"Bisa lepaskan pelukanmu?" pinta Qia dengan rasa tidak nyaman yang di tahan sejak tadi.
Real melepaskan.
"Selera mu sangat buruk soal pria," caci Real dengan tampang kakunya. Itu bukan gurauan. Dia mengatakannya dengan sungguh sungguh dan meremehkan.
Bagaimana bisa itu adalah seleraku? Aku normal dalam memilih pria. Seleraku bukan seperti itu. Dia hanya orang yang memaksa untuk menjadi sosok yang cocok dengan seleraku dan itu tidak mungkin!
"Maaf. Bisa kita bicarakan lagi soal tawaran tadi?" tanya Qia tidak lupa tujuan awal.
"Tidak. Tidak harus malam ini, tapi aku harap kau menepati janjimu. Karena bisa saja aku mengulitimu saat ini juga ataupun besok karena hatiku sedang dalam keadaan tidak baik saat kau berulah menipuku," katanya dengan tatapan dingin mengintimidasi.
Qia mundur selangkah. Meremas ujung gaunnya sendiri karena tangannya gemetar ketakutan. Sorot mata tajam milik Real sangat mengintimidasi. Sesaat tadi Qia lupa bahwa pria ini memang di kenal sangat dingin dan kejam. Orang berpengaruh dalam dunia bisnis.
Apakah benar aku membuat tawaran dengan dia yang tidak tahu, kapan saja bisa akan mencabik ku? Hh ... aku tidak tahu, rapi aku ingin lepas dari kejaran Ferdie yang mesum dan menjijikkan itu. Juga dari orang-orang yang mengincarku.
"Pulang lebih dulu. Aku ingin memperbaiki mood jelekku," usirnya sambil mengibaskan tangannya seperti mengusir hewan peliharaan. Qia terdiam. "Kau tidak mau pulang?"
"Terima kasih ...," ujar Qia, lalu pergi.
"Cepat cari tahu siapa dia. Karena aku harus segera menemuinya," perintah Real selepas perempuan yang tidak pernah di ketahuinya itu pergi.
"Baik," ujar pengawal pribadinya yang sejak tadi berada di sana untuk melindunginya.
......................
"Real!!! Begini caramu menunjukkan kalau kau juga lebih baik dariku dalam bermain dengan wanita?!" Kris datang dengan suara yang di buat-buatnya ke ruang kerja Real. Di dalam ruangan sudah ada Axel bawahan paling setia dan bisa menjadi apapun yang Real mau. Axel sedang berdiri di sebelah Real sedang membahas sesuatu.
Mata Real melirik tajam ke arah laki-laki play boy yang mulai duduk santai di atas sofa di depan meja kerjanya.
"Soal apa?"
"Hei ... berhentilah berpura-pura. Kau sengaja seperti itu untuk mengalahkanku sebagai penakluk wanita nomor satu bukan?" Real mengkerutkan dahinya mendengar ocehan Kris.
"Aku sudah dengar semuanya. Kau sangat jahat sebagai teman ... Aku bahkan mendengarnya dari tv di ruang Lexy. Bukan dari mulutmu sendiri." Kris masih membahas soal perkara yang Real tidak paham.
"Berhenti berbelit-belit. Cepat katakan apa maksudmu," kata Real seperti ingin membunuh Kris dalam sekejap.
"Oke, oke." Kris tahu Real tidak sabar. "Dasar ... orang kaku," umpat Kris pelan.
"Aku bisa mendengarmu," kata Real. Kris nyengir kuda. Lalu melanjutkan bicara soal berita heboh pagi ini.
"Bukankah kau sudah punya calon istri?"
"Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Mata Real menyipit tidak suka.
"Hei, kau tidak melihat beritamu sudah ada dimana-mana?" Kris curiga temannya yang kaku itu belum mendengar berita yang menghebohkan pagi ini. Kris menyalakan tv.
Kalimat Real saat mengatakan Qia adalah calon istri tersebar kemana-mana.
"Kau sengaja menyembunyikan wanitamu karena takut aku goda ya ..." Maksud Kris bercanda. Namun reaksi Real justru berbeda.
Wanita itu!!
Brak!!
Real menggebrak meja karena marah. Kris menoleh kaget. Lagi-lagi dia harus menutup mulutnya.
"Aku hanya bercanda." Kris mengatakan itu dengan cepat. Padahal Real marah bukan karena omongan Kris, melainkan orang lain. Yaitu wanita yang tadi malam membentuk raut wajah sedih dan meminta tolong. Dan karena Real menangkap kata tolong yang teramat sangat putus asa, Real mau menolongnya. Dan dia tidak menyangka ternyata perempuan itu menjebaknya.
