TERJERAT CINTA PRIA DEWASA
Musik yang menghentak terdengar memenuhi seluruh ruangan dengan cahaya temaram itu.
Malam ini pengunjung 'Miracle', sebuah klub malam terbesar di ibukota nampak tidak terlalu ramai meskipun, tidak mengurangi hingar bingar yang ada.
Lana duduk gelisah disalah satu meja yang berada dipojok, sambil berkali-kali menatap jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya.
Ia sedang menunggu Siska, sahabatnya. Mereka janjian bertemu ditempat ini sejak satu jam yang lalu, tapi siska tak kunjung muncul.
'On the way, dear..'
Begitu bunyi chat singkat Siska sepuluh menit yang lalu, namun yang ada sampai detik ini Siska belum juga muncul batang hidungnya.
Lima menit kembali berlalu, saat Lana merasa pundaknya ditepuk seseorang..
"Sori dear.. lama yah?" Siska muncul dengan wajah cengengesan tanpa dosa.
"Parah yah.. lelet banget sih kamu, Sis.." gerutu Lana tak tertahan lagi.
Siska tertawa kecil, sambil mengambil tempat dihadapannya. "Sorry.. tadi Om Romi meminta bertemu sebentar.. biasalah.." ujar Siska tersenyum dikulum.
"Huh.. sudah aku duga." gerutu Lana lagi.
Yah.. Siska, adalah sahabat Lana, dan mereka telah bersahabat sejak baru duduk di bangku kelas tiga SMU Pelita Harapan.
Sejak awal Siska sudah terkenal sebagai siswi yang tidak memiliki teman. Semua murid enggan berteman dan dekat dengannya tak terkecuali Lana, karena isu yang beredar bahwa Siska adalah gadis open BO. Namun anehnya, Siska malah seolah tidak peduli dengan semua penghakiman mereka semua.. dan tetap bisa melenggang acuh meskipun hingga akhir masa smu, Siska melewatinya nyaris tanpa teman seorang pun.
Sampai suatu ketika sebuah kejadian yang menimpa Lana membuat penilaiannya terhadap Siska berubah total.
Mereka nyaris menghadapi ujian akhir, dan Lana ingat betul hari itu, hari dimana ia begitu terpuruk.
Hubungan kedua orangtuanya yang telah retak sekian lama akhirnya sampai juga pada titik akhir, dimana mereka berdua, ayah dan ibu, akhirnya sepakat mengajukan perceraian, dengan ibu yang melayangkan gugatannya ke pengadilan agama terlebih dahulu.
Malam itu dengan pikiran kalap Lana masuk ke klub malam ini sendirian dengan satu tekad.. menghilangkan segala kegalauan, kemarahan, dan kekecewaan yang membuncah.
Lana kehilangan pegangan, marah pada keadaan, benci pada keegoisan ayah dan ibu yang hanya mementingkan kesenangan diri sendiri tanpa peduli sedikit pun pada perasaannya.
Malam itu, dengan nekad Lana telah memesan minuman. Duduk sendirian di pojokan yang remang, ditemani dentuman house musik yang menggila, sambil menyesap minuman pahit yang membuat tenggorokannya seperti mau terbakar saat melewatinya.
Lana merasa otaknya mulai berputar, ia mabuk, tapi saat seorang waitress melewati mejanya, Lana malah nekad menambah minuman.
Begitu pesanannya tiba Lana langsung meneguknya tanpa jeda.. dan detik berikutnya kepalanya langsung ambruk keatas meja, tak mampu ia angkat kembali. Matanya mulai sayu dan terpejam, hanya indera pendengar yang masih berfungsi.
"Wah.. santapan enak nih, Jo.."
Sayup-sayup telinga Lana menangkap kalimat seorang pria, terasa begitu dekat ditelinganya.
"Gila.. cantik banget, Ben.."
"Jangan sentuh aku..!" racau Lana berusaha menepis tangan pria bernama Jo yang telah menyibak helai rambut yang menutupi wajahnya.
"Calm down, honey.. jangan galak-galak, kita gak gigit kok.." Jo berucap sambil tertawa, pria yang bernama Ben pun ikut tertawa.
"Pesta yang sesungguhnya baru akan dimulai.." suara bariton milik Ben kembali terdengar, kali ini tanpa ragu langsung meraup pinggang ramping milik Lana.
"B-bajingan.. h-hentikan.." Lana memberontak dengan kekuatan yang tersisa, namun yang ada tubuhnya yang sudah sedemikian berat karena pengaruh alkohol nampak terhuyung.
Melihat Lana yang nyaris jatuh dari kursi membuat Ben dengan sigap menahan tubuh Lana, hingga tanpa terhalang apapun akhirnya jatuh begitu saja kedalam pelukan pria bejat itu.
"Ha.. ha.. ha.."
Tawa keduanya terdengar membahana, membuat Lana mulai bergidik ngeri.
"B-bajingann.. aku bilang l-lepaskan akkuu.." Lana berteriak kencang, namun suaranya tenggelam dalam kebisingan musik house yang hingar-bingar.
