"Aku ke toilet sebentar yah.."
Siska yang baru saja menghempaskan tubuhnya keatas kursi terlihat kembali berdiri dari duduknya.
"Dih.. baru dateng udah main pergi saja.." dumel Lana dengan suara kencang seolah ingin mengalahkan dentuman house musik yang membahana, memekakan telinga.
Siska tertawa menanggapi kalimat Lana. "Aku cuma mau benerin make up sebentar sama buang air kecil.." kemudian Siska menatap Lana lagi. "Sudah jangan cemberut begitu.. katanya mau senang-senang dan melupakan semuanya kan? calm down.. waktu masih panjang, dan kita pagikan malam ini.." seloroh Siska sambil tergelak saat meninggalkan Lana kembali, beranjak menuju toilet.
Yah.. sebenarnya hari ini memang adalah hari yang sangat buruk untuk Lana. Tadi sore Lana telah mengetahui, dari bibir ayah dan ibu langsung, bahwa pada akhirnya mereka telah resmi bercerai. Putusan palu hakim Pengadilan Agama telah diketuk untuk mengabulkan permintaan Ayah dan Ibu lebih cepat dari yang ia bayangkan.
"Terima kasih, Ayah.. terima kasih, Bu.. jadi ini kado khusus untuk Lana..?!" itu kalimat pertama yang meluncur dari bibirnya yang bergetar.
"Lana ini yang terbaik.." ucap Ibu sambil menatap Lana.
"Lana maafkan Ayah dan Ibu.." kali ini Ayah yang bicara.
"JUST STOPED IT..!!" Lana merasa tidak bisa mengontrol emosinya lagi. "Berhenti memberi alasan bahwa bercerai adalah jalan terbaik. Lana muak..!"
"Lana.." Ibu menatap Lana dengan wajah datar.
"Yang terbaik adalah Ayah dan Ibu tidak bercerai, berhenti bertengkar, dan tolong pikirkan perasaan Lana..!! Sebenarnya itulah hal terbaik yang harusnya Ayah dan Ibu lakukan, bukannya buru-buru bercerai untuk menjadi budak naf su kalian..!!"
"Lana..!!" suara Ayah terdengar menegur keras.
"Semua sudah terjadi, dan Lana tidak bisa memaksa. Silahkan Ayah dan Ibu jalani saja kehidupan kalian masing-masing, jangan lagi pedulikan Lana.. karena Lana bahkan tidak memiliki arti apapun dimata Ayah dan Ibu..!"
Tanpa memberikan Ayah dan Ibu kesempatan untuk mengatakan semua kalimat yang selalu saja menyakiti hatinya Lana telah berlari kedalam kamar dan mengunci diri disana.
Lana tidak peduli sekeras apa usaha Ayah dan Ibu untuk membujuknya dari balik pintu, karena ia memilih menyetel musik house keras-keras dan menangis sepuasnya diatas bantal hingga tertidur tanpa sadar.
Saat Lana bangun matahari bahkan telah tenggelam. Ia bangkit seperti orang ling-lung, langsung meraih ponselnya untuk menelpon Siska, hanya untuk mengatakan bahwa keluarganya telah resmi berakhir.
Dan Miracle, lagi-lagi merupakan tempat finish terbaik yang selalu mereka berdua kunjungi disaat hati sedang senang, galau, bahkan merasa gila.
Yah.. sejak kejadian beberapa bulan yang lalu dimana Siska telah menjadi dewi penolongnya, sejak saat itulah seluruh penilaian Lana tentang Siska berubah total.
Siska ternyata gadis yang baik, dan seorang teman yang asik. Mereka langsung menjadi sepasang sahabat yang akrab dan tak terpisahkan tanpa mempedulikan lagi isu dan komentar para julid di seantero SMU Pelita Harapan.
