Eps. 18: Long Ji Man Menjadi Juara Pertama

Pagi hari, udara di dalam ruangan utama Istana Taiji sudah sangat panas.

Sumber udara panas itu bukan berasal dari alam, melainkan dari para manusia yang ada di dalamnya. Sejak rapat pengadilan kerajaan berlangsung, aula besar nan mewah yang semula sepi berubah menjadi riuh. Para pejabat istana, termasuk para menteri, bergiliran melantangkan suara, menyerukan laporan dan pendapat, hingga tak jarang berdebat.

Para pejabat yang terdiri dari pria-pria dalam berbagai latar belakang keluarga, pendidikan, dan usia itu adalah para pejabat yang diangkat saat masa pemerintahan raja dari dua sebelumnya dimulai. Mereka dipilih oleh kakek Long Ji Man melalui ujian kerajaan yang sangat ketat.

Kebanyakan dari mereka adalah para lulusan Akademi Kerajaan, sekolah yang memang dipakai untuk menyiapkan calon pejabat masa depan yang akan membantu raja mengurus negara. Sebagian lagi adalah para lulusan akademi lain, hanya saja jumlahnya tidak sebanyak para lulusan Akademi Kerajaan. Meskipun begitu, kualitas kerja mereka sama bagusnya, tidak jauh berbeda dengan para pejabat lulusan Akademi Kerajaan.

Setiap satu setengah tahun, pihak kerajaan akan mengadakan ujian seleksi untuk mereka yang ingin menjadi pejabat. Ujian tersebut terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama adalah ujian materi, yakni ujian melalui kertas dan soal. Tahap kedua adalah ujian seni bela diri. Bagi mereka yang lolos di tahap kedua, akan otomatis masuk ke dalam babak penyisihan terakhir di tahap ketiga. Tahap ketiga ini biasanya yang paling mudah. Para peserta yang lolos ke tahap ketiga harus memberikan sebuah pertanyaan untuk peserta lain dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan peserta lain.

Namun, tahap ketiga ini justru menjadi tahapan yang membuat para peserta tidak bisa lolos menjadi pejabat. Sistem penilaian di tahap ini dilihat dari pertanyaan dan jawaban yang dilontarkan setiap peserta. Mereka yang tidak tahu norma dan merasa pintar biasanya memberikan pertanyaan dan jawaban yang sulit dan rumit. Mereka seolah ingin menunjukkan bahwa merekalah yang paling pintar dan paling cocok menjadi pejabat.

Mereka tidak tahu, para penilai justru membenci hal-hal seperti itu. Jika mereka cerdas, mereka tidak akan menunjukkan kemampuan secara terang-terangan dan akan memilih menyembunyikan kecerdasannya melalui perkataan dan tindakan. Pertanyaan dan jawaban yang diberikan nilai tinggi adalah pertanyaan dan jawaban yang mengandung makna dan arti filosofis, tidak eksplisit secara langsung. Boleh merendah diri, tapi harus menjaga harga diri. Tidak boleh tinggi hati, tapi pertanyaan dan jawaban tetap harus memiliki arti.

Di singgasana naga miliknya, Long Ji Man berkali-kali menghela napas dan memijat keningnya sendiri. Para pejabat yang menjadi bawahannya terus menerus membuatnya kesal. Hari ini, setelah laporan kenegaraan, Menteri Ritus menanyakan sebuah hal yang selama ini tidak pernah dipikirkan Long Ji Man. Pertanyaan Menteri Ritus, yang menanyakan perihal kehadiran seorang putra penerus tahta, memancing para pejabat lain untuk ikut menanyakannya pula. Kehadiran putra penerus tahta memancing opini dan asumsi para pejabat itu, hingga membuat Long Ji Man sakit kepala.

Sudah empat tahun sejak Long Ji Man menjadi raja, dia tidak juga berputra. Padahal, di Istana Harem, Long Ji Man memiliki banyak sekali wanita cantik dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Setiap tahun, Ibu Suri Han Yuemei selalu menambah penghuni harem dengan satu atau dua wanita baru. Ada yang berstatus tinggi, ada pula yang menjadi gundik tanpa status dan gelar. Wanita yang tidak memiliki status dan gelar itu biasanya berasal dari keluarga biasa.

