Li Anlan keluar dari tendanya ketika mendengar suara ribut yang mengganggu tidurnya. Ketika wanita itu membuka matanya, hari sudah mulai siang dan bintang yang semalam ia nikmati sudah terbias cahaya matahari.
Sumber keributan itu berasal dari depan Istana Xingyue. Di sana, Xie Roulan tengah berdebat dengan sekelompok orang yang membawa beberapa peti berisi uang dan perhiasan. Pakaian sekelompok orang itu agak berbeda dari pakaian pekerja Istana Xingyue.
"Sudah kubilang Nyonyaku masih hidup! Kasim Bi, kau jangan mempersulitku lagi!"
Sayup-sayup Li Anlan mendengar suara Xie Roulan yang tengah berdebat. Berdasarkan apa yang ia dengar, Li Anlan yakin kelompok orang itu adalah utusan dari bagian pengurus rumah tangga istana yang datang menyerahkan pesanggon kematiannya. Peti-peti berisu uang dan perhiasan itu pasti ditujukan untuk mengantar arwahnya karena pihak istana tidak tahu kalau masih ada keluarga Bangsawan Li Han yang tersisa.
"Ck... Orang-orang istana ini bodoh atau dungu?"
Tingkat literasi orang-orang istana ini sepertinya masih rendah. Mereka bahkan tidak memastikan kebenaran dari kabar kematiannya. Hanya dengan mendengarkan ucapan seorang tabib saja, mereka sudah langsung percaya.
Sebuah ide tiba-tiba muncul di benak Li Anlan. Karena rombongan pembawa peti harta itu sudah datang, tidak baik menyuruh mereka mengembalikan peti-peti itu ke tempat asalnya. Lebih baik, Li Anlan menggunakan kesempatan itu untuk menambah tabungan uang bulanannya.
"Siapa yang sudah mati?"
Kelompok utusan itu terkejut ketika melihat Li Anlan muncul entah dari mana. Melihat majikannya datang, wajah kesal Xie Roulan berubah menjadi senang. Pelayan itu menjelaskan penyebab perdebatannya dengan orang-orang keras kepala ini.
"Kasim Bi, karena aku masih hidup sehat, silakan kembali ke tempat Anda."
Belum habis keterkejutan kelompok orang itu, Li Anlan sudah mengusir mereka pergi. Orang-orang itu berbalik sambil mengangkut kembali peti-peti harta untuk dikembalikan ke gudang harta kerajaan. Tapi, ketika orang-orang itu sampai di gerbang keluar Istana Xingyue, Li Anlan berteriak mengentikan mereka.
"Ada apa, Nyonya?" tanya Xiao Biqi.
"Karena peti-peti itu sudah sampai di sini dan memang ditujukan untukku, lebih baik letakkan saja di situ."
"Tapi Nyonya-"
"Kasim Bi, bukankah peti-peti itu untukku?"
Xiao Biqi mengangguk.
"Jadi, untuk apa kalian membawanya kembali?"
"Untuk dikembalikan ke gudang penyimpanan harta kerajaan," salah seorang pengangkut peti harta itu menjawab.
"Siapa yang memerintahkan kalian untuk mengirim ini?"
"Yang Mulia Raja."
"Jika peti-peti itu dibawa kembali dan tidak diterima olehku, bukankah kalian melanggar perintah raja?"
Xiao Biqi tampak berpikir. Perkataan Li Anlan memang benar. Kasim muda pribadi raja itu kemudian memerintahkan para pengangkut peti harta itu untuk meletakkannya kembali.
Kena kau, Li Anlan bersorak dalam hati.
"Sampaikan rasa terima kasihku pada Yang Mulia Raja! Katakan padanya bahwa aku menerima hadiah kematianku dengan senang hati!"
Li Anlan melompat-lompat kecil saat kelompok orang itu pergi dari Istana Xingyue. Peti-peti berisi uang dan perhiasan itu sekarang menjadi miliknya. Li Anlan seperti mendapat durian runtuh di pagi hari. Dewi Fortuna memang sedang berpihak padanya.
"That's wonderfull!" ucap Li Anlan ketika ia membuka peti-peti itu. Matanya langsung silau akibat sinar dari ratusan tael emas yang tertimpa cahaya matahari.
Li Anlan melihat, menyentuh, dan mencium emas-emas yang berharga itu. Sesekali ia menggigit dan mengangkatnya tinggi-tinggi hingga terkena cahaya matahari untuk memastikan keasliannya. Ini benar-benar emas murni!
"Nyonya, apa yang akan kau lakukan dengan uang sebanyak ini?"
"Aku ingin memperbaiki istana ini. Roulan, pergilah ke pasar, beli beberapa barang yang mahal!"
"Tapi Nyonya, tanpa seizin Yang Mulia Raja, kita tidak bisa melakukan apapun pada istana ini."
"Apa raja pernah memperhatikan tempatku?"
