Arshlan terdiam sejenak, menatap Lana dengan pandangan menaksir-naksir, apa sekiranya yang diinginkan Lana.
"Tuan, kamu bahkan telah memelukku.. masa tidak ingat..?"
Mendengar kalimat lucu itu Arshlan bahkan harus menahan keinginannya untuk tertawa.
"Baiklah.. Lana. Namamu Lana kan?"
Lana mengangguk cepat dengan penuh semangat. "Iya Tuan. Namaku Lana."
Arshlan terlihat manggut-manggut. "Baiklah.. aku telah mengingatnya. Kamu adalah gadis pemabuk yang menabrakku di club miracle."
Sepasang mata Lana sontak berbinar mendengar kalimat itu.
"Bagaimana? sudah puas? itukan hal yang ingin kau dengar sejak awal..?"
Lana terlihat menarik nafas lega. "Astaga.. akhirnya.. aku lega karena Tuan telah mengatakan bahwa Tuan mengingatku."
"Lalu apa istimewanya..?"
"Tentu saja istimewa. Tuan tau tidak ? itu adalah kali pertama aku jatuh cinta pada seorang pria. Aku jatuh cinta padamu Tuan.."
"Apa?" Arshlan nyaris tersedak salivanya sendiri begitu mendengar penuturan polos itu, terhenyak menyaksikan betapa mudahnya gadis dihadapannya ini mengungkapkan perasaan cinta.
Tanpa canggung.. tanpa ragu.. dan begitu polos..
Cara mengungkapkan perasaan yang cukup unik.
Arshlan bahkan tersenyum dalam hati melihat tindak-tanduk Lana yang terlihat grasak-grusuk kesana kemari, tidak seperti wanita lain yang begitu sibuk menjaga image jika berada dihadapannya.
"Tuan, aku bisa jadi kekasihmu tidak..?" Lana menatap Arshlan dengan tatapan penuh harap namun tetap dengan gayanya yang kenes.
Lagi-lagi Arshlan harus menekan emosi sekaligus gestur wajahnya agar tidak terlalu nampak jika sebenarnya dirinya cukup terkejut dan selalu terkaget-kaget mendapati satu persatu kepolosan Lana yang tersaji didepan hidungnya, namun entah kenapa tanpa sadar Arshlan mulai menikmatinya sedikit demi sedikit semua itu, kejutan demi kejutan kecil yang terus terjadi, seiring dengan semakin lama ia meladeni bocah ingusan bernama Lana ini.
"Tidak." Arshlan akhirnya memutuskan untuk mengucapkan penolakannya yang serta merta.
Lana terperangah. Ekspresi wajahnya telah memancarkan kekecewaan.
"Kenapa Tuan..?" sambil menatap Arshlan dengan lekat. "Pasti alasannya karena aku tidak cantik, dan karena aku juga tidak menarik.." bergumam.
"Tidak. Bukan karena itu. Setiap wanita memiliki kecantikannya masing-masing. Cantik itu relatif.. tergantung siapa yang melihat dan menilainya.."
"Lalu kenapa aku ditolak begitu saja? apakah Tuan tidak berniat mengenal diriku terlebih dahulu.. dan kemudian kita bisa saling mengenal satu sama lain.."
Arshlan nyaris terbahak mendengar setiap kalimat yang meluncur polos dari bibir Lana.
Lana mengajaknya saling mengenal terlebih dahulu..? apakah dia pikir dia sedang berbicara cinta dengan anak smu?
Lana menatap Arshlan dengan sendu ketika mendapati Arshlan yang terlihat menggeleng berkali-kali.
"Kenapa Tuan..?" ujarnya seolah patah arang.
"Karena aku tidak membutuhkan kekasih."
"Tapi aku mendengar nona Ashley terpilih untuk menemani Tuan malam ini setelah pesta usai."
"Menemani.. bukan menjadi kekasih.." ralat Arshlan dengan senyum jumawa.
"Kalau begitu aku juga bisa menemani Tuan. Boleh tidak, Tuan? hanya menemani, kan..?"
Arshlan kembali menelan ludahnya. Kali ini ia telah menatap Lana dengan begitu lekat, seolah ingin mengorek semua isi kepala Lana yang begitu sulit ditebak apa isinya.
Gadis dihadapannya ini sesungguhnya bukan tipe yang terlihat enak untuk 'disantap'. Tapi keberaniannya 'menawarkan diri' sedikit menarik perhatian Arshlan.
'Astaga.. aku ini sedang memikirkan apa..? masa iya aku mau meniduri anak kecil seperti ini..?'
Arshlan terlihat menyentuh tengkuknya yang mendadak terasa kebas.
kepalanya mendadak pening saat mengawasi sekujur tubuh Lana dari ujung kaki, terus keatas.. tidak lagi mengawasi sampai ke ujung rambut karena terlanjur berhenti di area dada yang nyaris tanpa tonjolan.
'Kalau aku nekad melakukannya.. aku merasa seperti seorang pedofil. Cihh.. bagaimana bisa aku sempat berpikir untuk meniduri gadis sekecil ini..?''
'"Berapa umurmu..?" Arshlan merasa dirinya sudah mulai gila karena bahkan telah begitu penasaran dalam sekejap, hingga bisa menanyakan berapa umur Lana.
"Umurku dua puluh tahun."
"Jangan membohongiku."
"Tuan, aku tidak berbohong. Aku benar-benar sudah dewasa, bukan anak kecil lagi. Aku bahkan seumuran dengan Siska, pacar Om Romi.."
"Lalu apa yang menyebabkan sikapmu senekad ini..?"
