Long Ji Man terpekik kaget saat Li Anlan menendang dirinya hingga jatuh ketika tertidur. Tubuh berharganya jatuh begitu saja di lantai, seperti seorang anak kucing yang ditendang saudara-saudaranya ketika menyusu.
Pria itu menggeram kesal. Wanita tidak tahu sopan santun ini sudah hampir melewati batas. Li Anlan adalah wanita pertama yang berani memperlakukan Long Ji Man layaknya orang biasa, bersikap tidak hormat, bahkan mengabaikan tatakramanya sebagai wanita istana.
"Kau! Jika kau menendangku lagi, aku akan menyeretmu keluar dari sini sekarang juga!"
Hanya dengkuran halus yang terdengar saat Long Ji Man menyelesaikan kalimatnya. Li Anlan begitu pulas. Kaki wanita itu melebar hingga menciptakan jarak yang lebar, hampir setara dengan ukuran tempat tidurnya. Selimut yang mulanya terlipat rapi menjadi berantakan.
"Wanita macam apa kau ini?"
Long Ji Man menatap lekat wajah damai Li Anlan yang sedang tertidur. Kekesalannya tiba-tiba mereda begitu saja. Seulas senyum tersungging di bibirnya yang tipis.
Untuk pertama kalinya, Long Ji Man tidak merasa risih berada di dekat seorang wanita. Sejak kecil hingga dewasa, sejak dirinya masih menjadi seorang putra mahkota hingga menjadi seorang raja, tidak ada satupun wanita yang membuatnya nyaman. Sebaliknya, Long Ji Man justru selalu merasa risih dan enggan ketika seorang wanita berada di dekatnya, sangat berbanding terbalik dengan situasinya saat ini.
Long Ji Man adalah seorang raja yang memiliki banyak wanita. Otoritas dan kekuatannya sebagai penguasa membuat dirinya harus menikahi banyak putri pejabat daerah dan putri beberapa menteri. Semua wanita-wanita itu hanya menjadi istri dalam status dan kedudukan, bukan dalam arti sebenarnya.
Li Anlan adalah satu-satunya wanita yang dikirimkan tanpa tujuan politik. Karena itulah, Long Ji Man tidak memperhatikannya sejak ia masuk istana sebagai selir. Ia bahkan lupa jika dirinya mempunyai seorang selir dari keluarga bangasawan biasa.
Jika dirinya tidak menyamar sebagai kasim dan Wang Tianshi tidak memberinya sebuah kertas berisi simbol gambar yang aneh, serta Xiao Biqi tidak memberitahu berita tentang rumor kematian selir di Istana Xingyue, Long Ji Man benar-benar tidak akan tahu keberadaan Li Anlan sampai akhir.
"Yang Mulia? Mengapa kau duduk di bawah?"
Ekspresi Long Ji Man berubah datar. Pria itu bangkit sambil merapikan jubah tidurnya.
"Sudah pagi. Pergilah, jangan sampai ada yang melihatmu keluar dari istanaku."
Meskipun masih mengantuk, Li Anlan terpaksa turun dari tempat tidur Long Ji Man. Tidak baik juga jika ia berlama-lama di sini. Siapa yang tahu kalau Han Yuemei akan datang tiba-tiba seperti beberapa hari lalu? Li Anlan bahkan memikirkan sesuatu yang lebih parah dan mengerikan daripada kedatangan Ibu Suri: kedatangan para selir!
Saat Li Anlan hendak keluar kamar Long Ji Man, dia menjeda langkahnya. Wanita itu berbalik badan, menatap Long Ji Man setengah sadar.
"Ji Man, kau harus memerintahkan orang-orangmu untuk memperbaiki istanaku!"
Li Anlan lantas segera pergi meninggalkan Istana Hongwu. Di dalam kamar utama, Long Ji Man masih terpaku di tempatnya berdiri. Tatapannya lurus ke arah pintu tempat Li Anlan berdiri tadi. Sesaat kemudian ia baru tersadar, ini pertama kalinya ia diperintah seseorang!
