Lana menyesap coklat hangatnya dengan elegan, saat ini wajahnya terlihat memerah dan berseri-seri.
Perut sudah terisi maksimal dengan berbagai hidangan yang istimewa, pemandangan laut yang hangat disertai semilir angin membuai, dan dihadapannya seorang milyuner tampan duduk dengan begitu memukau..
Belum apa-apa, Lana sudah merasa hidupnya sempurna. Ia bahkan telah melupakan kemarahan Tuan Arshlan yang melempar pulpen dengan kasar kearahnya sebelum breakfast tadi.
"Setelah ini, aku akan menyuruh orangku untuk mengantarkanmu ke Black Swan.."
"Tuan tidak mau mengantarku langsung..?" tanya Lana seraya menatap Arshlan.
"Tidak."
"Memangnya Tuan mau kemana?"
"Itu bukan urusanmu, Lana." ujar Arshlan datar, namun seperti biasa tidak begitu mempan untuk membungkam Lana begitu saja.
"Kapan Tuan akan datang menemuiku lagi..?"
"Akhir minggu."
"Itu artinya tiga hari lagi.." ucap Lana kecewa.
"Sesuai kesepakatan kita." tandas Arshlan kemudian menyodorkan tangannya kehadapan Lana. "Kemarikan ponselmu."
Lana menatap tangan Arshlan yang telah terulur tersebut, untuk beberapa saat ia terlihat ragu saat harus merogoh ponselnya dari dalam tas kecil miliknya.
"T-Tuan.. apa.. aku bisa mendapatkan dispensasi untuk masalah ponsel.."
"Tidak." potong Arshlan. "Cepat kemarikan, jangan pernah berniat melanggar satu point pun atau kau akan dikenakan denda.."
Akhirnya dengan gerakan terpaksa Lana menyerahkan ponselnya ketangan Arshlan dengan berat hati.
Entahlah.. meskipun seolah hanya sebuah harapan, Lana masih saja berharap kalau-kalau Ibu atau Ayah tiba-tiba akan merindukannya sehingga ingin menanyakan keberadaan dirinya.
Tapi mengingat meskipun selama ini Lana tidak pulang kerumah hingga berminggu-minggu lamanya namun tidak ada satu pun dari kedua orangtuanya yang mencari tau keberadaannya membuat Lana sadar diri.
Wajar saja Ayah dan Ibu melupakannya karena kedua orang itu masing-masing sedang disibukkan oleh kisah percintaan baru yang lebih menantang dan menggelora.
Sesaat ingatan Lana pun tertuju kepada Siska, sahabat satu-satunya yang juga telah dibuatnya marah dan kecewa dalam sekejap.
Namun mengingat setelah semalaman penuh Siska bahkan tidak peduli dengan keberadaannya, hal itu pun kembali mencambuk kesadaran Lana, bahwa bisa jadi Siska sudah muak dengan dirinya yang keras kepala dan susah diatur, sama dengan rasa muak kedua orangtuanya.
Arshlan memperhatikan benda pipih itu sejenak, yang sudah terkesan buluk dan ketinggalan jaman, sebelum akhirnya memberi isyarat kepada Her, sang asisten agar mendekat, untuk mengambil alih ponsel buruk rupa milik Lana.
"Tuan, kalau aku tidak memegang ponsel, lalu bagaimana caranya aku bisa menghubungi Tuan..?" tanya Lana lagi masih dengan kepolosannya yang hakiki, membuat alis Arshlan bertaut.
"Menghubungiku..? untuk apa menghubungiku..?"
"Aku kan bisa saja merasa rindu, Tuan.."
"Astaga.." Arshlan memijat dahinya lagi. "Kenapa sih kau suka sekali bicara tentang hal-hal yang menggelikan seperti itu?"
Lana malah menatap Arshlan dengan tatapan aneh. "Memangnya salah kalau aku merindukan Tuan?" balik bertanya dengan mimik yang semakin polos.
Arshlan mengawasi wajah mungil itu dengan seksama, sebelum kepalanya terlihat menggeleng berkali-kali.
"Kau ini.. tidak malu bicara blak-blakan seperti itu dengan seorang pria yang bahkan tidak pernah menganggapmu..?"
"Kenapa harus malu..? aku justru melakukannya dengan bangga. Saat ini aku sedang menunjukkan seluruh perasaanku kepada Tuan, agar kelak Tuan bisa memperhitungkan aku.."
"Selagi masih ada yang tidak bisa kau korbankan untukku.. maka aku tetap meragukanmu.." pungkas Arshlan, sebenarnya hanya asal bicara saja, karena dirinya sendiri bahkan telah mengekang tekadnya untuk bisa mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dari diri Lana.
Arshlan tau Lana memang terlihat bodoh dan naif, tapi siapa sangka gadis itu juga bisa memperdayai dirinya berkali-kali tanpa Arshlan sadari.
Wanita seperti ini cukup berbahaya, karena jalan pikirannya saja tidak bisa ditebak. Begitu kira-kira Arshlan memperingati dirinya sendiri.
"Jadi itu sebabnya Tuan tidak mau menjadikan aku kekasih..?"
"Aku tidak bisa menjawabnya. Tapi buatku.. keseriusan seseorang bisa dinilai dari pengorbanannya.."
