Lelaki Yang Berusaha Mendekati

Hari ini hari Sabtu, sekolah libur. Fajar sedang diam dikamarnya, membaca buku dan mendengarkan Radio.

"Nanananananana~." senandung Fajar mengikuti lagu diradio.

Tiba-tiba musiknya berhenti karena rendy meneleponnya. Ia mengangkat telepon itu. Rendy mengajaknya untuk pergi main. Dan Fajar mengiyakan ajakan Rendy karena ia juga sedang bosan.

Fajar menutup telepon dan bersiap siap untuk pergi main. Mandi, memakai pakaian yang nyaman, merapikan rambutnya lalu mengenakan sepatu dan berpamitan kepada Ibu. Ia bergegas pergi keluar melewati pintu dan gerbang di rumahnya dengan berjalan kaki ke rumah Rendy. Di sana, tampak Rendy sudah menunggu di dalam mobilnya. Mengeluarkan kepalanya keluar kaca dan mengajak Fajar untuk menjemput Refina ke rumahnya. Karena setiap mereka akan 0ergi bermain, mereka pasti akan mengajak refina. Karena bagi mereka, refina itu ibarat adik mereka yang harus mereka jaga dan mereka buat bahagia. Orang tua refina pun sangat mempercayakan refina pada mereka berdua.

Di depan gerbang rumah Refina, Rendy membunyikan klakson mobil. Tapi tak juga ada jawaban di sana. Mereka turun lalu membunyikan bel di depan gerbang rumah

Refina.

"Ref..... Refi......" teriak Rendy sambil terus membunyikan bel.

"Siapa..." tanya Ibu Refina dari teras rumah dan berjalan membuka gerbang.

"Eh nak Rendy, nak Fajar. Ada apa?."

"Kita mau ajak Refina main tante. Refina nya ada?."

"Oh iya sebentar tante panggil. Hayu atuh masuk dulu."

“Enggak ah tan. Makasih. He he."

"Ref... refi...." panggil Ibu Refina sambil masuk ke dalam rumah.

"Iya... ada apa?."

"Itu temen-temen kamu dari tadi. Ai kamu enggak denger?."

“Enggak he he. Mau apa katanya?."

"Mau ngajak kamu main."

"Oh ya udah aku ganti baju dulu. Mereka enggak disuruh masuk?."

"Merekanya enggak mau. Ya udah cepet kasian mereka nungguin."

Refina bergegas pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Lalu berganti baju dan keluar menemui Rendy dan Fajar.

"Hai. Mau ke mana nih kita." Saat Refina keluar, Rendy sangat kagum dengan Refina yang terlihat cantik dan mempesona. Rendy tak berkedip hingga Fajar berkata agak keras pada Refina.

"Buset! Udah siap aja Lo. enggak mandi

ya?."

"Udah mandi mah tadi. Jadi sekarang ganti baju doang. Ha ha."

“Enggak apa-apa. Gue tetep sayang." ucap Rendy berbisik.

"Apa? Lo bilang apa tadi Ren? Gue enggak denger."

“uhuk.” Fajar berdeham.

“Enggak. Ayo berangkat!!." Ajak Rendy untuk mengalihkan perhatian Refina.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil lalu menyusuri jalanan. Saat mobil di jalankan, Fajar menyadari satu hal yang sangat aneh.

"Eh eh eh. Tunggu dulu."

"Apaan sih jar?." Tanya Rendy heran

"Ini kita mau ke mana mainnya?." Jawab Fajar dengan pertanyaan lagi.

"Gatau." jawab Rendy santai.

"Dasar Rendy aneh. Ngapain Lo ngjak main kalau enggak tahu mau ke mana." hardik Refina sambil mendorong pipi Rendy.

"Ya maaf. Gue kan lagi bosen, terus Gue pengen main. Jadi Gue langsung ngajak kalian aja. Ha ha."

"Ya udah kita ke kafe tempat Gue kerja aja gimana? Makan dulu. Abis itu main dah sepuasnya."

"Ya udah di mana tempatnya?."

"Sok jalan aja. Nanti Gue tunjukin."

