CAHAYA BINTANG SURGA
Seorang anak terlahir ke dunia tidak bisa memilih dari siapa ia dilahirkan, dalam keluarga apa dia dibesarkan
Semua anak sejatinya baik karena Allah telah menginstal di dalam dirinya fitrah yang lurus. Walau kelak terwarnai oleh macam warna, namun warna putih dari fitrahnya tak akan pudar dan kelak akan memanggil saat jiwa kehilangan arah
***
Jakarta, 25 tahun yang lalu
Farah tergugu di dalam sel nya yang terdiri dari 10 orang tahanan wanita. Ia tak dak menyangka akan dijatuhi hukuman berat karena percobaan pembunuhan terhadap Tsurayya Ednika Frederick
Tuan Frederick tidak main-main dengan tuntutannya. Putusan langsung dijatuhkan seminggu setelah polisi menangkap Farah, Daniel dan anak buahnya di villa
Cinta.. Ya karena cintanya pada Ardhi menjadikan dirinya buta dan menjadi terobsesi ingin memiliki pemuda itu, bagaimanapun caranya
Sekarang, ia harus menjalani sisa hidupnya dalam penjara. Jika beruntung, tuan Wijaya, papanya akan mengeluarkannya dengan mengajukan banding. Namun akan sangat sulit melawan tuan Frederick
Papa..
Menyebut nama itu membuat Farah kembali terisak. Betapa ia amat menyusahkan ayahnya. Terbayang wajah tuan Wijaya yang berlinang airmata saat melihat sidang vonis dirinya
"Ah Papa.." Farah amat merindukan tuan Wijaya
"Hei, daripada nangis terus-menerus lebih baik kau sholat. Dekatkan dirimu pada sang pencipta."
Farah mengangkat wajahnya. Terlihat seorang wanita berambut ikal menyodorkan mukena lusuhnya
Sholat? Ah, kapan terakhir kali Farah mengerjakannya? Apakah ini akibat dari seringnya ia melalaikan Panggilan Cinta Nya?
Wanita tadi mendekati Farah dan mengajaknya bersalaman
"Aku Lela. Kamu siapa?"
"Farah.. "
"Kamu bisa sholat?" Tanya Lela lagi
Farah menggeleng pelan "Aku sudah lupa-lupa bacaan sholat."
Lela tersenyum hangat "Aku akan mengajarimu. Yaah walau bukan sekelas ustadzah, tapi aku hafal kok bacaan sholat dan beberapa doa-doa."
"Apakah Allah masih mau mendengarkan aku?" Tanya Farah ragu sambil menatap Lela
"Tentu saja. Allah itu Maha Pengampun. Dosa sebanyak apapun akan Allah ampuni asalkan kita bersungguh-sungguh untuk bertobat." Kata Lela mantap sambil tersenyum
Farah balas tersenyum lalu menerima mukena lusuh dari Lela
***
Sudah hampir dua bulan Farah berada di penjara. Selama itu pula Farah berusaha keras merubah dirinya. Tadinya ia hanya melamun, bahkan tertawa sendiri. Namun sekarang, banyak perubahan yang terjadi. Gadis itu mulai bisa menerima suratan takdirnya. Farah pun mulai sedikit-sedikit menghafal bacaan sholat dan doa-doa dibantu oleh Lela
Kehidupan Farah mulai membaik. Farah mulai membaur dengan teman-temannya dipenjara. Setiap seminggu sekali di datangkan ustadz mengisi pengajian di penjara dan Farah tidak melewatkannya
***
"Hoeek.."
Lela terbangun melihat Farah berlari ke kamar mandi sambil memegangi mulutnya. Lela segera menyusul Farah ke kamar mandi. Terlihat gadis itu muntah-muntah
"Kamu masuk angin?" Tanya Lela sambil memijat tengkuk Farah
Farah menggeleng "Aku nggak tahu. Rasanya nggak enak banget."
Setelah merasa tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan, Farah segera mencuci mulutnya dan bersandar di dinding. Tubuhnya terasa lemas.
"Kamu harus ke klinik. Ayo nanti aku temani. Sekarang kita sholat shubuh dulu ya."
