Follow my : Ig. khalidiakayum Fb. Lidia Rahmat
.
.
.
Lin bertindak cekatan.
Begitu masuk ke kamar Nona Maura, Lin terlebih dahulu menaruh nampannya diatas nakas dan mengambil sebuah meja khusus berukuran kecil untuk ditaruh diatas ranjang. Menyesuaikan posisinya dengan benar didepan sang Nona yang berwajah cantik tapi judes, sebelum akhirnya kembali mengangkat nampan diatas nakash dan menaruhnya keatas meja yang barusan ia siapkan.
Lana yang sejak tadi memperhatikan tindak-tanduk Lin sambil terus saja mengawasi wajah cantik yang sama sekali tidak memancarkan aura keramahan itu langsung mendekat dan menaruh nampannya juga keatas meja kecil itu, bersisian dengan nampan milik Lin.
"Dimana Lucy? apa dia belum kembali..?" Maura menatap tajam dua orang maid yang baru saja menaruh dua buah nampan keatas meja dihadapannya.
Lucy adalah seorang maid khusus untuk Maura. Dia adalah sekutu terbesar Maura selama ini, wajar saja jika Maura terus menanyakan kepulangannya setiap saat.
"Belum Nona. Tapi sepertinya sebelum sore Lucy sudah kembali. Tadi tanpa sengaja aku mendengarnya menelpon Madam Lori, memberi kabar bahwa dia sedang dalam perjalanan kembali menuju villa.."
Maura terlihat mengangguk.
Sejak dua hari yang lalu Lucy memang telah berpamitan untuk mengunjungi orangtuanya diluar kota. Itulah sebabnya Maura merasa kesepian, karena biasanya hanya Lucy yang selalu menemaninya nyaris sepanjang hari.
Kemudian Maura terlihat mulai memfokuskan dirinya kepada makanan yang ada dihadapannya. Wanita cantik itu terlihat makan dengan perlahan dan begitu elegan.
Lana kembali mengikuti jejak Lin yang berdiri disudut ruangan sambil matanya terus mengawasi wajah mungil Nona Maura yang terus saja membuatnya terkesima tanpa henti dengan otak yang terus berfikir, siapa gerangan Nona Maura yang menawan ini.
Beberapa saat kemudia Maura terlihat telah menyelesaikan makan siangnya. Wanita itu makan sedikit sekali, pantas saja tubuhnya sangat ramping.
Melihat itu Lin kembali membereskan meja kecil dihadapan Maura, dan Lana pun bergerak gesit meakukan hal yang sama.
"Kami pamit dulu Nona Maura.." pamit Lin takjim.
"Hhmm.."
Lana dan Lin hendak beranjak manakala suara dingin dan datar milik Maura kembali terdengar, membuat langkah mereka berdua terhenti begitu saja.
"Kau.. apakah kau pelayan baru?"
Langkah Lana terhenti, Lana berbalik takjim sambil tak lupa tersenyum manis. "Iya Nona.. aku baru tadi siang menjadi penghuni villa ini.."
"Kalau kau seorang pelayan, lalu kenapa kau tidak memakai seragam pelayan?"
"Itu karena.. aku belum.."
"Kalau kau tidak memakai baju pelayan, maka jangan datang lagi kekamarku!"
"Egh..?" Lana terhenyak, tidak menyangka akan mendapati kalimat seketus itu.
"Kau pikir siapa dirimu? percaya diri sekali berkeliaran dirumah ini tanpa pakaian pelayan..!"
"Maaf Nona.. "
"Dasar pelayan rendahan!"
Prang..!!
Lana dan Lin terpaku ditempat, dengan serpihan gelas yang berserakan diantara kaki mereka, sementara disana, wajah Nona Maura terlihat murka.
"Nona, aku kan sudah minta maaf.." Lana berucap heran, mau tak mau ia merasa kesal juga.
Masa hanya karena dia tidak memakai pakaian pelayan Nona Maura begitu tega melemparkan gelas berisi minumannya kearahnya..?
Lagipula Madam Lori juga belum memberikan pakaian seragam seperti yang dipakai Madam Lori dan dipakai Lin saat ini.
"Berani sekali kau menentangku..!"
"Siapa yang menentang, Nona..? aku kan bicara baik-baik. Tapi Nona Maura saja yang berlebihan.."
"Apa..?! kau masih saja berani menyanggah kalimatku juga..?!"