Mobil Rendy berjalan mengikuti arahan Fajar ke kafe tempatnya bekerja. Fajar menyuruh Rendy untuk belok kiri, Rendy membelokkan mobilnya ke kiri, Fajar menyuruh ke kanan, Rendy membelokkan mobilnya ke kanan. Hingga tiba-tiba, Rendy dikagetkan dengan perintah Fajar yang membuatnya berhenti mendadak.

"Stop!!." Teriak Fajar.

"Aduh. Udah sampe jar?."

"Belum."

"Terus ngapain Lo nyuruh Gue berhenti kadal?."

"Di sana ada Andini." Fajar berkata sambil menunjuk ke depan minimarket di mana di sana ada Andini yang baru keluar dari pintu minimarket.

"Iya terus?."

"Gue turun di sini. Nah Lo berdua

tungguin di kafe. Gue mau ajak Andini."

"Dasar. Yang lagi jatuh hati suka kaya gitu. Bela-belain turun dari mobil cuma buat nemuin dia." tukas Refina.

"Ya udah sono turun. Tapi kafenya di mana?."

"Lo lurus aja. Terus belok kiri nah di sana." jelas Fajar sambil turun dan menutup pintu mobil.

"Oke. Kita tunggu di sana."

Setiap cinta harus diperjuangkan. Termasuk Fajar yang masih tetap berusaha mendekati andini yang terus bersikap acuh padanya. Karena sebenci-bencinya seseorang.

Suatu saat ia pasti akan merubah rasa bencinya.

Entah itu menjadi sayang, cinta atau pun peduli. Kebencian tidak akan selalu jadi kebencian.

Dipinggir jalan itu, Fajar berlari ke depan minimarket tempat Andini berada.

"Andini." teriaknya dari jauh. Andini melihat ke arah di mana suara itu terdengar. Ia langsung menatap heran. Dan bergumam kesal.

"Kenapa sih harus ada dia mulu."

"Hai. Kamu mau ikut enggak?." Ajak

Fajar.

"Apaan sih Lo ganggu Gue mulu?. Gue kesel banget sama Lo dari awal kita ketemu!!. Gue itu enggak suka sama Lo, sikap lo, ucapan Lo dan semuanya!!. Jadi udah. Jangan samperin gue terus!!.”

"Kayaknya aku enggak nanya itu deh. Yang aku tanya. Kamu mau ikut enggak?."

"Jelas enggak mau lah."

"Ya udah kamu mau ke mana aku

temenin."

"Gue udah selesai. Mau pulang. Bye!." tegas Andini sambil meninggalkan Fajar di sana. Tapi Fajar tak menyerah. Ia mengejar lagi Andini.

"Kok pulang sih. Aku padahal bela belain turun dari mobil temen aku buat nemuin kamu."

"Emang Gue nyuruh Lo buat nemuin Gue?."

“Enggak. Tapi kan aku pengen ada di samping kamu terus."

"Hiiii males Gue. Udah Gue pulang dulu. Bye!."

"Ya udah hati-hati."

Mungkin tidak hari ini kebencian andini berubah. Tapi Fajar tidak akan menyerah hingga rasa benci andini terhadapnya berubah.

Di kafe itu, Refina dan Rendy masih menunggu Fajar yang tak juga datang.

"Ihh. Si Fajar kok lama banget." keluh Refina.

"Sabar. Dia kan jalan kaki. Ya udah pesen aja. Gue traktir."

"Wii. Makasih ya."

"Iya. Apa sih yang enggak buat Lo."

"Maksudnya?."

"I.. iya.... Lo sama Fajar kan temen baik Gue. Jadi... apa sih yang enggak buat kalian he he."

Susah banget sih buat deket banget sama

Lo ref.

Gumam Rendy dalam hatinya.

Sambil makan, Rendy dan Refina mengobrolkan beberapa hal.

"Mmmmm ref. Malam ini Lo ada waktu enggak?."

"Gue?. Mau apa?."

"I...iya Lo. Soalnya.... si Fajar enggak bisa.

Mau main aja gitu."

"Oh gitu ya. Malam ini Gue enggak bisa. Gue mau bantu mama buat bikin kue sama yang lainnya buat besok. Soalnya temennya mau dateng."

