The Little Consort
Suara teriakan dari dalam Istana Xingyue membuat beberapa kasim dan pelayan terkejut. Teriakan itu seperti teriakan seorang perempuan yang sedang melahirkan. Beberapa suara lainnya juga terdengar membaur bersama teriakan itu. Tidak lama kemudian, seorang wanita berpakaian merah muda berlari keluar dari Istana Xingyue diikuti seorang pelayan wanita dan seorang kasim.
“Berhenti mengikutiku!” teriak wanita itu kepada dua orang yang sedang mengejarnya.
“Niang-niang, jangan berlari!”
Ketiga orang itu saling berkejaran di halaman Istana Xingyue. Lama kelamaan, wanita yang disebut niang-niang itu berhenti di bawah sebuah pohon persik yang berdiri congkak di bawah cahaya bulan. Bunga-bunganya bermekaran indah.
“Tunggu! Aku tidak punya apapun!”
Wanita itu menyenderkan tangannya ke batang pohon persik. Sebelah tangannya memegang pinggang. Napas wanita itu dan napas kedua orang yang mengikutinya tersengal-sengal setelah berputar-putar mengelilingi Istana Xingyue.
“Niang-niang, kembalilah ke dalam!” pinta kasim yang berpakaian merah tua.
“Nyonya, mengapa Anda berlari?” tanya si pelayan wanita.
Wanita itu masih berusaha menenangkan detak jantungnya. Keanehan di sini benar-benar membuatnya gila. Kedua orang di belakangnya juga masih tidak menyerah untuk mengejarnya. Apa ini sebuah penculikan? Jika memang benar, apa yang mereka harapkan dari dirinya?
“Di mana bos kalian? Biarkan aku berbicara dengannya!”
Kedua orang itu saling bertatapan. Keduanya sama sekali tidak mengerti perkataan yang diucapkan nyonya mereka.
“Nyonya, bos itu apa?”
Sekarang, giliran wanita itu yang kebingungan. Wanita itu memandang sekilas pakaian yang dikenakan oleh dua orang di belakangnya. Aneh, pikirnya. Inikah cara penculik menarik perhatian korbannya? Alih-alih berpakaian serba hitam, para penculik ini malah berpakaian seperti seorang kasim dan pelayan. Ditambah lagi, perkataan mereka menggunakan frasa kuno yang sangat asing di telinganya.
Astaga, penculik ini benar-benar professional!
Seluruh tubuh wanita itu terasa nyeri. Ia baru ingat bahwa dirinya baru saja mengalami kecelakaan. Tapi, setelah ia memperhatikan lagi, tidak ada satu pun luka di tubuhnya. Wanita itu melirik pakaian yang dikenakannya. Aneh, ia juga memakai pakaian yang hampir serupa dengan pelayan itu.
Apakah para penculik itu yang menggantinya?
Wanita itu merasakan sakit di kepalanya. Beberapa saat kemudian, tubuhnya limbung ke tanah yang kering. Wanita itu hanya dapat mendengar suara teriakan panik dari dua orang di belakangnya. Setelah itu, ia tidak dapat mengingat apapun. Semua dunianya terasa gelap tanpa cahaya.
Beberapa jam yang lalu….
Li Anlan menghembuskan napas lelahnya ketika ia sampai di bawah sebuah pohon yang besar dan rimbun. Wanita itu melihat ke belakang, memastikan bahwa teman-temannya masih berjalan mengikutinya. Li Anlan terkejut karena ia tak melihat siapapun di bawah sana. Li Anlan hanya melihat jejak kakinya sendiri di atas batu-batu dan tanah yang licin.
Ia mendudukkan pantatnya di bawah akar pohon yang besar. Ada baiknya jika ia menunggu sebentar sampai teman-temannya berhasil menyusulnya. Wanita itu menenggak air mineral dari botol minumnya. Rasa hausnya langsung hilang begitu air dingin itu menyentuh tenggorokannya.
“Kalian masih di bawah?” teriak Li Anlan dengan suara sekeras mungkin.
“Ya.”
Li Anlan mendengar jawaban dari bawah sana. Ia mungkin akan menunggu sebentar lagi. Sebagai pemimpin grup, Li Anlan tidak bisa mengabaikan tanggungjawabnya kepada para anggotanya. Sambil menunggu, Li Anlan membuka camilan kentangnya. Setelah habis, ia membuang cangkang camilan itu sembarangan.
Beberapa saat kemudian, teman-teman Li Anlan berhasil menyusulnya. Mereka kemudan duduk di dekat Li Anlan sambil menenggak air minum masing-masing. Li Anlan menghitung jumlah mereka dan memastikan semua teman-temannya sudah naik.
Pendakian kali ini mengharuskan mereka menghabiskan waktu hampir satu hari penuh untuk sampai di puncak gunung. Li Anlan yang sudah berkecimpung selama lebih dari lima tahun dalam dunia pendakian ditunjuk menjadi ketua regu karena ia yang paling hafal dengan hal-hal seperti ini. Bagi Li Anlan, pendakian gunung kali ini adalah pendakian yang paling menantang. Jalur yang ia lewati adalah jalur paling berbahaya.