Tidak hanya itu saja, tubuhnya yang menggeliat justru membuat Ben semakin bernafsu untuk merengkuhnya lebih rapat.
"Beuhh.. kita bawa sekarang saja, Jo, kalau kayak gini bisa-bisa belum apa-apa aku sudah banjir duluan.." ucap Ben dengan nafas yang mulai turun naik karena pelawanan Lana untuk melepaskan diri membuat tubuhnya yang ramping namun sayangnya kurang gemoy itu tanpa sengaja terus menggesek tubuh Ben yang akhirnya malah keenakan.
"Sialan.. dasar kamunya yang lemah.." Jo terlihat menggerutu.
"Bajingaaaaann.. aku bilang lepaass.. kann.." Lana tak henti memberontak saat menyadari kedua pria asing itu telah benar-benar nekad menyeret tubuhnya yang tak berdaya itu dengan paksa.
Lana nyaris kehilangan harapan manakala sebuah suara lantang mampu menghentikan gerakan Ben dan Jo dengan seketika.
"Hentikan..!!"
Dalam temaram Lana bisa melihat beberapa pria bertubuh kekar telah mengelilingi Ben dan Jo yang sontak terpengarah.
"Lepaskan gadis itu secepatnya, karena kalau tidak.."
"Baik, bang.. akan kami lepaskan.."
"Iya, bang.. ampun.. ampuni kami.."
"Pergi dari sini..!!" hardik seorang pria yang terlihat seperti pemimpin dari beberapa orang bertubuh kekar yang sedang mengelilingi Ben dan Jo.
Ben dan Jo nampak gemetaran, dan langsung kabur begitu saja, usai menaruh kembali tubuhnya yang tak bertenaga ke kursi yang semula Lana duduki.
Lana belum bisa berpikir jernih. Apakah ia kali ini benar-benar telah selamat? jangan-jangan nasibnya malah seperti sebuah pepatah, keluar dari mulut harimau, jatuh kemulut buaya. Lana bahkan tidak mengenal sekumpulan pria berbadan kekar yang sedang mengelilingi mejanya itu.
Kepala Lana semakin pusing, dan Lana nyaris kehilangan kesadaran sepenuhnya manakala matanya yang mulai mengabur menangkap bayangan sosok wanita yang muncul dari balik tubuh beberapa pria bertubuh kekar itu.
'Siska..?'
Lana mengenalinya, tepat setelahnya ia telah benar-benar kehilangan kesadarannya.
Lana tidak tau berapa lama matanya terpejam, tau-tau ia telah mendapati dirinya yang tersadar saat sinar matahari pagi yang menyeruak dari balik tirai membuatnya terperanjat, terduduk begitu saja diatas sebuah ranjang sedang namun empuk, disebuah kamar hotel.
"Sudah bangun?" suara seorang wanita menyapanya dari sudut ruangan. Terlihat duduk santai disebuah sofa sudut sambil menghisap sebatang rokok.
"Siska..?" Lana terperanjat. Ternyata ia tidak keliru, wanita yang ada di klub semalam benar-benar Siska, teman sekelasnya di SMU Pelita Harapan.
"Maaf, aku membawamu kemari karena tidak tau rumahmu dimana. Aku tidak enak jika harus mengubek-ngubek tasmu untuk sekedar mencari alamat.." ujar Siska lagi menjelaskan, seolah tau apa yang sedang bercokol didalam otaknya.
Lana menggelengkan kepala sambil mencoba beranjak turun dari ranjang meskipun tubuhnya terasa remuk dan kepalanya bahkan masih terasa pening.
"Siska, terima kasih.." berucap lirih begitu sampai dihadapan Siska yang malah membalasnya dengan senyum tulus.
"Santai aja kali.."
Dan sejak saat itu, pandangan Lana berubah seratus delapan puluh derajat terhadap Siska, seiring dia mengenal Siska semakin dekat.
Siska ternyata adalah pribadi yang sangat baik, Siska pun sangat tulus dalam berteman. Namun mengenai gosip miring yang terus melekat didiri Siska sejak awal menginjak bangku SMU hingga mereka nyaris lulus..ternyata semua itu tidak sepenuhnya keliru.
Pergaulan Siska memang telah salah sejak awal, dan penyebabnya sama persis dengan yang dialami oleh Lana. Keluarga yang Broken Home.
Siska benar-benar menjalani kehidupan yang kelam, karena keputusasaannya menghadapi kemelut kedua orangtua yang tak kunjung usai.
Dan Lana pun akhirnya mengetahui bahwa pria paruh baya bertubuh kekar, yang semalam hampir membuat Jo dan Ben nyaris kencing di celana itu adalah Om Romi, kekasih Siska saat ini..
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Euis Herdiana C'mahmud Hyuga
.seru juga di awal ..jadi mampir
2023-09-14
2
Zuleha Zuleha
bagus 👍
2022-05-21
1
Yanti
nyimak thor
2022-03-18
1