Kemudian Arshlan bangkit dari duduknya, bersiap beranjak.
"Berhenti bicara tentang menjadi kekasihku, karena masih lebih baik kau menikmati upahmu setelah empat bulan perjanjian itu. Kalau kau bisa melewati empat bulan di Black Swan tanpa mengeluh, mungkin aku mau mempertimbangkannya.."
"Aku tidak akan mengeluh..!" Lana terlihat ikut berdiri, mendekati Arshlan tanpa ragu, bergelayut dilengan yang kekar milik Arshlan dengan manja, tanpa merasa risih sedikit pun.
Arshlan tidak bisa menahan tawanya mendengar kalimat yang over confidence disertai dengan gelagat tidak tau malu itu.
"Jangan terlalu percaya diri. Kau bahkan tidak tau apa yang nanti akan kau hadapi disana.." ujar Arshlan sambil menyeringai.
Lana semakin mengetatkan rengkuhannya dilengan Arshlan, melawan gerakan pria itu yang hendak menjauhkan tubuhnya.
Menerima kenekadan Lana yang memaksa bergelayut manja membuat Arshlan akhirnya mengalah.
Meskipun sedikit kesal dengan tingkah Lana yang terkesan norak, tapi Arshlan juga tidak bisa mengingkari bahwa ia sedikit menyukai perlakuan aneh Lana sejauh ini. Contohnya sekarang, bukan hanya bergelayut manja, saat ini Lana bahkan tengah menciumi lengannya berkali-kali dengan gemas, seperti sedang mencium boneka.
"Aku memang tidak tau pastinya, Tuan.. tapi sepertinya aku bisa sedikit mendapatkan gambaran.." bisik gadis itu menatap Arshlan dengan pandangan berbinar, usai merasa puas bisa mencium sekujur lengan Arshlan yang terbalut jas mahal.
"Oh ya? gambaran seperti apa yang kau maksudkan..?" mau tak mau Arshlan merasa penasaran juga.
"Bahwa Black Swan adalah salah satu tempat yang tidak suka kau kunjungi.. bisa jadi karena disana ada hal.. atau bahkan seseorang yang kau benci.."
Mendengar ucapan telak dari bocah ingusan yang sejauh ini dianggap Arshlan begitu bodoh itu, serentak Arshlan terhenyak begitu saja.
'Gila.. bagaimana mungkin si bodoh ini bisa menyimpulkan semuanya dengan begitu tepat tanpa meleset..?'
Melihat Arshlan yang terkesima senyum Lana malah terkembang sempurna.
"Lihat.. aku benarkan, Tuan..? iya kan, Tuan..?"
Lana terlihat sumringah.. menyadari gelagat Arshlan yang mencerminkan betapa terkejutnya pria itu mendapati kesimpulan yang telah ia ucapkan tanpa keraguan..
XXXXX
'Jadi inikah yang disebut Black Swan..?'
Lana turun perlahan dari mobil alphard berwarna hitam dengan kepala yang tak henti menengok kesana kemari.
Black Swan ternyata merupakan sebuah villa dua lantai yang megah namun terkesan suram.
Untuk mencapai beranda depan yang berhiaskan pilar raksasa, mobil yang tadi ditumpangi Lana telah membelah jalanan yang ditumbuhi oleh pepohonan yang berjejer rapi.. serta hamparan rumput yang menghijau.
Seperti sebuah istana megah ditengah hutan yang didalamnya dipenuhi misteri.
Sepi.. sunyi.. terisolir.. jauh dari keramaian..
"Baiklah, mari kita lihat.. apa didalamnya juga terdapat penyihir jahat seperti yang ada di cerita dongeng..?"
Lana bergumam sedikit geli, seolah mengajak bercanda dirinya sendiri, tanpa merasa gentar sedikitpun.
"Silahkan masuk Nona.." sopir itu telah mempersilahkan Lana, seraya mendorong pintu besar hingga terpentang lebar.
Lana melangkahkan kakinya kedalam, aura dingin itu seolah memeluknya begitu saja.. dalam keheningan yang terasa aneh.. dan..
"Jadi kau yang bernama Lana..?"
Lana sukses terjingkat ditempatnya, serta merta menoleh keasal suara.
Disana.. seorang wanita tua berwajah buruk, duduk diatas kursi goyang dengan tatapan mengarah tajam kearah Lana.
Rambutnya telah memutih semua, dan tangan wanita tua itu memegang sebuah kruk, menandakan bahwa ia tidak lagi bisa berjalan normal, tanpa bantuan benda itu.
"Salam Nyonya.. namaku Lana.." Lana mencoba tersenyum ramah, sambil membungkuk hormat.
Tapi balasan keramahan Lana adalah sebaliknya, seolah berbanding seratus delapan puluh derajat. Karena kemudian suara wanita tua itu telah terlontar dengan sangat ketus.
"Lana..? kau bukan Lana.. tapi sampah..!"
.
.
.
Bersambung..
LIKE SUPPORTNYA dong.. 😍
Lophhyuuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Anonymous
At
2022-02-08
1
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Astagaaaaa Mak Lampir yaa Thor 🤭
2022-02-02
2
Agus Artha Sudrajat
waduh sabar lana
2022-02-02
1