Menjadi raja memang tidak mudah. Hidup Long Ji Man tidak akan bisa lepas dari perhatian dan pandangan orang. Bahkan, untuk urusan keluarganya sendiri pun tidak bisa ia tentukan sendiri. Memiliki banyak istri, tidak hanya merepotkan. Tapi juga memerlukan uang yang banyak yang bisa menutup mulut dan menahan mereka. Akhir-akhir ini, Long Ji Man merasa pengeluaran untuk para selirnya membengkak. Entah apa yang dilakukan para selir itu dengan uang yang diberikan setiap bulan oleh pihak istana.

Para pejabat itu terus mendesak Long Ji Man agar segera memberikan seorang pangeran penerus tahta agar suksesi kerajaan tetap stabil dan hati para pejabat daerah menjadi tenang. Dengan adanya seorang pangeran mahkota, para pejabat itu yakin kekuasaan dan otoritas kerajaan akan semakin kuat. Semakin cepat lahir, maka semakin baik. Para pejabat tua yang sudah berpuluh tahun mengabdi akan sempat memberikan pengajaran dan mendidik pangeran mahkota sebelum mereka pensiun. Tapi, dalam empat tahun ini, harapan mereka sepertinya pupus begitu saja. Tidak pernah terdengar ada kabar baik dari istana belakang.

“Yang Mulia, bulan purnama akan datang tiga hari lagi,” ucap Menteri Ritus.

“Lalu?” Long Ji Man balik bertanya, dibarengi dengan tatapan kesalnya.

“Energi Yin dan Yang akan mencapai puncak,” lanjut sang menteri.

“Katakan dengan jelas!”

“Yang Mulia harap segera menghabiskan malam dengan Permaisuri atau salah satu penghuni Istana Belakang,” ucap Menteri Ritus dengan lantang, sambil berlutut dan menundukkan kepala.

“Yang Mulia harap kabulkan permohonan,” ucap Menteri lain secara serentak. Suara mereka menggema di dalam aula Taiji.

Long Ji Man semakin kesal. Dia kembali memijat keningnya. Menghabiskan malam? Mereka pikir itu adalah sesuatu yang pantas dibahas di dalam aula suci ini? Mengapa mereka tidak sekalian membawa para wanita itu ke sini untuk melihat betapa pedulinya para pejabat terhadap keberadaan mereka?

“Tidak tahu malu!”

Long Ji Man menggebrak meja di depannya. Suara gebrakan itu sontak membuat para pejabat terkejut. Dalam sekejap, tubuh para pejabat itu sudah hampir menyatu dengan lantai, bersujud dan menunduk begitu begitu rendah. Takut dan tegar, nilainya sama-sama setengah.

“Aku rasa permohonan para pejabat bisa dipertimbangkan.”

Long Ji Man mengalihkan pandangan kepada si pemilik suara. Wajahnya tiba-tiba sedikit melunak. Sial, Pangeran Agung sudah bersuara. Jika dia sudah bersuara, Long Ji Man tidak punya pilihan lain selain mempertimbangkannya. Aura Pangeran Agung selalu membuat Long Ji Man terkesima.

Pangeran Agung adalah adik kandung raja sebelumnya, adik kandung ayah Long Ji Man. Namanya Long Ji Su, usianya hanya terpaut sepuluh tahun dari ayah Long Ji Man. Dia laki-laki berparas tampan, berbakat, dan paling cerdas. Long Ji Su dinobatkan sebagai Pangeran Agung pada tahun terakhir masa pemerintahan ayah Long Ji Man. Ada yang bilang, Pangeran Agung lebih cocok menjadi raja karena dia memiliki aura dan jiwa kepemimpinan yang sangat besar.

Akibatnya, Long Ji Su sempat menjauhkan diri dari urusan pemerintahan dan mengasingkan diri di perbatasan, karena tidak ingin membuat otoritas kerajaan rusak atau retak. Long Ji Su sama sekali tidak tertarik dengan tahta.

Selain menjadi Pangeran Agung, Long Ji Su juga menjadi guru bagi Long Ji Man. Dia memberikan pengajaran perihal tata kenegaraan dan tata pemerintahan pada Long Ji Man sejak usia Long Ji Man enam tahun. Itulah yang menyebabkan Long Ji Man tidak bisa sembarangan menolak permintaan Long Ji Su, karena di setiap perkataannya selalu terkandung pengajaran kebajikan yang membuat Long Ji Man menjadi bijaksana dan arif.

Apakah dia harus mempertimbangkannya?

