Double Up..!!
.
.
.
"So.. apa sudah kau pikirkan dengan baik bahwa yang kau inginkan hanya uang dan pekerjaan saja..?"
Berbeda dengan Arshlan yang tengah serius mengawasi Lana dengan seksama, fokus Lana malah tertuju sepenuhnya pada meja dihadapan mereka, dimana beberapa macam makanan yang disajikan chef kapal barusan, kini telah memenuhi meja kecil, tempat Lana dan Arshlan duduk untuk menikmati american breakfast dipagi ini, masih diatas yacht mewah milik Tuan Arshlan yang kini telah tertambat manis diujung dermaga.
Angin laut yang berhembus sepoi telah membuat rambut Lana sedikit berantakan, namun sama seperti hembusan angin yang tidak bisa mengusiknya, Lana pun terlihat tidak mendengarkan sama sekali apa yang sedang serius dibicarakan oleh Arshlan.
Lana justru sibuk menelan ludahnya saat matanya menangkap penampakan telur mata sapi, omelet, daging asap, serta sosis, lengkap dengan mashed potato, tersaji dalam sebuah piring besar.
Sementara itu disebelahnya sajian manis berupa pancake, wafel, croissant, briocche dengan olesan berbagai macam selai juga tersedia.
Terakhir, sepasang mata Lana juga menangkap beberapa potongan buah seperti semangka, melon dan pepaya, semuanya telah dipotong dadu dengan ukuran sekali lahap, sementara untuk minumannya, segelas kopi expresso nampak mengepul tepat dihadapan Tuan Arshlan, dan dihadapannya secangkir cokelat hangat menguarkan aroma yang khas.
'Cihh.. dasar bocah penggoda yang tidak mau rugi. Ratusan kali mengatakan jatuh cinta padaku tapi begitu melihat makanan ia langsung melupakanku begitu saja!"
Rutuk Arshlan geram menyadari betapa besarnya ketertarikan Lana pada sajian chef kapal yacht mewahnya yang memang handal, yang kini telah memenuhi seisi meja yang ada dihadapan mereka.
'Kira-kira apa yang sebaiknya harus aku makan lebih dahulu yah..? hidangan yang gurih atau yang manis..?'
Lana masih sibuk menimbang dengan mata yang jelalatan dari hidangan yang satu ke hidangan yang lainnya, membuat Arshlan yang terus mengawasi gerak-geriknya itu semakin dongkol saja.
"Kau pernah mendengar tidak, bahwa jika seseorang akan dihukum mati, maka sebelumnya dia akan diberikan makanan yang enak terlebih dahulu."
Pungkas Arshlan sambil menyesap expresso nya yang pekat, tak henti mengawasi wajah absurd Lana yang awalnya kebingungan menyaksikan hidangan lengkap yang tertata penuh selera diatas meja, kini berganti menatapnya dengan tatapan nanar.
"Tuan.. apakah Tuan benar-benar bisa membunuhku..?" Lana menatap Arshlan dengan tatapan polosnya, membuat Arshlan sedikit terpana menyaksikan sepasang mata jernih bak telaga.
"Kenapa kau bertanya demikian?"
"Karena Tuan bahkan telah dua kali mengancam akan membunuhku. Apakah Tuan serius, atau hanya sekedar bercanda..?"
"Apa itu membuatmu takut..?" Arshlan terlihat menyeringai, terlebih ketika menyaksikan Lana yang mengangguk perlahan dengan sepasang mata yang terus menatap Arshlan tanpa berkedip.
"Kalau kau takut.. kenapa tidak pergi saja?"
Terhenyak.
Lana memilih membisu. Hanya matanya lagi-lagi yang berekspresi, kali ini bergerak-gerak gelisah, namun tak kunjung bicara.
"Kau jangan takut. Bagiku menghilang seseorang dari atas muka bumi memang mudah, tapi aku sudah telanjur memutuskan untuk memberimu pekerjaan istimewa dengan gaji yang cukup besar.."
"Benarkah..? aku mau, Tuan. Apapun pekerjaannya akan aku lakukan, asalkan aku bisa mendapatkan uang karena saat ini aku benar-benar membutuhkannya.." wajah Lana terlihat memaksa.
"Ck.. ck.. ck.. bagaimana aku tidak tertarik untuk menghilangkan nyawamu? kau bahkan terlihat sangat tidak menghormatiku."
"I-itu tidak mungkin, Tuan.. aku sungguh menghargai Tuan.."
"Benarkah..? coba lihat dirimu. Tadi saja kau bahkan seperti orang yang tidak pernah melihat makanan selama lebih dari seribu tahun..!" desis Arshlan seraya menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi, melipat tangannya didada, sambil mengawasi Lana yang seolah baru tersadar dengan sikapnya sendiri.
"Maaf Tuan.. tadi aku hanya terpesona dengan kehandalan chef kapal ini yang telah menghidangkan begitu banyak makanan enak sepagi ini.." Lana berucap malu-malu, namun wajahnya masih terlihat pucat, kaku dan takut.
"Cih..!"
"Maaf Tuan.."
"Kamu belum menjawab pertanyaanku.."
"Pertanyaan apa, Tuan..?" tanya Lana dengan wajah yang melongo blo'on.
"Sudah kuduga.. kau pasti tidak menyimak apa saja yang telah aku katakan!" gerutu Arshlan lagi begitu menyadari Lana memang tidak menyimak apa yang dia ucapkan tadi seperti dugaannya.
Lana terlihat menunduk penuh penyesalan.