Farah mengangguk pelan. Kedua wanita itu segera berwudhu untuk menyambut panggilan shubuh
***
"Hamil.." desis Farah tak percaya saat dokter klinik memeriksanya
"Iya mbak, kamu hamil sekitar 2 bulan. Nanti akan saya berikan surat untuk memeriksa di rumah sakit kepolisian untuk lebih jelasnya." Kata dokter klinik
Lela menggenggam tangan Farah saat gadis itu mulai menangis. Keduanya meninggalkan klinik penjara dengan langkah perlahan. Sepertinya Farah kehilangan tenaga. Lela memutuskan untuk duduk sejenak di emperan lapangan
"Kamu tahu bapaknya?" Tanya Lela sambil menatap Farah
Farah mengangguk. Dia sangat yakin karena hanya dengan orang itu dia berhubungan. Walau Farah memiliki pergaulan bebas, namun untuk suatu hal tersendiri, ia memilih untuk tidak berganti-ganti pasangan secara bebas
"Beritahukan, dia harus tahu." kata Lela lagi
Farah menatap Lela dengan sedih "Ayahnya juga sedang di penjara.."
Lela menutup mulutnya. Lalu memeluk Farah tanda empati.
"Sabar ya.." bisik Lela
Farah merasa kotor, merasa hina dan terlalu hitam bahkan untuk memakai mukena lusuh milik Lela
***
"Gugurkan anak itu!"
Farah mendongak menatap tuan Wijaya dengan pandangan tak percaya
"Papa.. Farah nggak akan menggugurkannya."
"Jangan keras kepala! Turuti saja Papa!"
"Tidak, Pa. Cukup sudah Farah berdosa selama ini. Farah tidak mau menambah dosa dengan membunuh bayi ini."
Tuan Wijaya mendesah "Nak, kau akan melahirkan dan membesarkannya di penjara? Pikirkan masa depannya kelak!"
Farah memejamkan matanya. Sungguh, ia tidak mau lagi melakukan dosa. Tapi bagaimana nasib anak ini kelak?
Pandangan tuan Wijaya melembut ke arah Farah
"Nak, maafkan Papa. Tapi mungkin itu jalan terbaik.."
Farah menghela nafas dan segera berdiri dari duduknya
"Maaf, Papa. Farah berasa capek banget. Farah masuk dulu ya."
Secepat kilat gadis itu pergi meninggalkan tuan Wijaya yang termenung memandang punggung Farah yang menjauh
***
"Begitu banyak maksiat dan dosa yang kita lakukan sampai-sampai surga itu terasa tak pantas untuk kita pijaki. Namun janganlah berputus asa. Tak peduli dosamu setinggi langit dan seluas bumi, Allah akan ampuni. Asalkan kamu tetap melakukan dua hal ini, memohon ampun kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun."
Farah mendongak, memasang baik-baik telinganya saat seorang ustadz mengisi pengajian rutin di penjara
"Dari Anas bin Malik radhiallahu‘anhu dia berkata:
Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli.
Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni.
Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula."
Airmata Farah menderas. Apakah ia pantas mendapatkan pengampunan? Apakah ia pantas diberikan kesempatan kedua oleh Allah?
"Dosa apa pun, selama kita mau bertaubat, memohon ampun dengan sebenar-benarnya, Pasti Allah akan mengampuninya.
Berdo’alah kepada Allah SWT dan beristighfar atas setiap kesalahan yang kamu lakukan.
Dan janganlah kamu berbuat syirik. Sebab, Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa, kecuali satu hal yaitu syirik atau mempersekutukan Allah."
***
Pelan tetapi pasti, Farah mulai memperbaiki dirinya. Ia mengikuti pelajaran baca Quran di dalam penjara, ia berusaha memperdengarkan ayat-ayat cinta dari Sang Khalik untuk anak yang sedang tumbuh dalam rahimnya
Farah bersikeras mempertahankan anaknya. Farah yakin, anaknya akan memperoleh rezeki dari kasih sayang Allah.
Seakan Allah mempermudah segalanya, semua orang di penjara sayang padanya dan Farah sangat bersyukur akan hal itu
Lela sudah dibebaskan. Wanita itu mengatakan kalau ia nanti yang akan merawat anak Farah dan membesarkannya. Saat usianya cukup, ia akan membawanya menemui Farah dan mengenalkan pada ibu kandungnya
Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban..
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan...
***
Hari berganti, sekian purnama terlalui. Usia kandungan Farah sudah mencapai 40 minggu
"Fa, jangan capek-capek. Ingat perut udah mau mbledos gitu." Gurau seorang temannya saat melihat Farah masih mengepel lantai
Farah tertawa "Kan katanya biar gampang lahiran."