Long Ji Man memikirkan cara agar permohonan para pejabat itu terkabul tapi dirinya tidak perlu melakukan apapun. Dia harus bisa menghindari ini tanpa menyinggung atau mengecewakan para pejabat yang sudah membantunya mengurus pemerintahan.

“Aku punya cara!” seru Long Ji Man tiba-tiba. Para pejabat yang semula bersujud menengadahkan kepalanya, menatap raja mereka karena tidak sabar dengan perkataan apa yang akan dilontarkannya.

“Mari bermain. Paman, kau yang menentukannya.”

Untuk sesaat, para pejabat istana saling pandang.

“Apa maksud perkataan Yang Mulia?” tanya Menteri Ritus.

“Jika aku kalah dalam permainan itu, aku akan mempertimbangkan permohonan kalian. Jika aku menang, jangan pernah memaksaku atau mendesakku lagi!”

Pangeran Agung tersenyum. Keponakannya tidak pernah berubah. Ingin menghindari masalah, tapi tidak sadar malah semakin memperburuknya. Long Ji Man seharusnya tidak lupa kalau dia tidak pernah bisa menang dari Pangeran Agung dalam semua permainan.

Satu jam kemudian, semua pejabat yang semula berada di dalam aula sudah berkumpul di taman belakang Istana Taiji. Mereka datang untuk menyaksikan permainan antara raja mereka dengan paman kerajaannya. Pertandingan kali ini sangat penting karena menyangkut masa depan pangeran mahkota. Pangeran Agung harus menang agar Long Ji Man bisa menghabiskan malam bersama seorang wanita agar keturunan kerajaan bisa lahir. Jika permainan ini gagal, mereka harus menggigit jari mereka karena harapan yang pupus.

Sementara itu, Long Ji Man justru merasa menyesal sudah menantang pamannya. Pangeran Agung membuatnya harus bertanding catur, permainan yang dibenci Long Ji Man. Setiap kali bermain, Long Ji Man selalu kalah. Dia membenci permainan ini karena terlalu sulit dan memusingkan kepala. Catur hanya membuat kepalanya mendidih dan bergejolak.

Kali ini, dia harus menguras pikirannya agar bisa menang dari Pangeran Agung, agar para pejabat itu berhenti memaksanya membuat seorang pangeran mahkota.

Satu persatu, bidak catur putih milik Long Ji Man naik ke atas papan. Lalu disusul oleh bidak catur hitam milik Pangeran Agung. Suasana menjadi hening. Bukan hanya Long Ji Man yang merasakan ketegangan, tapi para pejabat juga. Mereka seperti tersedot ke dalam permanina. Fokus mereka tidak pernah beralih dari papan catur yang dimainkan oleh dua orang penting Kerajaan Dongling yang sedang berkonsentrasi.

Long Ji Man meletakkan bidak catur berikutnya di sisi kanan, mengepung bidak hitam Pangeran Agung. Pangeran Agung membalasnya dengan menutup jalan Long Ji Man di sisi paling kiri, hingga bidak catur Long Ji Man tersudut dan tidak dapat bergerak.

“Jika kau meletakannya di situ, permainan ini akan selesai,” ujar Pangeran Agung saat tangan Long Ji Man hendak meletakkan bidak caturnya di bagian tengah yang sudah dikelilingi bidak catur hitam. Long Ji Man menahan tangannya, lalu melihat kembali papan catur itu. Dia baru menemukan bahwa papan ini didominasi bidak catur hitam. Jika ia meletakannya, dia akan langsung kalah.

“Mengapa Paman membantuku?”

“Aku hanya memperingatkanmu.”

Long Ji Man menggeser bidak caturnya ke sisi kiri. Mata para pejabat tidak henti-hentinya memandang papan catur. Jantung mereka berdegup kencang. Padahal, yang bermain adalah Raja Long dan Pangeran Agung, bukan mereka. Ternyata, menonton lebih menegangkan daripada melakukan pertunjukan.

Di babak pertama, Long Ji Man kalah. Skor sementara adalah 1-0. Permainan dilanjutkan kembali. Kali ini, Long Ji Man lebih berhati-hati. Berkat usahanya, dia menang. Skor menjadi seri. Babak ketiga adalah babak yang paling menentukan. Di sinilah hidupnya serasa dipertaruhkan. Pertandingan berlangsung sengit. Long Ji Man dan Pangeran Agung sama-sama berusaha memikirkan langkah yang tepat dan cepat agar bisa menang.

