Mengenal Diri Sendiri

Dikantin, Fajar, Andini, Rendy dan Refina duduk di satu meja. Saling berhadapan satu sama lain. Fajar, Rendy dan Refina saling bercakap, sementara Andini, ia tetap saja bersikap seperti biasanya. Ia hanya diam, dan memperhatikan tiga sekawan itu saling berbalas obrolan. Ia tak tahu bagaimana caranya bisa bersikap seperti mereka. Sangat ceria, suka bercanda dan saling menghibur satu sama lain. Sempurna sekali. Ia seperti ingin menjadi seperti mereka.

Eh Andini.... sadar dong. Apa yang Lo pikirin tadi, Lo pengen heboh kayak mereka?!. Gauk usah!! Protes Andini dalam hati.

Emang enggak apa-apa ya guee temenan sama mereka?.

Aduh Andini, Lo mikir apa lagi? Lo itu Cuma mau temenan sama Fajar. Udah!!

"Andini? Kok kamu diem aja?" Tanya Rendy yang memecah tatapan kosong Andini.

"Eh.. enggak apa-apa, Gue emang gini he he."

“Enggak perlu malu-malu. Kalau sama kita santai aja." balas Refina.

"Dia emang gitu ren, ref. Dia cuman mau ngomong sama Gue."

"Ah songong lu jar."

“Enggak, emang iya kan, Andini?" Fajar mencoba meyakinkan Rendy.

“Enggak ah." ucap Andini lembut.

"Tuh. Lo bohong jar!!" Hardik Refina.

"Maaf ya, Gue enggak biasa disuasana rame gini."

"Oh gitu. Harusnya kita yang minta maaf. Lo keganggu sama kita? Atau gimana-gimana sama kita?" Tanya Refina lembut yang dilanjutkan dengan menatap ke arah Rendy dan Fajar.

"Eh enggak kok. Cuman enggak biasa aja. Gue pergi aja ya. Maaf banget Gue enggak bisa dan enggak biasa kayak gini."

Andini meninggalkan tiga sekawan itu. Sebelum itu ia membeli satu botol air mineral terlebih dahulu lalu kembali ke kelas.

"Jar dia kenapa?" Tanya Refina.

"Oh dia emang gitu. Kata dia, dia itu enggak suka punya temen. Dia lebih suka sendiri katanya."

"Terus kenapa dia mau diajak kesini sama

Lo? Aneh." Rendy semakin penasaran dan menatap dalam-dalam ke arah Fajar dengan serius.

"Dia itu cuman mau temenan sama Gue. Keren kan Gue?. Dan Gue juga udah dapet izin dari orang tuanya. Gue udah jalan-jalan sama dia. Gue..."

"Udah udah. enggak usah riya. Lo itu enggak keren. Lo pake mantra apaan dia mau temenan sama Lo?"

"Ah apaan mantra-mantra segala. Ya jelas karena Gue baik ramah tamah sama penyayang."

"Bffffttthhh. Penyayang apaan. Sama orang tua aja durhaka Lo."

"Itu sama ayah Gue. Durhaka nya jadi wajib enggak dosa!"

"Yeee. Malah nambah dosa lagi. Dengar ini anak muda. Mau bagaimana pun keadaan orang tua kita, bagaimana pun sikap mereka terhadap kita. Kita harus tetap patuh terhadap Ibu bapak." Jelas Rendy dengan nada seorang penceramah kondang.

Sontak Refina dan Fajar tertawa melihat sikapnya itu.

 

"Kenapa tiba-tiba pergi an?" Fajar menghampiri Andini yang sedang duduk dan menggambar."

"Lo tahu kan Gue gimana? Kalau sama Lo Gue masih bisa tahan, mau Lo ngomong panjang lebar juga Gue masih mau tetep ada di dekat Lo."

"Itu tandanya Kamu sayang sama Aku

tahu."

"Hih. Males Gue. Bukan sayang, tapi karena Lo udah tahu cerita Gue. Jadi kalau Gue enggak di samping Lo nanti Lo ngegosip sama yang lain."

"Halah. Bilang aja kalau jauh ja uh bakalan kangen. Ya kan?"

"Tonjok?" Andini mengepalkan tangannya.

“Enggak usah deh kayaknya. He he." Fajar melambaikan tangannya.

Meski Andini kesal dengan Fajar, ia tak lupa tujuannya berteman dengan Fajar. Yaitu agar membuatnya mengerti bahwa sendiri itu bukan berarti sepi. Saat seisi dunia mulai menjauh dan membiarkanmu sendiri dan terjatuh. Masih ada harapan untuk hidup bahagia di kesendirian. Itu yang ingin Andini lakukan, membuat Fajar mengerti akan hal itu. Tapi tak tahu kapan ia akan melakukannya. Mungkin ia akan memulainya saat ini, agar hubungannya dengan Fajar segera berakhir.