Beberapa saat kemudian, Xiao Biqi datang membawa baskom berisi air hangat untuk cuci muka. Melihat rajanya mematung, Xiao Biqi heran. Kasim muda itu mengalihkan pandangan ke tempat tidur yang berantakan.
"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?"
Suara Xiao Biqi menyadarkan Long Ji Man kembali.
"Ya."
"Yang Mulia, itu tidak seperti kebiasaanmu," ujar Xiao Biqi sambil menunjuk tempat tidur Long Ji Man.
"Ak-aku terlalu bersemangat dalam mimpi, jadi tidak sadar kalau tempat tidurnya berantakan."
"Kalau begitu, Yang Mulia harus segera bersiap. Rapat pengadilan akan dimulai saat matahari sepenggalan naik."
"Penyusup itu sudah ditemukan?"
"Belum, Yang Mulia. Semua prajurit kehilangan jejak."
"Perketat penjagaan di seluruh istana, termasuk Istana Xingyue. Tambahkan beberapa prajurit penjaga, pilih yang cakap dan kompeten."
"Baik, Yang Mulia."
Xiao Biqi meninggalkan kamar utama Long Ji Man untuk mengambil air hangat. Long Ji Man langsung membasuh wajahnya dengan air dingin, berusaha mengumpulkan kembali semua sisa kesadarannya.
"Wang Tianshi!"
Wang Tianshi yang kebetulan baru sampai di teras Istana Hongwu kemudian masuk memenuhi panggilan Long Ji Man. Pria itu tampak sudah sehat sekarang. Luka berdarah di kedua sudut bibirnya sudah hilang dan rasa sakit di dalam mulutnya akibat sariawan sudah sembuh berkat obat yang diberikan Li Anlan.
"Yang Mulia, perintah apa yang harus kulaksanakan?" tanya Wang Tianshi sambil tunduk memberi hormat.
"Selidiki siapapun yang bertemu dengan Li Anlan selama tiga hari terakhir."
...***...
"Istanaku jadi berantakan!"
Li Anlan mengeluh saat dirinya tersadar bahwa pintu utama Istana Xingyue rusak akibat dobrakan keras dari para penjahat malam tadi. Tidak hanya itu, seluruh perabotan berharga yang baru dibeli Xie Roulan juga berantakan. Bahkan, guci-guci porselen dan keramik yang mahal sebagian pecah tak berbentuk. Sepertinya, para penjahat itu mengobrak-abrik tempat ini selepas kehilangan jejak Li Anlan di Istana Hongwu.
Pundi-pundi uangnya hancur hanya dalam satu malam. Li Anlan merutuki nasibnya yang nahas dan sial. Sekarang, bagian dalam Istana Xingyue sudah terlihat seperti kapal pecah.
Li Anlan merasa dirinya adalah seorang penjelajah waktu yang malang. Datang ke masa lalu sebagai seorang selir yang terbuang dan payah, juga tidak memiliki bakat apapun. Asalkan hidup, bertahan seperti orang mati menjadi pilihan terbaik. Selama tidak menyinggung siapapun, kepalanya akan tetap aman.
"Aku benar-benar seorang penjelajah yang sial. Baru datang beberapa hari saja, sudah dikejar pembunuh!"
Xie Roulan yang baru berhenti menangis karena mengkhawatirkan majikannya yang tak pulang semalam hanya bisa menatap Li Anlan dengan heran. Tingkah majikannya semakin hari semakin aneh. Sekarang, ia bahkan berbicara pada dirinya sendiri.
"Nyonya, apa kita akan tetap tinggal di sini?"
"Tidak apa-apa. Ayo, bereskan kekacauan ini dan lihat apakah masih ada yang tersisa atau tidak."
