Siska terus menyeret lengan Lana hingga tak terasa mereka berdua telah sampai ke upper deck yacht mewah milik Tuan Arshlan.
Meninggalkan suara cekikikan tawa yang sebagian besar adalah tawa mengejek dari semua yang ada dibelakang mereka yang didominasi oleh kaum hawa itu.
Yah.. siapa yang tidak akan tertawa melihat tingkah polah Lana yang kenes saat mencoba menarik perhatian Tuan Arshlan tadi..?
Sungguh memalukan..!
Gadis itu benar-benar sukses membuat dirinya menjadi tontonan gratis.. seperti seorang badut.
Siska telah berucap maaf berkali-kali kearah Tuan Arshlan sebelum menyeret Lana, telinganya bahkan juga menangkap ungkapan permintaan maaf yang sama yang lagi-lagi diucapkan Om Romi kearah bosnya.
"Siska, lepaskan.. ini sakit tau..!" Lana tak sabar untuk memberontak, melepaskan diri dari cengkeraman Siska yang lama kelamaan mulai terasa sakit dilengannya yang mungil.
Wajah Siska terlihat sangat kesal saat menatap Lana dengan tangan terlipat didada.
"Aku kan sudah mengingatkan dirimu berkali-kali sebelum kesini untuk menjaga sikapmu.. apalagi dihadapan Tuan Arshlan.."
Mendengar kalimat itu Lana sontak menatap Siska dengan nanar.
"Aku gak ngerti deh. Memangnya dibagian mananya aku tidak menjaga sikapku..?" alis Lana bertaut.
"Tanyakan pada dirimu. Apa sikapmu itu sudah benar..?"
"Tapi sikapku yang mana, Siska? apanya yang salah? aku hanya mengulurkan tangan untuk berkenalan.. itukan hal lazim yang dilakukan oleh semua orang agar saling mengenal. Lalu kenapa semua itu seoah-olah menjadi sebuah masalah yang besar..?"
"Tentu saja masalah besar. Karena Tuan Arshlan bukan tipe pria yang bisa kau ajak berkenalan begitu saja seperti pria lainnya sesuka hatimu, Lana..!"
Lana terhenyak menyadari intonasi suara Siska yang meninggi, sepasang matanya bahkan bergerak-gerak saat mencoba menatap Siska.
Sejujurnya Siska juga menyesali ia telah membentak Lana tanpa sengaja. Namun Siska tidak punya piihan lain untuk membuat Lana yang super naif itu mengerti, bahwa Tuan Arshan adalah pria yang berbeda, sehingga Lana tidak boleh bicara sembarangan seperti saat dirinya bicara dengan pria pada umumnya.
"Justru karena itu adalah Tuan Arshlan makanya aku nekat melakukannya.." lirih Lana sambil terus menatap Siska penuh rasa kecewa.
"Lana.."
"Selama ini apakah kamu pernah melihatku mengulurkan tangan kepada pria terlebih dahulu? aku melakukannya karena aku menyukai Tuan yang tampan itu.."
"Lana.."
"Siska, kenapa kamu sekesal ini? atau.. jangan-jangan.. kamu menyukai Tuan Arshlan juga?"
"Lana..?!!"
Wajah Siska sontak memerah. Ia sungguh tidak menyangka Lana akan menuduhnya dengan kalimat yang sungguh sangat memalukan.
"Aku hanya sedang berusaha melindungimu. Tapi kalau kamu malah mencurigaiku.. maka terserah..!"
"Aku sudah dewasa, aku bisa menjaga diriku dan bertanggung jawab dengan keputusanku." tukas Lana keras kepala.
Entahlah.. yang jelas baru kali ini Lana merasa begitu kesal dengan Siska. Selama ini dirinya selalu patuh dengan temannya itu, tapi untuk persoalan Tuan Arshlan, sepertinya semua itu diluar pengecualian.
Lana merasa telah terjerat begitu dalam oleh pesona pria itu hanya dalam waktu yang teramat sangat singkat.
Perasaan yang luar biasa.. hangat.. dan berdebar.. yang baru kali ini dirasakan Lana kepada seorang lawan jenisnya.
"Baiklah..!" wajah Siska terlihat memucat dan mengeras. "Mulai sekarang bertanggung jawablah kepada dirimu sendiri dan jangan libatkan aku didalamnya. Bagiku, sikapmu ini tak mengapa, tapi kalau kau terus melakukannya maka aku takut Om Romi akan mendapat imbas dari semua keegoisanmu.."
"Aku hanya menyukai seorang pria, Siska. Tapi jika karena perasaanku ini aku bisa membuatmu dan Om Romi susah.. maka aku minta maaf.."
Siska membuang pandangannya keujung dermaga yang temaram, bertepatan dengan terdengarnya deru mesin yacht yang dinyalakan, sehingga menimbulkan gelembung-gelembung besar dipermukaan air.