"Oh kalau gitu. Gue ikut bantu juga lah ke rumah Lo."

"Eh serius? Emang Lo bisa bikin kue?."

“Enggak. Ya Gue bantu apa aja."

"Ya udah malem ini dateng aja."

Yes. Akhirnya. Hati Rendy bergumam lagi.

Fajar akhirnya datang dengan wajah yang terlihat lelah karena habis berjalan kaki. Seperti biasa, Fajar langsung memesan cappuchino kesukaannya. Di kafe itu mereka mengobrol hari ini mau main ke mana, karena waktu masih siang.

"Mau main ke mana nih kita hari ini?." Tanya Fajar.

"Gue juga bingung nih." keluh Refina sambil memegang pipinga dan mengetuk-ngetuk meja.

"Gimana kalau kita main ke tempat yang pemandangannya indah gitu."

"Nah iya tuh. Bosen Gue kalau ke mall mulu. Gue mau refreshing." ketus Fajar.

"Ha ha. Iya Lo kan banyak banget masalah, jadi butuh refreshing."

"Padahal di mall juga banyak pemandangan indah buat refreshing tahu." jelas Refina.

"Apaan?."

"Diskon gede. Ha ha."

"Yeee dasar. Jurig diskon Lo." hardik Fajar.

"Eh katanya Lo mau ngajak Andini tadi."

"Dia enggak mau ref. Ya udah lah."

"Semangat terus PDKT nya. Ha ha." ejek Refina.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke orchid forest lembang yang agak jauh dari tempat mereka. Kurang lebih butuh waktu tempuh satu jam untuk pergi ke sana. Fajar, Rendy dan Refina keluar dari kafe itu dan masuk ke dalam mobil Rendy. Rendy membawa mobilnya menuju orchid forest. Tempat di mana ketenangan bisa didapatkan. Di mana mereka bisa sedikit melupakan masalah mereka.

Setelah sampai di orchid forest Rendy memarkirkan mobilnya. Dan tiga sekawan itu turun lalu membeli tiket. Tak lupa Rendy juga membawa kamera DSLR lalu dikalungkan di lehernya.

"Wiiii. Beneran tenang Gue di sini." ucap Fajar saat masuk.

"Iya iya. Ayo kita foto bareng!!." Ajak Refina antusias.

Mereka berfoto selfie bersama. Kadangkadang mereka juga meminta pengunjung lain untuk mengambil foto.

"Mas mas. Tolong fotoin kita bertiga dong"

Karena pengunjungnya baik-baik. Mereka tidak menolak.

"Sini. Lo berdua Gue Foto." Fajar mengambil kamera.

Rendy dan Refina bergaya lalu Fajar memotret mereka.

"Lo dong jar. Masa Lo enggak foto juga

sih."

"He he. Iya Gue kurang suka. Ya udah Gue keliling dulu. Gue butuh waktu buat menyendiri." Jelas Fajar lalu pergi ke tempat ia bisa menenangkan diri.

"Si Fajar kenapa ren?."

"Lo tahu sendiri kan ref. Dia itu lagi down banget. Dia butuh tempat di mana dia bisa tenang dan enggak dikelilingi sama masalahmasalah yang terus menimpanya."

"Iya juga ya. Dia itu kuat banget. Gue kira masalah-masalah anak muda kaya Gue tuh cuman masalah percintaan sama putus doang."

"He he. Iya. Ayo kita cari spot foto lagi."

"Iya ayo."

Rendy dan Refina sangat dekat kala itu. Rendy terus berusaha membuat Refina nyaman berada di dekatnya. Dan Refina seperti sudah menemukan kenyamanan. Tapi yang ia rasakan masih sebagai seorang sahabat. Refina belum bisa menangkap maksud dari sikap rendy padanya.

Waktu sudah sore, tiga sekawan itu terlalu asyik hingga lupa waktu. Mereka pun memutuskan untuk pulang.

Malam tiba, Rendy tengah bersiap siap untuk pergi ke rumah Refina. Saat sudah siap, ia pergi dengan gegas ke rumah Refina.

Sesampainya di sana, ia berhenti di depan rumah Refina dan ada Refina di sana sedang celangak celinguk ke arah kiri dan kanan sambil sesekali melihat ke HP-nya.