“Paman, bantu aku!” seru Long Ji Man pelan. Pangeran Agung hanya menggeleng dan tersenyum. Wajahnya yang tampan semakin berseri.

Alih-alih membantu Long Ji Man, Pangeran Agung justru semakin memperkuat langkahnya. Dia mengepung bidak catur Long Ji Man di segala sisi. Permainan menjadi sangat menegangkan. Formasi rumit yang terbentuk di papan catur itu membuat Long Ji Man sakit kepala

Di saat ia hampir menyerah dan putus asa, Long Ji Man menemukan sebuah celah. Dia menempatkan bidak catur terakhirnya di sisi paling pojok papan catur. Para pejabat yang semula menahan napas mendesah pelan.

“Aku menang!”

Kecewa. Para pejabat itu harus kecewa. Permainan ini sudah berakhir. Mereka tidak bisa mendesak Long Ji Man agar segera memiliki putra. Para pejabat itu kemudian pergi karena tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi. Pertunjukan sudah berakhir. Long Ji Man menang.

“Paman, kenapa kau melepaskanku?” tanya Long Ji Man setelah semua orang pergi.

Pangeran Agung tersenyum. Dia memang sengaja menciptakan celah agar Long Ji Man bisa menang.

“Yang Mulia, hidup ini seperti papan catur. Bidak-bidak ini adalah kau dan para pejabatmu.”

Long Ji Man mengangguk. Sudah ia duga, Pangeran Agung pasti memberinya pelajaran lagi. Permainan kali ini membuat Long Ji Man menyadari bahwa ada saatnya ia harus maju, dan ada saatnya dia harus mundur. Sama seperti situasi tadi. Long Ji Man harus tahu kapan ia boleh maju mengutarakan keinginannya, dan kapan harus mundur untuk mempertimbangan keinginan para pejabatnya. Long Ji Man harus belajar untuk lebih berhati-hati lagi.

“Paman, ini pertama kalinya aku menjadi juara pertama!”

Long Ji Man memeluk Pangeran Agung dengan erat. Memeluknya sama seperti memeluk ayahnya sendiri. Tidak heran, hubungan keduanya sangat dekat. Long Ji Man di mata Pangeran Agung tetaplah seorang anak kecil yang memerlukan bimbingan dan pendampingan.

Pangeran Agung, jauh di dalam lubuk hatinya, benar-benar berharap suatu saat Long Ji Man bisa mengabulkan keinginan para pejabat, yang sebenarnya menjadi keinginannya juga.

...***...

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussemsngst

2024-01-26

0

Oi Min

Oi Min

Ternyata sdah punya permaisuri to si Ji Man??

2021-12-24

0

Oi Min

Oi Min

Ternyata sdah punya permaisuri to si Ji Man??

