis beli air putih, sekarang juga Gue ke tempat yang tadi."

Setelah beberapa menit menunggu, Andini datang menemui Fajar yang sedang duduk memperhatikan HP-nya. Andini berdiri di belakang Fajar, mengambil novel yang sudah

Fajar beli.

"Liat, pantesan aja Lo suka gombal, bacanya juga novel romance gini." hardik Andini yang melihat buku Fajar.

"He he. Abis gimana dong, aku suka. Kalau kamu suka baca buku juga?."

“Enggak terlalu."

"Oh..... eh iya, tadi aku beliin kamu ini." Fajar mengeluarkan barang yang tadi ia beli untuk Andini.

"Wah ini buat Gue?." Andini kegirangan, barang yang Fajar belikan adalah peralatan menggambar. Benda yang paling ia sukai.

"Mmm." Fajar mengangguk.

"Makasih ya jar." Tanpa sadar, Andini memberi pelukan hangat pada Fajar. Sebuah pelukan untuk yang kedua kalinya dari Andini. Fajar tersenyum.

"Eh, sorry. Gue kesenengan." ucap

Andini.

“Enggak apa-apa kok. Yang lama kalau bisa." tukas Fajar.

"Dasar Lo." Andini mendorong pipi Fajar hingga wajah Fajar terpalingkan ke arah kiri. Fajar hanya tertawa melihat Andini yang gugup karenanya.

"Ayolah, kita susul si Rendy, kali aja udah selesai nonton Filmnya."

"Iya ayo..." mereka pergi menyusul Rendy dengan membawa buku yang sudah Fajar beli.

***

"Selesai deh, Filmnya bikin Gue greget ya ampun. Masa lagi bahagia bahagianya terus ada seseorang yang dateng dalam hubungan mereka. Si cowoknya juga nyaman sama orang baru!! Dasar emang!!" Ketus Refina yang sedang berjalan keluar bersama Rendy.

"Lo baper banget. Itu kan cuma Film. Lagian kan di ending mereka bahagia karena berhasil melalui itu semua"

"Iya juga sih. Gue baperan amat ya? Ha ha"

"Ref, tunggu dulu." Ucap Rendy yang menghentikan langkah Refina. Di luar teater hanya ada mereka berdua, tidak ada siapa pun lagi. Rendy melanjutkan ucapannya.

"Mmm. Gue mau ngobrol sama Lo

sebentar aja."

"Iya apa?."

"Gue itu...." Rendy menarik nafas dalamdalam sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

"Gue itu.... Gue... Gue suka sama Lo ref." Tegas Rendy.

Seketika Refina tertegun diam, begitu pun dengan Rendy. Tak ada suara yang keluar dari mereka setelah itu. Beberapa saat kemudian.

"Ren."

"Iya."

"Sejak kapan?."

"Sejak setahun kita udah temenan ref. Gue udah ngerasain itu semua. Tapi Gue enggak berani buat bilang. Selama ini Gue nahan ref. Nahan perasaan Gue. Tapi lama kelamaan Gue benci sama diri Gue sendiri. Karena Gue enggak berani ngungkapin. Kadang Gue cemburu kalau liat Lo sama cowok lain. Tapi Gue sadar saat itu Lo cuma temen Gue. Dan sekarang, Gue pengen hal itu berubah ref."

"Iya ren."

"Iya apa?."

"Iya. Gue mau. Tapi Gue enggak pengen Lo berubah setelah Lo jadi seseorang yang berharga buat Gue. Gue lebih seneng sama Lo yang kayak biasanya. Jangan berubah ya ren."

"Iya ref. Pasti." Rendy memberikan pelukan pada Refina. Pelukan penanda bahwa kali ini, mereka bukan hanya teman biasa.

Pelukan itu sekaligus menjadi awal dari cerita baru mereka berdua.

"Yah udah jadian mereka." Ujar Fajar.

"Eh jar. Sejak kapan Lo...." Tanya Rendy.

"Sejak Lo ngomong panjang lebar ren kayak baca undang undang dasar."

"Bisa aja Lo."

"Si Rendy kalau suka sama seseorang enggak pernah ngasih tanda-tanda dulu!" Hardik Andini.

"Iya nih An." ujar Refina.

"Mereka kan udah jadian. Kita kapan An?." Tanya Fajar sambil menatap Andini.

"Ngarep!!." Andini mengusap wajah Fajar dengan tangannya. Lalu pergi meninggalkannya. Refina dan Rendy yang melihat hal itu menertawakan Fajar.

"Yah si Fajar. Kasian." Rendy meledek

Fajar.

"Yeee. Mentang-mentang Lo udah jadian.

Beliin anak sembarangan!."

"Woy itu iklan!!." Hardik Refina.

Fajar pergi mengejar Andini. Diikuti Rendy dan Refina. Mereka semua masuk kembali ke dalam mobil dan bergegas untuk pulang.

Ref, kali ini kita akan mulai semuanya dari awal. Gue enggak akan berubah. Gue akan tetap jadi Rendy yang biasanya. Tapi Lo, mulai sekarang Lo enggak akan jadi Refina yang biasanya dalam hidup Gue. Lo bakal jadi Refina yang Gue miliki, yang akan Gue jaga sepenuhnya, yang paling Gue sayang dan Refina yang paling berharga dalam hidup Gue. Rendy membatin.

Kadang cinta bisa tumbuh secara tiba-tiba. Kata Gue juga, cinta itu misteri. Kayak Rendy sama Gue. Kita cuman temen biasa yang sering ke mana-mana bareng sama si Fajar. Kita enggak tahu bahwa kita akan jadi dua orang yang saling memiliki. Kita enggak tahu bahwa kita akan jadi seseorang yang saling cinta tanpa sebab yang jelas. Dari dulu sikap Gue ke dia biasa aja. Sikap dia ke Gue juga biasa aja. Tapi kita bisa saling cinta tanpa alasan yang jelas. Jadi menurut Gue, cinta itu bukan perihal siapa yang pdkt sering ngasih bunga, atau siapa yang sering rayu rayu kita dengan kata kata romantis. Tapi cinta itu tentang siapa yang berperasaan sama dengan kita, yang mau memberikan perasaannya untuk kita dan mau menerima kita tanpa syarat dan tanpa sebab. – Refina.

 

 

 

 

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!