Xie Roulan menggeleng.
"Jadi, pergilah. Jangan pernah pulang dengan tangan kosong!"
"Baik, Nyonya."
Setelah Xie Roulan pergi membawa beberapa puluh batang emas, Li Anlan memindahkan sisanya ke dalam Istana Xingyue seorang diri. Li Anlan sengaja tidak meminta bantuan dari dua penjaga gerbangnya karena ia tidak ingin mengeluarkan uang berharga ini untuk mengupah mereka.
Di dalam istana kecil itu, Li Anlan memasukkan sebagian emasnya ke dalam ransel gunungnya. Sebagian lagi ia simpan ke dalam sebuah peti kecil lalu membungkusnya dengan kain. Peti itu ia kuburkan di bawah pohon persik tempat tendanya berdiri. Li Anlan berpikir jika suatu saat ia kembali ke dunia modern, dia harus memiliki sesuatu untuk dirayakan. Li Anlan akan mencari tempat ini apapun yang terjadi.
Sementara itu, di sudut lain istana kerajaan Dongling, Long Ji Man justru memiliki hari yang buruk. Dokumen-dokumen yang harus ia periksa tiba-tiba bertambah dua kali lipat ditambah berbagai surat laporan dari raja-raja daerah bawahan.
Dia bahkan tidak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri. Long Ji Man melirik pintu masuk, menunggu kasim pribadinya kembali. Tapi, pria muda itu sudah duduk lama. Jika ia menunggu lagi, pantatnya akan menjadi kaku dan kakinya akan bengkak seperti ibu-ibu hamil.
Long Ji Man memutuskan untuk mengganti bajunya sendiri. Hari ini, ia sengaja meminta cuti kepada seluruh menterinya karena ia lelah dan merasa tidak sehat. Sebagai penggantinya, Long Ji Man harus membereskan dokumen-dokumen kenegaraannya dalam waktu dua hari dan harus selesai saat sidang pengadilan esok lusa.
"Yang Mulia!"
Suara Xiao Biqi hanya seperti angin lewat di telinganya. Long Ji Man melanjutkan aktivitasnya mengganti baju tanpa menghiraukan kasim pribadinya.
"Apa yang ingin kau laporkan?"
Xiao Biqi mengangkat kepalanya, menatap Long Ji Man yang sudah selesai berpakaian.
"Selir An belum meninggal."
Aku sudah tahu, Long Ji Man membatin.
"Lalu?"
"Selir An tetap menerima hadiah kematiannya dan menyampaikan terima kasih padamu."
Semua wanita menyukai uang. Bahkan jika itu adalah uang pesanggon dari kematiannya sendiri. Sudut bibir Long Ji Man terangkat sedikit. Wanita itu cukup punya nyali menipu dan membodohi Xiao Biqi yang memang sudah bodoh dari awal.
Tidak mengherankan jika wanita itu bersikap cerdik. Long Ji Man berpendapat bahwa wanita itu memerlukan sesuatu untuk memperbaiki istananya yang kecil dan sederhana, tidak seperti istana selir yang lain. Long Ji Man tidak akan marah padanya karena dirinya sendiri pun merasa bersalah, tidak memperhatikan kehidupan semua selirnya.
"Jangan mengungkitnya lagi."
"Baik, Yang Mulia."
Long Ji Man melanjutkan aktivitasnya. Ia menghabiskan seluruh harinya di istana pribadinya tanpa ingin diganggu siapapun. Long Ji Man juga berkali-kali menolak kunjungan para selir, para sepupu, bahkan ibunya sendiri. Xiao Biqi menjaganya di luar Istana Hongwu, sekalian mengawasi dan menolak setiap orang yang datang.
......***......
Sore hari saat keadaan menjadi lengang, Li Anlan baru saja selesai menata istana kecilnya dengan barang-barang baru. Guci, vas bunga, lukisan dan berbagai barang berkilauan menghiasi bagian dalam Istana Xingyue. Istana itu sekarang terasa lebih hidup dari sebelumnya.
"Selera wanita memang tidak pernah salah!"
Li Anlan memuji keterampilan dirinya sendiri. Meskipun ia seorang pendaki, tapi jati diri dan identitasnya tetaplah seorang wanita yang tidak bisa menahan godaan untuk membeli barang ketika ia punya banyak uang. Tidak peduli itu di dunia ini atau di dunia modern, Li Anlan tidak bisa melepaskan diri dari godaan itu.
Wanita itu keluar dari istananya untuk melihat apakah hari mulai gelap atau tidak. Langkahnya kakinya membawanya pergi ke taman Danau Houchi, memastikan apakah Kasim Long sudah menunggunya atau tidak. Tapi, pria itu ternyata tidak ada di taman Danau Houchi.
Li Anlan memutuskan untuk menunggunya beberapa saat. Kasim Long mungkin belum selesai bertugas hingga ia sedikit terlambat dari waktu yang disepakati. Bersama ponselnya, Li Anlan duduk menunggu seorang diri.