2021-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1: Li Anlan di Negeri Ajaib
2 Eps. 2: Identitas Selir
3 Eps. 3: Selir Miskin
4 Eps. 4: Raja Dongling
5 Eps. 5: Mencari Sistem
6 Eps. 6: Berkemah
7 Eps. 7: Hadiah Kematian
8 Eps. 8: Menjahit Luka
9 Eps. 9: Bertemu Raja Tampan
10 Eps. 10: Terjebak di Bawah Kaki Raja
11 Eps. 11: Penjahat Kelas Teri
12 Eps. 12: Pemain Payah
13 Eps. 13: Pemalas Berkelas
14 Eps. 14: Bertemu Pengganggu
15 Eps. 15: Drama
16 Eps. 16: Mencari Cara
17 Eps. 17: Surat untuk Kakak Tercinta
18 Eps. 18: Long Ji Man Menjadi Juara Pertama
19 Eps. 19: Lelucon
20 Eps. 20: Li Bersaudara
21 Eps. 21: Saudara Kaya
22 Eps. 22: Pencuri
23 Eps. 23: Menanti Hari Baik
24 Eps. 24: Berani Coba-Coba
25 Eps. 25: Merasa Kecewa
26 Eps. 26: Hukuman untuk Li Anlan
27 Eps. 27: Salah Paham
28 Eps. 28: Panahan
29 Eps. 29: Surat Rahasia
30 Eps. 30: Merancang Tujuan
31 Eps. 31: Teringat Kembali
32 Eps. 32: BBQ
33 Eps. 33: Tidak Sengaja
34 Eps. 34: Ganti Rugi
35 Eps. 35: Perampokan Legal
36 Eps. 36: Bertemu Pangeran Kecil
37 Eps. 37: Berkunjung ke Akademi Kerajaan
38 Eps. 38: Mengajarkan Hal Baru
39 Eps. 39: Long Ji Man Si Wajah Batu
40 Eps. 40: Elang Itu Adalah Milikku!
41 Eps. 41: Disalahpahami
42 Eps. 42: Tuan Muda
43 Eps. 43: Persalinan Menegangkan
44 Eps. 44: Panti Asuhan
45 Eps. 45: Pertarungan Sengit
46 Eps. 46: Tangan yang Ternoda
47 Eps. 47: Perjamuan Ibu Suri
48 Eps. 48: Li Anlan Juara Bertahan
49 Eps. 49: Antara Bencana dan Berita Bahagia
50 Eps. 50: Negosiasi
51 Eps. 51: Hari Penobatan
52 Eps. 52: Tugas Pertama
53 Eps. 53: Seseorang yang Belum Dapat Diterima
54 Eps. 54: Fotografer Zaman Kuno
55 Eps. 55: Tertawa dalam Derita
56 Eps. 56: Tertinggal
57 Eps. 57: Kartu Nama
58 Eps. 58: Penculikan
59 Eps. 59: Pencarian
60 Eps. 60: Misi Menyelamatkan Istri
61 Eps. 61: Pecah Telur
62 Eps. 62: Menantuku!
63 Eps. 63: Bercerita
64 Eps. 64: Hukuman untuk Orang Jahat
65 Eps. 65: Buku
66 Eps. 66: Surat Nikah
67 Eps. 67: Malam Pengantin
68 Eps. 68: Sebuah Pernyataan
69 Eps. 69: Bencana Tidak Terduga
70 Eps. 70: Mengembalikan Teror
71 Eps. 71: Datang Satu Gugur Empat
72 Eps. 72: Ujian Akademi Kerajaan
73 Eps. 73: Tempat Aneh
74 Eps. 74: Wisma Gunung Feiyun
75 Eps. 75: Keinginan Ibu Suri
76 Eps. 76: Ular Berbisa
77 Eps. 77: Jati Diri
78 Eps. 78: Jebakan
79 Eps. 79: Kau Tidak Boleh Pergi!
80 Eps. 80: Mencari Jiwa
81 Eps. 81: Dunia Lain
82 Eps. 82: Mencoba Segala Cara
83 Eps. 83: Terlalu Lama Pergi
84 Eps. 84: Berdamai dengan Masa Depan
85 Eps. 85: Menyusun Strategi
86 Eps. 86: Orang Gila yang Sesungguhnya
87 Eps. 87: Kisah Pilu Sang Permaisuri
88 Eps. 88: Topeng
89 Eps. 89: Kebingungan
90 Eps. 90: Orang Tidak Bertanggung Jawab
91 Eps. 91: Buronan
92 Eps. 92: Perburuan Seru
93 Eps. 93: Kemenangan Mutlak
94 Eps. 94: Hukuman Untuk Orang Jahat
95 Eps. 95: MoU
96 Eps. 96: Penobatan
97 Eps. 97: Malam Pernikahan
98 Eps. 98: Pembebasan
99 Eps. 99: Kelahiran Putra
100 Eps. 100: Episode Akhir
101 PEMBERITAHUAN
102 PEMBERITAHUAN 2
103 PENGUMUMAN
104 PENGUMUMAN BARU
105 EXTRA PART
106 Halo!
107 PERMISIII!!!
108 Mampir, Yuk!