"Akan aku ulangi dan dengarkan ini baik-baik..!" Arshlan merasa kesal sendiri saat menyadari betapa ia telah banyak menyabarkan hatinya hanya demi menghadapi bocah ingusan tidak berguna seperti Lana.
"Iya Tuan, aku janji akan menyimaknya.."
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau sudah memikirkannya dengan baik bahwa yang kau inginkan hanyalah uang dan pekerjaan.."
"Tuan kan tau sendiri, bahwa sebenarnya yang paling aku inginkan adalah menjadi kekasih Tuan.." pungkas Lana dengan kepercayaan diri yang ternyata tak pernah berkurang sedikitpun.
"Masih sepagi ini, tapi sudah mau bermimpi..!"
"Maaf, Tuan.." Lana tertunduk lagi mendapati hardikan itu. "Baiklah karena Tuan benar-benar tidak mau menjadikan aku kekasih Tuan, tidak apa-apa. Untuk sementara aku akan meminta pekerjaan dulu. Siapa tau nantinya.. lambat laun.. Tuan bisa juga tertarik padaku.."
"Sudah. Jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang intinya kau menginginkan pekerjaan. Benar begitu..?" pungkas Arshlan yang merasa pening setiap kali Lana mengucapkan khayalannya yang mustahil.
Lana mengangguk cepat. "Iya Tuan.."
"Bagus." desis Arshlan dengan senyum liciknya yang khas. Kemudian Arshlan menjentikkan jarinya kearah asisten pribadinya yang baru saja sampai. "Her.. kemarikan dokumen yang aku minta semalam.." ujar Arshlan.
Her pun mendekat dengan sebuah map ditangan.
"Baca itu baik-baik. Kalau kau setuju silahkan tanda tangan secepatnya, dan kau bisa bekerja hari ini juga dengan gaji yang aku bayar diawal.."
Mendengar kalimat terakhir yang menyebutkan dengan jelas tentang gaji yang dibayar diawal mampu membuat semangat Lana kembali on fire.
"Berikan. Cepat berikan padaku..!" ujar Lana dengan semangat membara, seraya menyambar dokumen yang dimaksudkan Arshlan tanpa ragu dari tangan Her, sampai-sampai Her terkejut dengan gerakan Lana yang seepat peluru.
Arshlan yang menyaksikan semua itu didepan hidungnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan adegan tersebut.
Tanpa membuang waktu Lana terlihat langsung membaca isi map itu dengan seksama.
"Black swan..?" belum apa-apa Lana telah mengangkat wajahnya untuk mendapati wajah Arshlan yang duduk tenang, melipat kakinya dengan elegan sambil mengawasi tindak-tanduk Lana yang bar-bar seperti biasanya.
"Itu adalah nama salah satu villaku yang ada di pinggiran kota.." ucap Arshlan singkat.
Lana hanya manggut-manggut sesaat sebelum detik berikutnya ia kembali membenamkan kepalanya kedalam surat perjanjian tertulis yang lengkap dengan materai disisi bawahnya.
Alis Lana terlihat berkerut sedikit demi sedikit, hingga dibatas maksimal untuk menunjukkan rasa yang tengah berkecamuk didalam otaknya, begitu membaca semua point perjanjian tersebut satu persatu, yang semakin lama terasa semakin tidak masuk akal.
Dari perjanjian tersebut Lana telah mendapati garis besarnya..
Dipoint awal telah dijelaskan bahwa Lana akan tinggal di villa Tuan Arshlan bernama Black Swan yang terletak dipinggiran kota, dan tugasnya adalah menjaga villa tersebut sekaligus mengurus semua yang ada didalamnya tanpa terkecuali.
'Apa ini..? jadi diriku tidak lebih dari seorang pembantu? haih, padahal tujuanku mengejar si 'tua' yang tampan dan kaya raya ini karena aku ingin dia menjadikan aku kekasihnya. Lalu kenapa tiba-tiba malah jadi pembantu sih..? dasar lelaki 'tua' pemilih..!!'
Lana merutuk dalam hati. Bibirnya telah mencebik dua centi menyadari kenyataan itu, sambil mencuri-curi pandang kearah Tuan Arshlan yang terlihat melotot kearahnya.
"Baca semuanya, jangan setengah-setengah..! aku tidak mau terjadi kesalahan dimasa depan, hanya karena kau tidak membaca perjanjian itu dengan sebaik-baiknya..!"
"Iya, Tuan.. iya.." pungkas Lana sambil menundukkan kembali kepalanya dengan cepat begitu mendapati hardikan keras itu.
Baiklah.. Lana mengalah dalam hati. Meskipun demikian Lana harus mengakui bahwa point awal itu masih terlihat masuk diakal.
Dirinya memang butuh pekerjaan secepat mungkin, begitu pun dengan tempat tinggal. Jika dia bekerja menjadi pembantu di villa Tuan Arshlan yang bernama Black Swan, maka otomatis ia bisa mendapatkan tempat tinggal yang juga gratis.
Lana kembali memusatkan konsentrasinya untuk kembali membaca beberapa point lagi sekaligus.
Pada point berikut, mata Lana lagi-lagi membeliak tanpa bisa dicegah..
.
.
.
Like and Support dulu yah sebelum next bab.. 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Agus Artha Sudrajat
apa itu lana
2022-02-02
1
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Semangat Lana...
2021-12-12
1
SyaMeera
Berarti Makanan lebih menarik daripada kamu Arshlan uuppps sorry 😂😂🤭🤭🤭
tidak apa apa Luna untuk sementara jadi membuat dulu, nanti juga lama lama Asrhlan kepincut sendiri hehe🤪
penasaran poin terakhir apa ya?
2021-09-18
2