Alhamdulillah, karena kalian sudah Like and Support bab sebelumnya.. 🤗
.
.
.
"Tuan, apa maksudnya aku tidak bisa menggunakan ponsel..?"
"Itu adalah salah satu syarat. Kalau kau keberatan tidak apa-apa, tapi aku sarankan agar kau bisa membacanya dulu sampai pada poin terakhir, sebelum kau mengajukan protes, apalagi menolaknya."
Lana terlihat melongo lagi, tapi sebenarnya didalam hatinya ia sedang mengumpat sangat panjang.
'Dasar pria 'tua' diktator! jaman sekarang bagaimana mungkin ada manusia yang bisa hidup tanpa ponsel..?'
"Aku tau kau sedang mengutukku. Tapi aku memberimu kesempatan untuk terus membaca semua point perjanjian itu sampai pada huruf terakhir!! kau pikir mudah membuatku memberikan kesempatan kepada seseorang.. apalagi orang yang tidak berguna seperti dirimu..?!"
Lana terhenyak mendengar tuduhan Tuan Arshlan yang sama sekali tidak meleset karena pada kenyataannya dirinya memang sedang mengutuk pria didepannya itu.
Lana akhirnya memilih kembali menundukkan wajahnya dengan takjim, kembali menelusuri point perjanjian berikutnya sebelum kemarahan Tuan Arshlan semakin tersulut.
Lana terus membaca seluruh isi kontrak perjanjian yang semakin tidak masuk akal itu, hingga point terakhir.
Meskipun belum sempat menuntaskan membaca catatan akhir dari perjanjian itu, namun Lana telah mengangkat kembali wajahnya sambil mengawasi Arshlan dengan tatapan mata yang sulit Arshlan artikan.
"Ada apa lagi dengan wajahmu..?" tanya Arshlan bertaut heran.
"Tuan.."
""Apa..? apa ada yang tidak kau mengerti..? tanyakan saja..!"
"Aku mengerti."
"Lalu kenapa wajah jelekmu melongo seperti itu..?"
"Aku hanya heran.."
"Memangnya apa lagi yang membuatmu heran..?" Arshlan berucap gemas, mulai tidak sabar.
"Dibeberapa point terakhir Tuan telah menuliskannya dengan detail bahwa selain melakukan hubungan suami istri maka tubuhku ini milik Tuan semua.."
"Kenapa kau kaget..? kau sendiri yang pertama kali menawarkannya bahwa aku boleh mengambil apa saja, asalkan tidak yang satu itu, dan aku hanya perlu memberimu imbalan berupa uang. Iya kan..? yah.. kecuali kalau kau berubah pikiran sehingga kau ingin aku melayanimu seutuhnya.. maka aku juga tidak keberatan.." seloroh Arshlan dengan acuh, seraya menyesap lagi ekspresso pekat yang ada dihadapannya.
"Apa Tuan sesuka itu pada tubuhku..?" tanya Lana lagi dengan kepolosannya yang tiada tara.
"Kata siapa..? kau jangan ge-er..!" Arshlan nyaris tertawa mendengarnya. "Aku pemuja semua wanita, bukan cuma tubuhmu saja.." pungkasnya lengkap dengan senyum mengejek.
Ucapan yang terlontar dengan nada santai tanpa perasaan itu sanggup membuat Lana terdiam lama.
Lana memang telah menguatkan hatinya, demi tekad bulat dan cita-citanya yang ingin merubah nasib dengan melakukan apapun agar bisa terus berada didekat Tuan Arshlan, termasuk dengan mengorbankan tubuhnya.
Sementara Arshlan bahkan tidak merasa perlu bersusah payah menyelami jalan pikiran Lana, bahkan tak peduli.
Arshlan juga tak menyadari bahwa lewat perkataannya yang kasar..
Mengancam..
Meremehkan..
Mengusir..
Hati Lana selalu saja terasa ngilu setiap kali Arshlan melakukannya.
Tapi Lana terus bertahan karena perasaannya yang telah membuatnya buta dan gila dalam sekejap, atau bisa jadi juga karena dengan keadaannya yang telah sebatang kara tanpa tujuan, membuat Lana rela dihina sedemikian rupa.
Entahlah..
"Kenapa diam..?" kalimat Arshlan telah menyentak lamunan Lana dalam sekejap.
"T-tidak, Tuan.."
Lana menunduk guna mendapati semua makanan yang terhampar diatas meja.
Sesungguhnya Lana tak lagi merasa berselera meskipun perutnya terus melilit sejak semalam, tapi anehnya mulutnya malah berkata lain..
"Tuan, boleh tidak aku makan sedikit..? aku merasa sangat lapar.." Lana tertunduk dalam.
Hati Lana kembali merasa ngilu, seolah tersadar bahwa sekarang dirinya bahkan harus memohon untuk sekedar mengganjal perutnya.
'Mengapa nasibku telah menjadi seburuk ini..?'
Bathin Lana mendesah kecewa, namun detik berikutnya semua hal nelangsa dalam hidupnya saat ini telah menyadarkannya kembali pada satu hal yang membuat tekadnya berkobar.
'Kalau ingin nasibku berubah, aku memang harus bisa menjadi kekasih Tuan Arshlan. Aku tidak mau hidup susah dan menderita tanpa uang..'
"Tentu saja kau boleh memakan semua ini. Tapi sebelum itu selesaikan dulu membaca catatan akhir perjanjian itu, dan langsung tanda tangani segera kalau kau menyetujuinya.." wajah Arshlan terlihat mengendur, entah kenapa melihat wajah memelas Lana yang memohon agar bisa makan untuk mengganjal perutnya membuat Arshlan sedikit merasa iba, meskipun Arshlan segera menepis perasaan melownya tersebut.