Merutuki nasib dengan mengumpat kepada alam juga tidak ada gunanya. Li Anlan tidak ingin membuang banyak tenaga untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna. Wanita itu membantu Xie Roulan membersihkan kekacauan yang ada. Xie Roulan sempat mencegahnya, namun Li Anlan tetap bersikeras.
Pada siang hari, beberapa orang laki-laki berseragam resmi datang ke Istana Xingyue sambil membawa peralatan. Mereka datang untuk memperbaiki kerusakan pada pintu dan beberapa bagian Istana Xingyue. Orang-orang itu pastilah para tukang kayu dari pengurus bagian bangunan yang diperintahkan Long Ji Man.
Sambil menunggu istananya diperbaiki, Li Anlan bersantai di atas hammock yang ia bawa dari dalam ransel gunungnya. Tali hammock itu ia ikatkan pada dua batang pohon wisteria sebesar badan orang dewasa yang tumbuh di halaman Istana Xingyue. Sambil berayun, Li Anlan membuka ponselnya, melihat apakah ada aplikasi yang dapat menghilangkan rasa suntuknya.
Hidup tanpa ada listrik, jaringan internet, wifi, dan media sosial tentu membuat Li Anlan bosan setengah mati. Untung saja aplikasi-aplikasi offline seperti games dan kamera yang tidak memerlukan koneksi internet masih dapat berfungsi. Jadi, di waktunya yang sangat senggang di dunia ini, dia masih bisa memainkan sesuatu yang membuatnya mengingat bahwa ia bukanlah penduduk asli dunia ini.
Klik.
Li Anlan membuka aplikasi sudoku. Levelnya pada permainan ini sudah memasuki level lima puluh, level tinggi yang membuat akunnya menjadi akun silver dengan XP terbanyak sepanjang sejarah hidupnya. Untung saja aplikasi ini juga tersedia secara offline. Dengan permainan ini, otak Li Anlan akan berputar bersama angka-angka. Jadi, Li Anlan tetap tidak akan kehilangan kemampuan hebatnya dalam matematika.
"Mengapa levelnya menjadi sangat sulit?"
Wanita itu mengerutkan keningnya saat nyawanya habis. Dia sudah kalah sebanyak empat kali. Kekalahan ini adalah kekalahan terbanyak yang pernah ia alami. Jika begini terus, levelnya bisa turun kembali ke level klasik.
Apakah ia menjadi bodoh setelah datang ke dunia ini?
Tidak, Li Anlan tidak bisa kehilangan kemampuan hebatnya dalam bermain angka. Dia tidak boleh menjadi payah dalam dunia games, karena hanya pemain payah lah yang akan kalah dan mati. Li Anlan menepis prasangka bodohnya. Dia rasa, kemampuannya berkurang karena kurang latihan saja.
Li Anlan menekan tools exit, lalu beralih pada aplikasi Candy Crush. Dia bermain selama lebih dari satu jam. Bosan dengan permainan permen, Li Anlan beralih pada permainan Super Mario.
"Ini baru sedikit menantang."
Tapi, lagi-lagi ia kalah saat menghadapi lawan raja. Li Anlan kembali beralih ke aplikasi lain. Pilihan selanjutnya adalah Subway Surf. Tidak lama kemudian, Li Anlan membantingkan ponselnya ke samping. Dia kalah lagi.
Kesal karena terus kalah, Li Anlan beranjak turun dari hammock. Dia perlu sesuatu yang lain yang bisa menghilangkan kebosanannya. Li Anlan meninggalkan ponselnya di hammock. Wanita itu masuk ke dalam kamarnya, mencari kamera yang belum sempat ia cek apakah masih berfungsi atau tidak.
Tanpa sadar, seseorang mengambil ponsel itu secara diam-diam.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
yrusceia
2024-01-26
0
Ribka Margaretha Soling
cerita ga seru masa pindah demensi jadi bodoh otaknya
2021-11-22
0
Ida Blado
nah loh siapa yg nyuri ponsel
2021-11-15
1