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Eps. 1: Li Anlan di Negeri Ajaib
2
Eps. 2: Identitas Selir
3
Eps. 3: Selir Miskin
4
Eps. 4: Raja Dongling
5
Eps. 5: Mencari Sistem
6
Eps. 6: Berkemah
7
Eps. 7: Hadiah Kematian
8
Eps. 8: Menjahit Luka
9
Eps. 9: Bertemu Raja Tampan
10
Eps. 10: Terjebak di Bawah Kaki Raja
11
Eps. 11: Penjahat Kelas Teri
12
Eps. 12: Pemain Payah
13
Eps. 13: Pemalas Berkelas
14
Eps. 14: Bertemu Pengganggu
15
Eps. 15: Drama
16
Eps. 16: Mencari Cara
17
Eps. 17: Surat untuk Kakak Tercinta
18
Eps. 18: Long Ji Man Menjadi Juara Pertama
19
Eps. 19: Lelucon
20
Eps. 20: Li Bersaudara
21
Eps. 21: Saudara Kaya
22
Eps. 22: Pencuri
23
Eps. 23: Menanti Hari Baik
24
Eps. 24: Berani Coba-Coba
25
Eps. 25: Merasa Kecewa
26
Eps. 26: Hukuman untuk Li Anlan
27
Eps. 27: Salah Paham
28
Eps. 28: Panahan
29
Eps. 29: Surat Rahasia
30
Eps. 30: Merancang Tujuan
31
Eps. 31: Teringat Kembali
32
Eps. 32: BBQ
33
Eps. 33: Tidak Sengaja
34
Eps. 34: Ganti Rugi
35
Eps. 35: Perampokan Legal
36
Eps. 36: Bertemu Pangeran Kecil
37
Eps. 37: Berkunjung ke Akademi Kerajaan
38
Eps. 38: Mengajarkan Hal Baru
39
Eps. 39: Long Ji Man Si Wajah Batu
40
Eps. 40: Elang Itu Adalah Milikku!
41
Eps. 41: Disalahpahami
42
Eps. 42: Tuan Muda
43
Eps. 43: Persalinan Menegangkan
44
Eps. 44: Panti Asuhan
45
Eps. 45: Pertarungan Sengit
46
Eps. 46: Tangan yang Ternoda
47
Eps. 47: Perjamuan Ibu Suri
48
Eps. 48: Li Anlan Juara Bertahan
49
Eps. 49: Antara Bencana dan Berita Bahagia
50
Eps. 50: Negosiasi
51
Eps. 51: Hari Penobatan
52
Eps. 52: Tugas Pertama
53
Eps. 53: Seseorang yang Belum Dapat Diterima
54
Eps. 54: Fotografer Zaman Kuno
55
Eps. 55: Tertawa dalam Derita
56
Eps. 56: Tertinggal
57
Eps. 57: Kartu Nama
58
Eps. 58: Penculikan
59
Eps. 59: Pencarian
60
Eps. 60: Misi Menyelamatkan Istri
61
Eps. 61: Pecah Telur
62
Eps. 62: Menantuku!
63
Eps. 63: Bercerita
64
Eps. 64: Hukuman untuk Orang Jahat
65
Eps. 65: Buku
66
Eps. 66: Surat Nikah
67
Eps. 67: Malam Pengantin
68
Eps. 68: Sebuah Pernyataan
69
Eps. 69: Bencana Tidak Terduga
70
Eps. 70: Mengembalikan Teror
71
Eps. 71: Datang Satu Gugur Empat
72
Eps. 72: Ujian Akademi Kerajaan
73
Eps. 73: Tempat Aneh
74
Eps. 74: Wisma Gunung Feiyun
75
Eps. 75: Keinginan Ibu Suri
76
Eps. 76: Ular Berbisa
77
Eps. 77: Jati Diri
78
Eps. 78: Jebakan
79
Eps. 79: Kau Tidak Boleh Pergi!
80
Eps. 80: Mencari Jiwa
81
Eps. 81: Dunia Lain
82
Eps. 82: Mencoba Segala Cara
83
Eps. 83: Terlalu Lama Pergi
84
Eps. 84: Berdamai dengan Masa Depan
85
Eps. 85: Menyusun Strategi
86
Eps. 86: Orang Gila yang Sesungguhnya
87
Eps. 87: Kisah Pilu Sang Permaisuri
88
Eps. 88: Topeng
89
Eps. 89: Kebingungan
90
Eps. 90: Orang Tidak Bertanggung Jawab
91
Eps. 91: Buronan
92
Eps. 92: Perburuan Seru
93
Eps. 93: Kemenangan Mutlak
94
Eps. 94: Hukuman Untuk Orang Jahat
95
Eps. 95: MoU
96
Eps. 96: Penobatan
97
Eps. 97: Malam Pernikahan
98
Eps. 98: Pembebasan
99
Eps. 99: Kelahiran Putra
100
Eps. 100: Episode Akhir
101
PEMBERITAHUAN
102
PEMBERITAHUAN 2
103
PENGUMUMAN
104
PENGUMUMAN BARU
105
EXTRA PART
106
Halo!
107
PERMISIII!!!
108
Mampir, Yuk!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!