"Jar, suatu saat Lo pernah bilang sama Gue kalau Lo pengen tahu gimana caranya bahagia meski Lo ada di kesendirian kayak Gue?"

"Iya gimana?"

"Hari ini Gue kasih tahu salah satu caranya. Kapan-kapan Gue lanjutin."

"Iya apa-apa?" Fajar sangat kegirangan dan penasaran.

"Sabar dong ah. Hal pertama yang harus Lo lakuin adalah 'kenali dulu diri Lo sendiri'."

"Ha gimana tuh?"

"Cari tahu aja. Lo itu orangnya kayak gimana. Apa yang Lo suka, apa yang Lo enggak suka. Dan masih banyak lagi deh cara ngenal diri Lo sendiri. Lo aja yang cari tahu!"

"Kasih contoh dong!"

"Mmmmm. Misal nih. Gue itu sukanya ngegambar, dan Gue itu enggak suka sama orang kayak Lo." Andini menekan perkataan nya.

Fajar hanya cemberut mendengar ucapan Andini tadi.

"Ya udah dong. Biasa aja ngomong enggak suka sama aku nya. Tapi untuk enggak sukanya cuma MISAL."

"Emang Gue enggak suka sama Lo. Wlee." lidah Andini menjulur.

"Yakin?"

"Hmmmm." jawab Andini singkat.

Saat itu Fajar hanya diam. Ia sedikit merasa kecewa. Seperti ada sesuatu yang menghantam hatinya sangat keras karena Andini terlihat serius saat mengatakan bahwa ia tidak suka dengan

Fajar.

"An, kira-kira suatu saat aku bisa enggak jadi kekasihmu?"

"Mimpi jar. Itu cuma mimpi!."

“Enggak apa-apa mimpi juga. Kan sesuatu yang kita impikan bisa jadi kenyataan jika diperjuangkan."

"Iya. Gimana enaknya Lo aja."

Fajar tetap akan berusaha menjadi seseorang yang paling berharga dihidup Andini, bukan soal jadi kekasihnya saja. Tapi seseorang yang paling dibutuhkan, diandalkan dan seseorang yang bisa membahagiakannya. Mungkin kali ini Andini menolak, tapi mungkin suatu saat ia bisa berubah pikiran. Mengubah jawaban yang tadinya tidak menjadi ya. Mengubah rasa benci menjadi rasa suka. Dan mengubah rasa ingin menjauh menjadi tak bisa jauh. Karena pada dasarnya perasaan itu tak bisa ditebak.

 

"Assalamualaikum." Fajar membuka pintu rumahnya.

"Wa ‘alaikumsalam." jawab Ibu yang langsung menghampiri anaknya itu. Fajar mencium tangan Ibunya lalu bergegas pergi untuk mandi dan berganti baju.

 

Mengenal diri sendiri, Gue ini orangnya gimana ya? Hati Fajar bergumam. Ia terus memikirkan ucapan Andini tadi. Tapi sekeras apa pun ia memikirkan tentang apa yang dimaksud Andini, yang ada dikepalanya hanya wajah Andini. Tanpa pikir panjang, ia menelepon Andini entah apa tujuannya.

"Halo, apaan? Lo ganggu banget sumpah.

Ini udah malem tahu jar" ketus Andini.

"Kangen."

"Ya udah Gue tutup aja teleponnya kalau enggak penting."

"Eh tunggu, tunggu!. Aku mau nanya soal yang tadi."

"Apaan?"

"Mengenal diri sendiri. Aku bingung nih." elak Fajar, padahal sebenarnya ia hanya ingin mengobrol lama-lama dengan Andini.

"Ribet banget Lo ya ampun. Ya udah, gini deh. Gue kasih Lo pertanyaan, nanti Lo jawab."

"Iya. Aku sayang kamu."

“Enggak nyambung!! Nanya juga belum"

"Oh iya iya ayo."

"Yang pertama, hal apa yang Lo sukain dan bisa Lo kerjakan sendirian?."

"Mmmm mikirin kamu." Jawab Fajar sekenanya.

"Yang bener dong!! Lo gimana sih."

"Iya enggak tahu lagi harus jawab apa."

"Ya udah terserah Lo lah. Lanjut. Hal yang paling ganggu banget menurut Lo apa?"

"Ayah."