"Hai ref. Lagi ngapain?." Tanya Rendy.

"Eh Lo ren. Gue kira Lo enggak bakal dateng. Ini, Gue lagi nungguin ojek yang Gue pesen. Tapi lama banget datengnya."

"Oh gitu ya mbak. Naik taksi online aja sini!." canda Rendy.

“Enggak mau mas ah. Sopirnya jelek!."

"Yeeee. Dasar Lo. Cepet sini naik.

Ojeknya batalin aja."

"Eh mas kok enggak sopan sih?."

"Hey. Udah dong drama taksi online nya. Cepet naik!!." keluh Rendy dengan wajah yang muram.

"Iya mas iya. Saya naik. Tapi gratis ya?. Nanti saya kasih bintang lima."

"Woy. Udaaaaaaah."

"Ha ha."

"Ke mana nih mbak nya?."

"Ke minimarket mas."

"Mini nya segimana."

"Ukuran 3x4 lah."

"Serah Lo. Ayo kita berangkat." Rendy menjalankan mobilnya. Mengantarkan Refina ke minimarket. Di dalam mobil ia menyalakan radio. Di sana mengalun lagu pelangi dimatamu. lagu itu sangat pas dengan keadaan mereka saat ini yaitu Rendy yang belum berani mengungkapkan perasaannya pada Refina. Tapi mungkin, suatu saat Rendy akan mempunyai keberanian untuk mengungkapkan semua perasaannya.

Di minimarket, mereka membeli bahan bahan untuk membuat kue, sesekali Rendy bercanda dan membuat Refina tertawa. Mereka begitu dekat saat itu.

Semoga kita bisa kaya gini terus ref. kata Rendy dalam batinnya.

Sementara Rendy pdkt dengan Refina, Fajar sedang berangkat menuju kafe. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Ia tak bilang pada Ibu untuk bekerja, yang ia bilang hanya main ke rumah Rendy.

Sesampainya di kafe, Fajar bersiap siap. Menyetem gitar dan mengecek mic yang akan ia pakai. Sampai seseorang yang tak asing lagi baginya datang bersama keluarganya. Ia lalu menghentikan kegiatannya dan berjalan menemui orang itu.

"Eh Andini. Hai."

Andini hanya menatap Fajar dengan pandangan tajam.

"An, ini siapa?." Tanya Ibu Andini.

"Saya Fajar, temen deketnya Andini disekolah tante, om." jelas Fajar tegas.

"Waaah temen Andini?. Kamu hebat banget bisa temenan sama Andini. Biasanya nih ya, dia ini jarang punya temen. Apalagi di tempat baru kayak gini." puji ayah Andini.

"Iya om. Bahkan disekolah, saya sama Andini akrab banget. Ke mana-mana selalu bareng."

"Serius?. Padahal dia ini jarang banget Loh kaya gitu. Kali-kali kamu main

ke rumah om. Biar Andini ada temen."

"Waah boleh banget. Emang rumahnya di mana?."

"Deket kok. Kamu keluar dari sini, belok kanan. Nah di sana ada minimarket. Belok kiri, ikutin jalan nanti ada rumah warna putih."

"Oh iya deket. Nanti deh kapan-kapan aku ke sana."

Fajar terus mencoba akrab dengan orang tua Andini.

"Oh iya. Kamu ngapain di sini? Mau makan? Kok sendiri?."

"Oh enggak. Saya kerja di sini om."

"Kerja?. Emang orang tua kamu ke mana?."

"Ada kok. Saya cuma pengen kerja aja. He he." Fajar pergi meninggalkan meja tempat

Andini dan orang tuanya.

Ia bernyanyi sambil sesekali tersenyum menatap Andini. Andini hanya membalasnya dengan memalingkan wajah cantiknya.

Mendekatkan hati ternyata sulit. Apalagi terhadap sahabat sendiri. Karena dia enggak bisa ngebedain, gimana sikap kita ke dia sebagai sahabat, dan gimana sikap kita ke dia sebagai seseorang yang menyukainya. - Rendy

Terpopuler

Comments

nyyy

nyyy

pasangan terbengek uhuhuuu😢😭

2022-10-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!