Sepasang bola mata Maura yang bulat membeliak sekaligus menajam dengan serentak. Matanya nanar menatap Lin. "Panggilkan Lori si tua bangka itu!" ucap Nona Maura, lagi-lagi kalimatnya tidak pernah terdengar cukup baik untuk didengar.
Maura menatap Lin yang masih terkesima.
"Cepattt..!!" suaranya melengking, memekakan telinga siapapun yang mendengarnya.
"B-baikk Nona.." setengah tergesa, dengan wajahnya yang pucat dipenuhi ketakutan, Lin berlari kecil keluar dari kamar Nona Maura untuk menemui Madam Lori.
"Dan kau.. cepat pungut semua serpihan itu dengan tanganmu.." tudingnya kearah Lana.
"Baik Nona, aku akan mengambilkan sapu dan kain pel dulu.."
"Untuk apa sapu dan kain pel..?"
"Tentu saja untuk menyapu semua pecahan ini, lalu mengepelnya, Nona.." jawab Lana sekenanya seolah amarah Nona Maura, meskipun sempat mengejutkannya diawal namun kini hanya merupakan angin lalu untuknya.
"Kata siapa kau boleh menggunakan sapu dan kain pel..?"
"Egh..?" mendengar itu Lana berbalik menatap wajah cantik yang begitu betah berada diatas ranjang itu.
'Wajahnya cantik, tapi auranya sudah seperti medusa..!'
Lana melengos dalam hati melihat sifat asli Nona Maura yang ternyata benar-benar temperamental.
"Aku menyuruhmu menggunakan kedua tanganmu..!! apa kau tuli?!"
Maura menatap Lana dengan tatapan yang menusuk, membuat Lana terpana sejenak.
'Kenapa wanita ini seperti penyihir sih? sayang sekali.. padahal wajahnya sangat cantik, tapi apa gunanya wajah yang secantik bidadari jika sifatnya sungguh buruk..?"
Lana membathin lagi-lagi dengan hati kesal, sebelum akhirnya mengibaskan tangannya acuh.
"Haih.. sudah, diam saja disitu yah, Nona Maura yang cantik, biarkan aku yang akan mengembalikan semua kekacauan akibat ulahmu ini. Dan untuk melakukan semua itu, aku memerlukan sapu begitu pun juga dengan kain pel.. mana mungkin hanya menggunakan kedua tanganku.." setelah berucap demikian Lana pun berlalu dengan tak kalah santainya, keluar dari kamar Nona Maura untuk mencari sapu dan alat pel lainnya, tanpa peduli dengan wajah merah padam Nona Maura yang telah dipenuhi kemarahan yang begitu banyak.
"Dasar pelayan sia lan! tidak tau diuntung..!" teriakan bernada umpatan milik Nona Maura masih bisa ditangkap telinga Lana dibelakang sana, namun semua itu tidak membuat langkah Lana surut.
Diujung tangga Lana bertemu dengan Madam Lori yang wajahnya telah terlipat sempurna begitu melihat Lana, apalagi mendengar berbagai macam rentetan umpatan yang datang dari dalam kamar Nona Maura.
"Dasar kau! kau pasti membuat kekacauan lagi..!" tuding Madam Lori dengan wajah galaknya yang khas.
"Maaf Madam.." Lana menunduk meski dengan hati kesal.
"Looriiiii..!!" pekikan melengking terdengar dari dalam kamar yang barusan Lana tinggalkan. Suara siapa lagi kalau bukan suara Nona Maura.
Madam Lori bergegas masuk meninggalkan Lana yang hanya melirik punggung gemuk Madam Lori dengan ekor mata.
"Sungguh aku tidak percaya.. Tuan Arshlan, pangeranku yang tampan itu.. tega mengirimku ke istana yang didalamnya ada tiga wanita penyihir sekaligus..!" gumam Lana sambil mengurut dadanya yang rata.
Iya. Tiga wanita penyihir sekaligus!
Nyonya Alexandra.. Madam Lori.. dan yang terakhir Nona Maura..!
"Sabar Lana.. sabar.. menjadi kekasih orang kaya memang harus memiliki kesabaran extra.." ujar Lana lagi, berusaha menghibur dirinya..
.
.
.
Bersambung..
Maaf yah, mag aq lagi kambuh, jadi gak produktif. (Asam lambung lagi naik..) 😔
Like and Support yah.. Loophyuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Q4rin4 Rp
Medusa😂😂😂😂🤣
2023-05-27
2
Gustini Rangkuti Nasti
nama nama dari keluarga loud.
2022-02-08
1
Agus Artha Sudrajat
stress family hahahah
2022-02-02
1