Awalnya Lana merasa gelisah saat memikirkan berteman dengan Siska berarti dirinya pun harus siap mendapati penilaian buruk seperti yang diterima Siska selama ini. Namun setelah menjalaninya Lana merasa tidak seburuk itu. Ia begitu pandai meniru gaya cuek Siska yang tidak merasa terpengaruh sama sekali oleh ujaran kebencian yang dilontarkan para hatters.
Lana memang telah bertekad untuk tidak lagi peduli meskipun semua isu miring mengenai Siska selama ini ternyata benar adanya, karena Siska bahkan telah terjerumus dalam pergaulan bebas sejak lama.
Tak berbeda jauh dengan dirinya, Siska juga merupakan produk broken home dari sepasang orangtua egois yang enggan memikirkan betapa hati anak mereka terluka karena keegoisan pribadi mereka. Alhasil Siska telah terjun bebas, masuk kedalam jerat pergaulan malam yang kelam sejak umurnya masih sangat belia.
Julukan open BO yang tersemat padanya oleh seluruh siswa-siswi SMU Pelita Harapan ternyata bukan hanya sekedar isu melainkan benar adanya.
Yah.. Lana telah mengetahuinya, karena Siska telah menceritakan semua rahasia kelamnya kepada Lana tanpa tersisa, tanpa bertingkah jaim sedikitpun.
Kepolosan otak Lana bahkan sampai nge-lag karena tidak bisa membayangkan alur kehidupan Siska yang teramat kacau balau.
Bagaimana mungkin gadis belia seperti Siska telah begitu berani menjajakan dirinya? Untunglah sekarang Siska tidak lagi menjalani hal tersebut, meski bukan berarti ia bisa keluar sepenuhnya.
Beberapa bulan yang lalu kehidupan Siska telah berubah drastis. tepatnya sejak pertama ia bertemu Om Romi, lagi-lagi di club malam ini, Miracle, yang merupakan club malam terbesar di ibukota.
Om Romi, pria paruh baya berbadan kekar yang telah menyelamatkan kesucian Lana dari kebejatan dua pria disaat Lana mabuk berat itu, ternyata bekerja sebagai kepala keamanan di Club Miracle, tempat favorite hang out milik mereka berdua.
Menjadi 'peliharaan' Om Romi ternyata membuat hidup Siska berubah. Karena kini Siska telah nekad menjalani hidupnya seorang diri, keluar dari rumah ibunya yang bak neraka dan memilih tinggal di kost seorang diri.
Hidup Siska terlihat sangat enjoy meskipun sehari-harinya rutinitasnya hanya bersekolah, namun Siska bebas nge-mall, nonton, makan enak, yang kesemuaannya itu diam-diam mulai membuat Lana iri dengan kehidupan Siska yang serba instan dan menyenangkan.
"Sis.. enak banget sih jadi kamu, mau apa-apa tinggal gesek.." imbuh Lana suatu ketika, usai menemani Siska menarik uang tunai di Anjungan Tunai Mandiri dengan sebuah kartu yang diberikan Om Romi.
"Enaklah.. gak perlu capek kerja, cuan lancar.." seloroh Siska dengan cueknya. Detik berikutnya Siska malah tertawa melihat wajah mupeng Lana.
Siska mengamit lengan Lana menuju sebuah restoran jepang yang ada di salah satu sudut mall. "Makan dulu yuk, laper, biar aku yang traktir.."
Yah.. Siska. Gadis itu sangat baik. Siska bahkan tidak pernah pelit mentraktir Lana, membuat Lana tidak enak karena seolah menjadi benalu untuk sahabatnya sendiri.
Lana memang tidak pernah memiliki uang sendiri seperti Siska.
Boro-boro.
Selama ini Ayah selalu begitu pelit setiap kali Lana meminta uang jajan, tapi kalau untuk perempuan lon te peliharaannya, Ayah akan menjadi sangat dermawan. Ibu apalagi.. selalu menolak setiap kali Lana meminta uang dengan dalih tidak punya uang, tapi anehnya, ibu malah membiayai berondong dekil yang setiap hari hanya menumpang hidup kepada ibu.