"Karena aku juga ingin punya kekasih Seperti Siska, Tuan. Siska bisa hidup mandiri karena menjadi kekasih Om Romi.."
Arshlan tersenyum kecut. "Jadi intinya kamu membutuhkan uang. Begitu kan..?"
Lana mengangguk. "Tuan, aku telah hidup menjadi benalu untuk Siska sekian lama, dan karena aku sangat menyukai Tuan, malam ini Siska telah menjadi sangat marah kepadaku. Aku malu jika setelah semua ini aku masih saja datang menumpang hidup dengannya.."
Dan saat berucap demikian wajah Lana terlihat sendu.
"Baiklah.. aku memberimu kesempatan.." ujar Arshlan tanpa berpikir dua kali.
"Jadi aku bisa menjadi kekasihmu, Tuan?" Lana nyaris terjingkat kesenangan.
"Bukan menjadi kekasih, tapi mendapat pekerjaan." ralat Arshlan melirik Lana lagi yang terlihat kembali lesu. Didalam hatinya Arshlan kembali merasa sedikit lucu.
'Gadis bernama Lana ini ternyata lumayan menghibur. Aku bahkan telah berkali-kali tertawa dalam hati hanya dalam kurun waktu yang singkat..'
Arshlan membatin, namun bibirnya tetap datar tanpa menyiratkan senyuman.
"Sebaiknya kamu kembali."
"Tapi Tuan.."
"Seperti yang kau ketahui, Ashley akan kesini sebentar lagi." Arshlan melangkah mendekati Lana yang berdiri terpaku dengan wajah yang memancarkan rasa ketidakrelaan untuk berlalu dari kamar itu.
'Sudah susah payah bisa menyelinap kekamar ini.. mana mungkin aku akan menyia-nyiakan kesempatan..?'
Lana membathin dengan nekad, sehingga begitu tangan kuat Arshlan menarik pergelangan tangannya hendak menariknya menuju pintu, dengan kesadaran penuh Lana berjinjit dan menempelkan bibirnya begitu saja kemulut Arshlan yang kali ini tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kagetnya.
Sepasang mata pria itu melotot ketika menyadari Lana telah berusaha melu mat bibirnya dengan gerakan yang agresif namun sangat kaku.
"Kau..??!"
Arshlan mendelik seraya buru-buru menjauhkan tubuh mungil Lana yang telah menempel ditubuhnya.
Bertepatan dengan tindakannya, pintu kamar terdengar diketuk dari luar.
Mendapati penolakan itu Lana pun tertunduk dengan wajah muram. Apalagi suara ketukan pintu kembali terdengar.
'Itu pasti Nona Ashley'..'
Lana membatin kecewa, saat melihat Arshlan beringsut mendekati pintu kamar dan membukanya, seolah menjadi isyarat bahwa ia harus buru-buru keluar dari kamar super mewah itu.
Bukan nona Ashley, melainkan wajah pengawal yang tadi menyuruh Lana masuk nampak berdiri didepan pintu. "Maaf Tuan, Nona Ashley sudah berada dibawah tangga. Apakah saya sudah bisa membawanya kesini..?"
Arshlan terdiam sesaat, namun begitu matanya menangkap sosok Lana yang beringsut mendekati pintu dengan langkah lunglai dan kepala tertunduk lesu mendadak pikiran Arshlan tiba-tiba berubah, berubah menjadi predator gila.
"Tidak." ujar Arshlan dengan tekad yang bulat.
"Maksudnya Tuan..?"
Arshlan terlihat membisikkan sesuatu ke telinga pengawalnya yang sontak mengangguk patuh. Pria berbadan kekar itu pun akhirnya berlalu setelah Arshlan menutup kembali daun pintu.
"Tuan.. aku akan pergi sekarang.." pamit Lana sambil menatap Arshlan yang berdiri tegak dihadapannya. "Tapi kalau suatu saat Tuan berubah pikiran.."
"Aku berubah pikiran."
"Hah..?" Lana terhenyak mendengarnya.
"Kamu mau menemaniku kan..?" ujar Arshlan sedikit menyeringai.
"I-iya Tuan, aku mau..!" Mata Lana langsung berbinar.
"Kamu mau uangku juga kan..?"
"I-iya Tuan, aku mau. Aku memerlukannya..!" sepasang mata itu semakin berbinar.
"Baiklah.. temani aku malam ini, dan kita lihat seberapa banyak kamu mampu merampok uangku dalam semalam.."
"M-merampok uang..?" alis Lana bertaut sempurna.
"Tergantung keahlianmu, Lana sayang.. kalau kamu benar-benar bisa memenuhi standarku, maka aku juga tidak akan segan memenuhi berapapun permintaanmu.."
Lana terhenyak mendengarnya, mendadak ia terlihat sedikit berfikir, sibuk menghitung dan menjumlah berapa banyak uang yang harus ia minta dari Tuan Arshlan agar bisa membiayai hidupnya sementara, sebelum ia berhasil mendapatkan pekerjaan sambilan.
'Merampok uang..?'
Sungguh begitu naif.
Karena yang ada dipikiran Lana adalah Tuan Arshlan akan membekalinya dengan sebuah karung, kemudian menyuruhnya mengambil uang sebanyak-banyaknya, sebesar kemampuannya untuk memikul karung berisi uang tersebut..!
.
.
.
Bersambung..
Like and Support yah 🤗
Thx and Loophyuuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
hoomano1D
buahahahaha
2022-02-25
2
Mystera11
murahan bangetbkm lana😩😩😩
2022-02-02
1
Agus Artha Sudrajat
y ampun rendah kali lana
2022-02-02
1