"Aku juga ingin sepertimu. Memiliki seorang pria yang bisa aku andalkan dalam setiap kesusahanku. Kalau pada akhirnya aku malah menyukai Tuan Arshlan yang hebat, itu hanya kebetulan saja.."
Siska membisu. Namun ketika Lana beranjak kesisi yacht sambil memegang besi pembatas, Siska telah memilih berbalik dan berlalu.. meninggalkan Lana yang berdiri menatap punggung dingin Siska yang kemudian menghilang dibalik pintu.
Siska memilih kembali ke formal dinning room yang masih mengalunkan instrumental jazz yang syahdu, pusat gelak tawa keceriaan private party yang dimulai.. seiring dengan menjauhnya badan yacht mewah tersebut dari bibir dermaga.. siap mengarungi lautan yang maha luas..
XXXXX
Pesta yang sebenarnya benar-benar telah dimulai, karena begitu sang pemilik pesta mengatakan cheers sambil mengangkat gelas, maka applause meriah serta ucapan selamat atas kesuksesan dan kejayaan pria yang sering disapa Tuan Arshan itu sontak mengalir dari setiap mulut semua orang yang berada dalam pesta.
"Dimana Lana..?" Om Romi mendekati Siska yang memilih berdiri disudut, begitu Siska selesai bicara berbasa-basi dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Siska mengangkat bahunya acuh. Dari wajahnya sangat terlihat bahwa ia masih kesal dengan sikap Lana yang telah berani mendebatnya bahkan menuduhnya yang tidak-tidak.
Belakangan Siska bahkan menyesali ide naik yacht mewah ini jika pada akhirnya dia bertengkar dengan Lana untuk pertama kali seumur pertemanan mereka.
"Aku tidak sedang membela Lana, tapi mau sampai kapan kamu akan menjaganya seperti anak kecil? aku akui tingkah Lana memang sangat kekanak-kanakan.. tapi ia bahkan seumuran denganmu. Wajar saja jika dia mulai tertarik dengan pria.."
"Memang wajar jika dia mulai tertarik dengan pria. Tapi kenapa pria itu harus Tuan Arshan..? aku hanya tidak ingin Lana patah hati, karena seperti yang Om katakan, bahwa Tuan Arshlan tidak mungkin menyukainya.."
Siska terlihat meremas cawan yang ada ditangannya dengan gemas.
"Lagipula aku keras padanya karena aku memikirkan Om juga. Lana kesini karena aku dan Om Romi. Jika Lana membuat Tuan Arshan kesal.. bukankah semua itu secara tidak langsung akan membuat Om Romi berada diposisi yang sulit?"
Om Romi nampak terdiam, namun dalam hati ia membenarkan juga kalimat Siska.
Selama ini sikap Lana yang polos dan sedikit aneh itu memang cukup merepotkan, apalagi sekarang.. gadis ingusan itu malah tergila-gila dengan Tuan Arshan hanya karena kejadian tak berarti di miracle tadi.
"Om, aku telah bertengkar hebat dengan Lana.."
"Aku tau. Tadi aku sempat menyusul kaian ke upper deck tapi aku memilih tidak mendekat karena merasa situasinya sedang tidak enak.."
"Lana benar-benar keterlaluan.." desis Siska kesal, tapi Om Romi terlihat mengulum senyum.
"Siska, apa benar yang Lana katakan tadi..?" tanya Om Romi membuat alis Siska bertaut sempurna.
"Tentang apa, Om..?"
"Tentang kamu menyukai Tuan Arshlan juga?"
"Om Romi sudah gila, yah..?!"
Melihat raut wajah Siska yang langsung kesal membuat Om Romi tertawa. "Santai.. aku hanya bercanda.."
"Dasar..!" Siska merenggut kesal. Moodnya yang seharusnya mulai membaik alhasil kembali memburuk mengingat tuduhan memalukan Lana itu yang ternyata tanpa sengaja didengar juga oleh Om Romi.
'Bocah itu benar-benar mengesalkan..'
siska merutuk geram, wajahnya semakin terlipat begitu menyadari saat ini Om Romi bahkan ikut menertawakannya.
Dan pembicaraan mereka pun akhirnya harus terjeda begitu isyarat dari tangan Tuan Arshlan terlihat seolah memanggil Om Romi untuk mendekat, membuat Om Romi dengan sigap langsung mendekati sang majikan.. meninggalkan Siska yang sedang berusaha menghilangkan bayangan mengesalkan wajah Lana dari benaknya..
.
.
.
Bersambung..
Like and Support yah, 🙏
Thx and Lophyuuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Luty Asih
yo
2022-09-30
2
Wijaya Wijaya
Lana egois gk mikirin Sisca sahabat nya wajar kalo Sisca marah ...walo jatuh cinta gk dilarang sih
2022-02-04
1
Agus Artha Sudrajat
bisa jadi siska ada rasa sama tuan arshan
2022-02-02
1