Teman-teman Li Anlan berdiri untuk melanjutkan pendakian. Merasa dirinya mampu menyusul, Li Anlan sengaja membuat dirinya berada di barisan belakang. Ransel gunung berisi seluruh peralatan pendakian yang digendongnya membuat punggungnya sedikit bungkuk. Li Anlan mengeluarkan kompasnya untuk mengetahui sedang berada di arah mana ia sekarang.
“Apa baterainya habis?”
Li Anlan memukul-mukul kompasnya. Jarum kompas itu tidak menunjuk pada arah manapun ketika ia memutar-mutarnya. Wanita itu lalu melihat ke atas gunung, memastikan posisi matahari sedang berada di mana. Ah, matahari sedang tertutup awan hingga Li Anlan tidak dapat memastikan di arah mana ia berada.
Li Anlan tidak memperhatikan tempatnya berpijak. Kaki wanita itu tersandung akar pohon dan membuatnya terjatuh. Tubuh Li Anlan berguling menabrak batu-batu dari atas gunung. Li Anlan berteriak meminta tolong. Raungannya terbang terbawa angin tanpa ada satu orang pun yang mendengarnya.
Sakit. Li Anlan merasakan seluruh tubuhnya seperti dicincang dengan pisau daging. Ia merasa seperti dilemparkan dan dipukuli berkali-kali. Batu-batu dari atas jalur pendakian secara tiba-tiba ikut meluncur menyusul dirinya. Li Anlan merasa takut. Di dasar jurang, tubuhnya yang sudah dipenuhi luka tekapar tak berdaya. Darah dari luka-lukanya membasahi seluruh pakaian gunungnya. Daun-daun pohon yang terjatuh menutupi seluruh tubuhnya. Li Anlan masih dapat mendengar suara batu-batu yang mungkin beberapa saat lagi akan menghancurkan tubuh kecilnya.
Apakah seperti ini rasanya kematian?
Aneh. Di ambang kematian, Li Anlan masih dapat mendengar seseorang berteriak memanggil namanya sambil menangis. Ia juga mendengar suara lain yang sangat asing. Ketika ia membuka mata, Li Anlan menyadari bahwa ia sudah berada di sini, di tempat yang sama sekali tidak dia kenali. Li Anlan termenung sesaat untuk mencerna segalanya. Sesaat kemudian, ia berteriak keras hingga membuat dua orang aneh di depannya tekejut setengah mati.
“Nyonya, Anda masih hidup!”
Li Anlan menatap dua orang aneh itu. Nyonya? Siapa yang dia panggil nyonya? Tunggu! Ada apa dengan pemandangan anakronistik ini? Li Anlan memejamkan mata. Ini adalah mimpi. Apakah ia berada di surga? Tidak. Itu tidak masuk akal. Li Anlan tidak akan mati semudah itu. Dia tidak pernah melakukan hal buruk, tapi juga tidak pernah melakukan hal baik.
Dua orang di hadapan Li Anlan menatapnya dengan bingung. Li Anlan memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Gerakannya diikuti oleh dua orang di depannya. Li Anlan menyentuh pipi seorang perempuan yang tampak dua tahun lebih tua darinya. Kemudian, wanita itu menyentuh pipi laki-laki di pinggir perempuan itu.
“Kalian manusia?”
“Nyonya, ada apa denganmu?”
Li Anlan mencubit pipinya sendiri. Sakit. Ini bukan surga. Dia juga bukan berada di dalam mimpi. Sesaat kemudian, Li Anlan berteriak kembali dan langsung berlari keluar dari ruangan aneh itu. Dua orang itu ikut berlari mengejarnya hingga membuat Li Anlan semakin panik.
Sambil berlari, wanita itu memperhatikan pemandangan di sekelilingnya. Di mana dia? Bangunan ini tampak aneh tapi tidak asing. Li Anlan baru ingat bahwa bangunan seperti ini pernah ia lihat di dalam lukisan di Museum Nasional ketika ia berkunjung saat sekolah dasar. Ya, bangunan seperti ini sangat mirip dengan bangunan di lukisan itu. Li Anlan berlari berputa-putar diikuti dua orang tadi hingga kesadarannya menurun.
...***...
Surat Cinta dari Author: Selamat datang di negeri ajaib Li Anlan! Berikan kritik & saran kalian di bawah untuk kualitas karya yang lebih baik lagi! :) Terima kasih, salam hangat dari pejuang kata!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-01-26
0
RS
aku mampir lagi Thor sambil menunggu up, li fengran,
like meluncur selalu kl hadiah jika ada poin hihihihi😁😁😁😁
2023-11-09
0
AshaREALME
okay mc ceweknya Bukan mafia atau org tertindas
2023-02-18
1