Li Anlan tidak menyadari kalau ia sudah melewatkan waktu tiga jam untuk menunggu pria itu datang. Li Anlan kemudian memutuskan untuk kembali ke Istana Xingyue setelah malam diperkirakan pukul tujuh karena tidak ada tanda-tanda bahwa Kasim Long akan datang.
Saat tubuh wanita itu hilang di balik gerbang Istana Xingyue, Long Ji Man baru saja sampai di taman Danau Houchi. Dia datang terlambat karena waktunya terganggu akibat kedatangan beberapa tamu yang memaksa masuk ke Istana Hongwu. Long Ji Man mendesah kecewa, wanita itu pasti sudah kembali ke istananya.
Pria itu duduk di pendopo taman, menikmati malam seorang diri kembali. Long Ji Man menghirup udara segar dari taman Danau Houchi yang jarang terjamah orang.
Sebuah panah tiba-tiba melesat dari semak-semak di sisi kiri pendopo. Kewaspadaan Long Ji Man yang kurang membuat panah itu merobek kulit bahunya. Beberapa orang berpakaian serba hitam dan berpenutup wajah kemudian keluar dan langsung menyerang Long Ji Man yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.
Orang-orang itu memiliki tingkat kesabaran yang buruk. Tanpa tahu malu, mereka mulai mengarahkan pedang mereka pada Long Ji Man yang tidak bersenjata. Long Ji Man berusaha bertahan dengan terus menghindari serangan. Sayangnya, ujung-ujung pedang itu selalu berhasil mengenai kulitnya hingga menimbulkan luka-luka sayatan. Darah merembes membasahi pakaian merah tua yang dikenakannya.
Long Ji Man hampir kehabisan tenaga. Serangan orang-orang itu semakin brutal dan ganas. Mereka seperti sedang kesetanan. Saat ujung pedang salah seorang dari mereka mengarah pada jantung Long Ji Man, sebuah pedang lain melesat merobek tangan orang itu hingga pedangnya terjatuh.
"Apa aku terlambat?"
"Kau benar-benar terlambat, Tianshi!"
Long Ji Man menyingkir ke sisi kiri. Posisi pria itu sekarang saling membelakangi dengan Wang Tianshi. Kelompok orang berbaju hitam itu kembali menyerang. Wang Tianshi sekuat tenaga menahan semua serangan yang mengarah kepada rajanya. Ayunan pedang itu menebas tangan, kaki, dan wajah orang-orang itu. Perlahan, situasi berbalik ke pihak Long Ji Man. Orang-orang berbaju hitam itu kewalahan menghadapi Wang Tianshi. Kesempatan itu digunakan Wang Tianshi untuk menyerang titik kelemahan mereka. Jumlahnya yang banyak perlahan berkurang karena sebagian orang-orang itu memilih untuk kabur.
Salah seorang diantara mereka mengisyaratkan bahwa mereka harus mundur. Orang-orang itu menaburkan sebuah bubuk yang mengganggu penglihatan lalu melarikan diri dengan melompati dinding pembatas taman Danau Houchi dengan hutan di belakangnya.
Luka Long Ji Man semakin melebar karena pria itu terlalu banyak bergerak. Pria itu mulai kehilangan kesadarannya.
"Istana Xingyue, bawa aku ke sana..."
Wang Tianshi mengerutkan keningnya. Mengapa harus ke Istana Xingyue? Bukankah ia seharusnya menyuruhnya kembali ke Istana Hongwu?
Beberapa saat otak Wang Tianshi memproses segala informasi. Pria itu terperanjat kaget ketika Long Ji Man mencengkram bahunya dengan kuat. Ya, dia harus membawa Long Ji Man ke Istana Xingyue, karena hanya istana itulah yang paling dekat jaraknya dengan taman ini.
Wang Tianshi memapah tubuh Long Ji Man. Wang Tianshi langsung berteriak minta tolong saat ia melihat seorang wanita sedang berjalan mondar-mandir di depan gerbang Istana Xingyue yang lengang tanpa dua penjaga.
Begitu mendengar teriakan minta tolong, wanita itu berteriak kaget. Dia kemudian menghampiri Wang Tianshi yang sedang memapah Long Ji Man. Wajah panik wanita itu semakin bertambah ketika darah dari tubuh Long Ji Man menetes ke tanah. Dia berlari sekuat tenaga, lalu membantu memapah Long Ji Man dengan wajah gelap.
...***...
Halo teman-teman. Buat kalian yang sudah membaca karya ini, Author mau mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Jangan lupa komentarnya ya bila ada yang perlu dikoreksi, karena Author sangat memerlukan kritik dan saran dari kalian. ~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Komiknovel Alima
astaga aku ngakak dari tadi 😂😂
2024-05-20
0
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-01-26
0
Lee Fay
Wkwkwkwk ngakak
2022-07-05
0