Setelah mengatakan hal itu, Farah mengeryitkan kening. Terasa sakit melanda pinggang dan tubuh bawahnya
"AAAH.." Jeritan Farah mengagetkan teman-temannya. Mereka segera membantu Farah dan memapahnya ke klinik penjara
***
"Ayo bu, sedikit lagi. Atur nafasnya ya." Seorang bidan dengan sabar membimbing Farah. Farah berkeringat sambil mengatur nafas bersiap untuk mengejan
"Allah..sa..kiit.." Rintih Farah. Hatinya sedih, momen seperti ini ia jalani seorang diri
"Ayo, sekarang bu!"
Farah mengejan, merasakan ada yang menuruni jalan lahir di pusat tubuhnya. Ujung kepala bayi mulai terlihat perlahan seiring kuatnya dorongan yang diberikan Farah
"Yak, atur nafas lagi bu. Tiup tiup tiup." Bidan memberikan instruksi. Farah mengikutinya.
"Fuuh..fuuh..fuuh.."
Rasanya sakit seperti 20 tulang tubuhnya patah disaat yang bersamaan
"Ayo dorong lagi bu!"
Farah kembali mengejan. Sedikit tenaga lagi untuk membantu bidan meraih makhluk kecil dari tubuhnya. Rasanya seperti tersiram air es!
"Aaah.."
Tubuh kecil itu keluar dan langsung di telungkupkan bidan untuk menghindari cairan ketuban menutupi pernafasan. Lengkingan tangis bayi memenuhi ruangan bersalin. Bidan dengan cekatan membersihkan bayi mungil itu
"Selamat bu, bayi perempuan anda cantik sekali." Bidan melangkah mendekati Farah yang masih lemas setelah melakui pertarungan hidup dan mati.
Farah tersenyum melihat bayi montok dan lucu dalam dekapan bidan. Farah langsung membawa bayi cantik itu ke dalam dekapan. Bidan segera menginstruksikan untuk inisiasi dini
Farah mengikutinya. Bayinya sangat pintar mencari sumber nutrisi pertamanya menggunakan insting cerdas alami yang dianugerahkan padanya
Bidan tersenyum. Ia meninggalkan Farah menikmati momen kebersamaan dengan bayinya
Hilang sudah rasa sakit yang dirasakan Farah tadi saat melihat pergerakan lincah dari tangan dan kaki mungil dalam dekapannya. Farah menangis
"Anak ibu punya tanda lahir rupanya.." bisik Farah saat melihat lengan kiri bayinya. Tak henti dikecupnya jari mungil itu.
"Cahaya bintangku.. Zalynda Navulia ku.."
Farah amat menikmati momen itu
"Farah.."
Farah mendongak. Tuan Wijaya sudah berada di depan pintu. Senyum sedih terpasang di wajahnya yang terlihat tua
"Papa.." Farah melepaskan sumber nutrisi putrinya dan mendekap putrinya
"Boleh Papa gendong?"
Farah mengangguk. Tuan Wijaya adalah kakek dari bayinya. Apa salahnya
Tuan Wijaya terharu saat mendekap bayi mungil Farah. Terkenang saat ia pertama mendekap Farah sewaktu baru di lahirkan
"Mirip denganmu.." bisik Tuan Wijaya sambil tersenyum melihat ke arah Farah
"Kemarikan, pa. Dia sedang menyusu." Farah merentangkan tangannya. Namun tuan Wijaya tetap terdiam tak memberikan bayi mungil itu
"Pa.."
"Papa akan membawanya. Kau tidak akan bisa melihatnya lagi. Dia adalah beban untuk kita." Jawab tuan Wijaya dingin
Farah terperanjat. Ia ingin bangun berdiri,namun tubuhnya masih lemah dan sakit. Gadis itu menangis pilu
"Jangan Pa! Kemarikan..Farah mohon."
Tuan Wijaya mundur perlahan, kemudian berbalik membawa bayi itu pergi dengan cepat
"Papa! Papa! Jangan pa, kembalikan!" Farah berusaha turun. Namun ia terjatuh di samping ranjang. Tasa sakit kembali mendera. Tangannya menggapai udara
"Kembalikan bayiku..bayiku.." rintih Farah pelan sesaat sebelum ia pingsan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
🧭 Wong Deso
keren
2022-03-14
0
ayuna
bacaan baru= nambah inpirasi....
hai kak...
salam kenal dari Chyntia (rollercoaster kehidupan)
mampir yuk👣
2022-01-15
0
auliasiamatir
ya allah, baru baca aja udah bikin nyesek...
2021-12-16
1