"Mmm. Apa lagi ya? Ya udah lah. Besok aja lanjut disekolah. Bingung Gue."

"Oke. Jangan lupa."

"Iya enggak akan lupa. Besok dikelas jam

istirahat."

"Bukan itu, jangan lupa."

"Apaan."

"Kalau aku masih sayang sama kamu."

Tuut.. tuut... tuut... panggilan itu berakhir, Fajar tersenyum. Ia tidak peduli soal apa yang mereka obrolkan tadi. Yang penting ia mengobrol banyak dengan Andini.

 

"An, ayo lanjutin yang kemarin." kata Fajar di dalam kelas yang hanya dihuni oleh mereka berdua saat jam istirahat.

"Lo itu enggak bisa ya nyari tahu sendiri, Lo itu orang yang kayak apa?"

“Enggak."

"Hhhh. Ya udah Gue lanjutin."

Andini menarik nafas panjang sebelum ia bicara. Sebenarnya saat ini ia sedang malas mengobrol dengan Fajar. Ia sedang ingin sendiri. Tapi ia putuskan untuk mengobrol sebentar dengan

Fajar agar ia tidak diganggu lagi.

"Gini, apa yang ngebuat Lo bahagia?"

"Mmmm. enggak tahu. Kamu mungkin."

"Kalau Lo sendirian?"

“Enggak tahu."

"Terus aja jawabnya enggak tahu. Yang pasti dong ah. Lanjut. Tempat yang paling Lo sukain apa?."

"Kamar, kalau bosen biasanya main ke rumah temen."

"Kalau Lo enggak punya temen gimana?"

"Mmmm. Ya udah dikamar aja atau di

cafe."

"Kegiatan yang biasa dilakuin kalau sendiri apaan?"

"Baca buku, atau mikirin kamu."

"Mmm apa lagi ya? Lo itu orangnya kayak gimana?"

"Aku itu... enggak tahu ah."

"Terakhir, apa yang bikin Lo enggak

bahagia?"

"Ayah."

"Udah."

"Lah. Gitu doang?. Terus kalau aku udah tahu tentang diri aku sendiri, selanjutnya apa?."

"Iya lanjutnya nanti, Lo enggak denger bel udah bunyi?"

"Eh iya. He he."

 

"An, kita jalan-jalan dulu yuk!"

"Ke mana?"

"Taman jomblo. Kamu tahu enggak?"

"Dih emang ada? Yang bener ah."

"Iya ada. Kalau enggak percaya ayo aja

ikut."

"Bohong Lo."

"Serius. Ayo, berangkat cepet, pake sepedanya!"

Fajar mengarahkannya agar menaiki sepedanya. Mereka pun berangkat, menuju taman jomblo yang tadi Fajar bicarakan. Sepanjang jalan, Andini bertanya tanya dalam hatinya.

Si Fajar ini bener enggak ya? Masa ada taman gitu.

"Udah jangan dipikirin. Tempat yang mau aku tunjukin ini beneran kok."

Mereka pun sampai, dan benar saja. Ada taman yang bernama taman jomblo. Sebuah tempat dipinggir jalan. Dan saat ini tempat itu sedang sepi. Hanya ada mereka berdua di sana. "Udah percaya belum?"

"Iya udah. Mau ngapain?"

"Lanjutin pembahasan yang tadi. Kalau di sini kan enggak ada orang lain. Jadi bebas." mereka duduk berhadapan dan mengobrol untuk melanjutkan pembahasan Andini tadi.

"Oh oke."

Gue kira Lo mau ngehibur Gue dan bikin Gue seneng jar. Andini membatin.

Eh apaan sih Andini, inget tujuan Lo temenan sama dia mau ngapain. Oke? Batinnya menyangkal.

"Ayo dong lanjut!!"

"Oke, oke. Kan Lo udah mengenal diri Lo sendiri kan?. Dan sekarang, yang harus Lo lakuin adalah. Melakukan kegiatan di kesendirian dengan tuntunan dari jawaban-jawaban di setiap pertanyaan yang Gue kasih."

"Maksudnya gimana tuh?" Fajar

penasaran karena ia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Andini.

"Lo tuh kapan sih ngerti sama apa yang

Gue katakan. Sekali aja."

"Ya gimana dong, abis enggak tahu. He he maaf.”

Dia bilang dia tidak suka melihat orang lain menyukainya, tapi apa yang dilakukannya dapat membuat orang lain menyukainya termasuk aku. Dia ini kenapa? Ah lupakan tentang dia kenapa, yang jelas aku suka padanya. – Fajar.

Terpopuler

Comments

a cup of coffe for you ,Jar

2022-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!