"Lexy ke ruanganku," panggil Real dengan geram yang ditahan lewat intercom.
"Baik," jawab sekretaris perempuan di sana. Pintu terbuka dan muncul Lexy sekretaris bertangan dingin dari balik pintu. Sesekali tangannya membenarkan letak kaca matanya saat menghampiri meja Real.
"Apa yang kalian lakukan, hah?!" tanya Real marah. "Kenapa bisa berita seperti ini muncul?" Axel dan Lexy diam tidak menjawab.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu mencari informasi tentang dia? Seret wanita itu kesini!" perintah Real dengan hawa gelap yang menusuk menyelimuti perkataannya.
"Baik." Axel keluar ruangan. Kris mengkerutkan kening. Tidak paham apa yang sedang terjadi dengan mereka.
"Apa yang kau lakukan?"tanya Kris.
"Memberi pelajaran kepada seseorang yang sedang bermain-main denganku."
"Perempuan itu maksudmu?" tunjuk Kris ke arah foto perempuan yang di samarkan di dalam berita.
"Benar."
"Lexy, bungkam semua media yang memberitakan tentang aku yang mempunyai calon istri," perintah Real.
"Baik tuan." Lexy membungkuk dan itu membuatnya tak sengaja memperlihatkan paha mulusnya sedikit. Kris yang berada di belakangnya tersenyum senang. Pikiran mesum Kris bekerja. Kris membasahi bibirnya dengan lidahnya. Kemudian menggigit bibir dengan matanya yang menggeliat nakal.
"Wow."
Lexy tahu Tuan yang satu ini sedang memandangnya mesum, tapi dia tidak peduli. Lexy tetap berjalan keluar dengan tenang. Dia paham betul kebiasaan Tuan playboy yang doyan gonta-ganti pasangan itu. Sudah banyak rumor beredar tentangnya. Dia adalah penakluk wanita ulung. Dan semua pasangannya pasti di ajaknya bermain di atas ranjang.
Kata-kata manisnya mampu membuat semua wanita mendambakannya. Bahkan untuk semua umur seorang perempuan. Kris lelaki brengsek yang meniduri banyak wanita dengan dalih bersenang-senang. Herannya mereka merasa beruntung di perlakukan seperti itu oleh Kris.
Tapi di balik ke-playboy-annya dia adalah lelaki yang setia terhadap kawannya. Dia tidak pernah mengkhianati Real. Bahkan demi wanita cantik kesukaannya. Jika di beri pilihan, Kris akan memilih Real temannya, daripada memilih para wanita hanya untuk meninggalkan Real.
"Habitat di sini sungguh memerlukan orang baru yang unik dan aneh. Yang mampu membuat suasana lebih menarik dan indah. Semuanya tertular olehmu. Orang-orang di sekitarmu sangat kaku dan formal," ejek Kris.
Lexy, sekretaris sexy dan cantik, tapi juga dingin dan tak pernah tersenyum. Axel bawahan setia, keren dan tampan, tetapi raut wajahnya datar dan beku. Tidak pernah antusias melihat wanita. Seperti atasannya, Real Arkana.
"Karena mereka tidak gila sepertimu," cela Real.
"Heii ... aku ini bukan gila. Hanyalah orang yang tahu bagaimana caranya bermain dan bersenang-senang." Kris menepuk dadanya membanggakan dirinya yang ahli dalam menyenangkan diri sendiri.
"Aku tidak akan menjadi gila sepertimu," kata Real. Kris terkekeh.
"Pasti ada yang terlewatkan olehku sampai aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu denganmu," kata Kris. Pasti iya, karena saat pesta perusahaan QQ berlangsung, Kris tengah sibuk meladeni perempuan cantik.
Kris mengambil apel merah yang ada di atas meja di depannya. Menggosokkan apel ke setelan jasnya kemudian menggigitnya. Kepalanya miring mencoba berpikir.
"Bagaimana bisa kau bertemu dengan wanita itu?" tanya Kris penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Andriani
🥰🥰🥰
2022-10-08
1
Markoneng
serasa di kutub utara ni, karakternya kulkas semua 🤣
2021-12-29
0
Rha Bunda'y ZakiAfif
lady....suka banget sama novel kamu....kata2 terurai rapi tulisan sangat sangat baik buat aku tanpa celah jelek...good job....sukses selalu...
2021-10-29
0