Mengingat semua itu membuat Lana merasa semakin muak saja.
Siska, meskipun hidupnya kacau balau, namun tak sedikit pun ia mengiming-imingi Lana untuk mengikuti jejaknya, kendati pun nyaris setiap malam kerjaan mereka hanya keluyuran ke club malam.
"Hati-hati, dan pikirkan baik-baik, Lan. Karena sekali kamu jatuh, kamu gak akan bisa kembali utuh.." itu nasehat Siska setiap kali mengingatkan Lana.
Siska memang selalu menasehati Lana, namun Lana sendiri yang justru tidak yakin dengan dirinya. Nyaris setiap hari disuguhi kemesraan level tinggi oleh Lana dan kekasihnya Om Romi itu membuat denyut masa pubertas yang selama ini dilalui Lana tanpa warna berarti membuat Lana sering terkaget-kaget.
Om Romi terlihat sangat tergila-gila dengan tubuh Siska yang asli montok. Jauh beda dengan tubuh Lana meskipun tinggi dan berat badan mereka sama, yakni seratus lima puluh sembilan senti meter, dan empat puluh delapan kilogram, namun entah kenapa Siska mempunyai bo kong yang lebih besar, apalagi ukuran dua buah gu nung kembar milik Siska.. buset jangan ditanya lagi. Sampe tumpah-tumpah dari cupnya yang ketat.
"Sis.. kok bisa bo kong sama da da kamu montok begitu? Kamu olahraga apa sih..?" pertanyaan polos itu meluncur begitu saja diawal persahabatan mereka.
Saat itu Ujian Akhir Nasional sudah berada didepan mata, dan sore itu mereka berdua berencana untuk berangkat ke tempat bimbel secara bersama-sama.
Lana yang sengaja menjemput Siska itu memilih merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Siska, manakala Siska keluar dari kamar mandi hanya dengan terbalut pakaian dalam, melenggang acuh bak miss universe yang sedang memeragakan pakaian renang diatas catwalk tanpa risih sedikit pun.
"Gak pake olahraga. "Jawab Siska sambil membuka pintu lemari guna mengambil sebuah celana jeans beserta blouse berwarna coklat susu bermodel sabrina.
"Masa sih..? tapi kenapa bisa segede gitu?" Lana masih saja kepo tentang dua bagian tubuh Siska yang padat berisi tersebut.
"Nanti juga punyamu ngembang sendiri.. kalau sudah waktunya.."
"Ihh.. emangnya aku adonan roti yang dikasih ragi? pake acara ngembang segala.."
Siska tergelak. "Beneran mau tau rahasianya?" Siska senyum-senyum saat menatap Lana lewat permukaan cermin yang ada dihadapannya.
"Maulah.. apa coba..?"
"Tangan pria.."
"A-appa..??!!"
Lana terhenyak mendengar jawaban Siska yang tanpa beban itu.
"Emang mirip adonan roti, sih.. kalau udah diaduk, diulen, dipijet, makin lama pasti makin ngembang.."
"Ishh.." Lana terhenyak mendengar jawaban vulgar itu.
"Egh, malah gak percaya. Yasudah.. yang penting aku sudah kasih tau rahasianya.."
Siska cengengesan menyaksikan sepasang mata Lana yang menatapnya dengan ekspresi terkejut yang menggantung jelas, namun pada kenyataannya Lana memang harus percaya dengan semua ucapan Siska, karena Siska memang selalu bicara apa adanya, blak-blakan, seolah urat malu sahabatnya itu sudah putus semuanya.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Aulia
itu laba cwe apa cwo si
2025-03-02
1
Yanti
teman laknot😀😀
2022-03-18
1
Agus Artha Sudrajat
ya adonan roti di ubek2 hahahah
2022-02-02
1