Detik berikutnya, seperti yang telah diduga oleh Arshlan sebelumnya, catatan akhir yang memuat sembilan digit nominal gaji yang akan Lana terima sudah pasti bisa menyilaukan mata Lana dalam sekejap, belum juga besaran tip sebesar gaji pokok yang bisa Lana terima setiap kali Arshlan menjamah tubuhnya.
Melihat jumlah uang ratusan juta tersebut, mendadak tidak memegang ponsel selama menjadi tawanan berkedok pembantu Tuan Arshlan selama empat bulan, dengan denda satu milyar jika Lana melanggar kesepakatan, dimata Lana terasa tidak begitu penting lagi.
"Bagaimana.. apa kau setuju..?"
Ujar Arshlan dipenuhi senyum sumringah, saat menyaksikan Lana yang terlihat telah mengangkat wajahnya.
"Tuan, boleh tidak aku bertanya satu hal?"
Arshlan menatap Lana sejurus. "Katakan."
"Apa Tuan akan tinggal di Black Swan setiap harinya..?"
"Tentu saja tidak."
"Tapi Tuan.."
"Maaf membuatmu kecewa, tapi bisa jadi kau akan sedikit kesulitan mendapatkan tip tambahan, karena selama ini aku bahkan muak dengan villa itu begitupun dengan segala isinya."
Lana tercenung mendengar kalimat sedingin es tersebut. Lalu untuk apa Tuan Arshlan menaruhnya ditempat yang bahkan terasa muak untuk dikunjungi pria itu? dan kalau tidak sering bertemu selama empat bulan, lalu bagaimana bisa Lana menarik perhatian Tuan Arshlan?
"Kau harus tau satu hal, bahwa Black Swan adalah villa yang sangat jarang aku kunjungi. Aku sangat tidak menyukai villa itu.."
"K-kenapa..?" tanya Lana lagi dengan suara bergetar.
'Kenapa..? karena bagiku Black Swan adalah tak lebih ibarat sebuah penjara. Tempat penyiksaan yang sempurna untuk orang yang telah melukai harga diriku dengan sengaja..'"
Bathin Arshlan dengan bibir yang menyeringai licik.
"Kalau kau setuju menandatangani perjanjian itu, maka kau akan tau alasannya dengan sendirinya.." ujar Arshlan sambil menatap Lana lekat. "It's up to you.. keputusan ada ditanganmu.."
"Aku akan menandatanganinya." pungkas Lana membuat pupil mata Arshlan membesar, sebelum akhirnya kembali memicing begitu mendengar rangkaian kalimat Lana selanjutnya.. "Tapi dengan satu syarat.."
"Berani-beraninya kamu masih mengajukan syarat.." desis Arshlan.
"Satu saja, Tuan.." ujar Lana lagi dengan nada memaksa seperti biasa.
Arshlan membuang nafasnya geram sebelum akhirnya berucap datar. "Katakan."
"Tuan harus menghabiskan waktu bersamaku di Black Swan, dua hari dalam seminggu."
"Apa kau gila..?!" semprot Arshlan dengan raut wajahnya yang mengeras kesal. "Kau pikir waktuku setidak berharga itu sehingga aku harus membuang dua hari dalam seminggu hanya untuk fore play denganmu..?!"
Baik wajah Arshlan maupun Lana, dua-duanya sama-sama memerah.
Bedanya wajah Arshlan memerah penuh kemarahan, sedangkan wajah memerah Lana akibat kata fore play yang diucapkan Arshlan dengan lugas.
"Aku bahkan bisa menunjuk gadis manapun yang aku inginkan untuk bercinta denganku kapan pun aku mau, lalu untuk apa membuang waktuku untuk bermain-main denganmu..?"
"Satu hari." Lana terlihat bersikeras, seolah tak peduli dengan kemarahan Arshlan.
Lana bahkan terlihat tidak gentar meskipun telah menghadapi puncak kesabaran Arshlan untuknya.
Pukk..!
"Satu jam..!!"
Berucap geram sambil melempar sebuah pulpen yang kebetulan berada disakunya dengan kasar keatas meja, yang karena kekuatan akibat menekan emosi, pulpen itu telah membentur meja dengan keras, sebelum kemudian jatuh tepat dipangkuan Lana yang tidak menyangka akan menerima luapan emosi Arshlan yang kalau tidak sedang berusaha diredam mati-matian oleh pria itu, pastinya sudah meledak dashyat.
Lana mengambil pulpen mahal milik Arshlan, kemudian tanpa banyak bicara lagi ia membubuhkan tanda tangannya diatas materai tersebut.
Sementara Arshlan yang berada dihadapannya tersenyum miring, begitu menyaksikan keberhasilannya menggiring Lana menuju ke neraka miliknya.. Black Swan..
.
.
.
Bersambung..
Favorite kan dong.. pliiiisss.. 🤗
Like, Comment, Rate, Vote, yang banyak yah.. biar POP novel ini enggak jongkok.. 😅
Thx and Lophyuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Sekarang Tertawa Puas Nanti Pas Kontrak Selesai Pasti Belingsatan Si Arslan 🤔
2022-02-02
3
Mang Oda
semoga senjata makan tuan, ashlan yg akan bucin dan kena jebakannya sendiri
2022-01-31
1
Nur Prideni
oke langsung masuk faforit
2021-12-03
1