Zalynda menggigil merasakan cengkraman tangan Yono pada lehernya. Gadis itu tersudut di ujung bangku
"Kau tahu berapa biaya berobatku sewaktu aku dipukuli di gang?" Desis Yono marah
"Itu bukan urusan Za! Om pantas untuk dihajar karena melecehkan Za!" Bentak Za dengan keberanian tersisa. Suaranya terdengar bergetar
Yono menyeringai, cengkraman tangannya makin dikuatkan membuat Zalynda sedikit terbatuk
"Uhuuk.."
"Itu urusanmu, manis." Yono mendekati wajah Zalynda. Hembusan nafas Yono yang berbau rokok membuat Zalynda sesak nafas. Tangan Yono bergerak menuju tengkuk Zalynda dan mencengkram nya sehingga sebagian rambut Zalynda ikut tertarik
"Aah..sakit.." jerit Zalynda sambil memegang tangan Yono yang mencengkram tengkuknya
"Kau gadis cantik, namun galak dan pemberontak. Hargamu akan sangat mahal, sayang..." Kata Yono sambil berbisik di telinga Zalynda
Zalynda terkejut. Susah payah Zalynda menatap ke arah Yono sambil terus berusaha melepaskan cengkraman Yono pada tengkuknya
Zalynda begidik melihat seringai jahat Yono.
"Kau bisa jadi tambang uangku." Yono terkekeh lalu sekuat tenaga menarik tengkuk Zalynda sehingga gadis itu terseret mengikutinya ke tengah hujan
"Lepas om! Aah sakit!" Zalynda meronta histeris sambil mencoba melepaskan diri dari Yono
"Kau harus menghasilkan uang untukku malam ini, walau hanya semalam pria itu akan membayar mahal gadis seperti dirimu. Hahaha." Yono tertawa-tawa sambil terus menarik Zalynda
Zalynda terus menjerit dan meronta-ronta. Namun semakin keras Zalynda meronta, semakin kasar perlakuan Yono padanya. Zalynda tidak menyerah, ia lebih baik mati daripada menjadi budak mesin uang Yono
Tiba-tiba Yono merasa cengkraman pada lengannya. Yono menoleh, seorang pemuda dengan mata berkilat marah menatap Yono. Sedetik kemudian Yono merasa sakit di dagunya akibat tinju dari pemuda itu
"Aargh.." Cengkraman Yono pada tengkuk Zalynda otomatis terlepas saat pria itu tersungkur. Belum sempat Yono berdiri, pemuda itu sudah berada di atasnya dan memukuli Yono
Yono merasa sakit saat pemuda itu memukulinya bertubi-tubi. Kepalanya menjadi pening, kesadarannya sedikit menurun. Yono yakin wajahnya sudah babak belur. Rasa darahpun terasa di mulutnya
Pemuda itu melepaskan dirinya kasar. Samar Yono melihat pemuda itu berdiri, berjalan mendekati Zalynda yang terduduk lalu menggendong gadis itu dan membawanya pergi
"Haah..sial! Gagal lagi!" Bisik hati Yono sambil terlentang di depan toko kue bu Edah, membiarkan hujan mengguyur dirinya
***
Ray menatap punggung Zalynda dari pintu kamar yang terbuka. Ray tahu gadis itu masih terjaga dari isakannya yang perlahan
Untung saja Ray datang tepat waktu saat melihat seorang pria menarik kasar Zalynda dari toko bu Edah ke tengah hujan
Jeritan Zalynda dan ekspresi kesakitan gadis itu membuat Ray mendidih. Ray segera berlari menghampiri pria itu dan menghajarnya hingga babak belur
Ray masih teringat bagaimana ekspresi ketakutan Zalynda saat Ray menyentuh bahu gadis itu. Ray merasa bersalah tidak menjemput gadis itu tepat waktu. Segera Ray menggendong Zalynda menuju mobilnya
"Za.." panggil Ray sambil mengetuk pintu. Gadis itu sedikit menoleh ke arah Ray, kemudian kembali berbaring
"Aku boleh masuk?" Tanya Ray lagi
Tidak ada jawaban dari Zalynda. Ray menghela nafas. Ray mengerti gadis itu pasti marah padanya. Ray menunduk
"Masuklah Ray, ini apartemenmu.." suara Zalynda membuat Ray mendongak. Ray segera masuk ke kamar Zalynda dan duduk di tepi ranjang. Sepertinya Zalynda sempat menyeka air matanya tadi sebelum menyuruh Ray masuk
Perlahan tangan Ray terjulur membelai rambut Zalynda. Zalynda bergerak sedikit untuk menghindari tangan Ray sehingga Ray menghentikan gerakan tangannya. Tangannya otomatis mengepal
"Maaf aku terlambat menjemputmu." Kata Ray
"Nggak apa-apa." Kata Zalynda datar tanpa melihat ke arah Ray
Ray menatap Zalynda sambil tersenyum "Perempuan kalau bilang ga papa, berarti ada apa-apa."
Zalynda mendengkus sambil memejamkan matanya.
"Aku tadi nganterin bunda ke rumah sakit."
Mata Zalynda langsung terbuka dan menatap Ray dengan pandangan khawatir
"Nyonya Aya sakit?"
Ray tertawa kecil. Pemuda itu menarik tangan Zalynda agar duduk didekatnya
"Nggak, periksa bulanan. Kamu khawatir?" Tanya Ray sambil memandang lekat mata Zalynda. Zalynda tertunduk menghindari tatapan mata Ray
Tangan Ray bergerak menyelipkan rambut Zalynda ke belakang telinga. Gadis itu sedikit tersentak namun tidak menolak
"Handphoneku tertinggal di kantor. Karena itu aku tidak bisa menghubungimu." Jemari Ray lembut membelai pipi Zalynda yang merona sembari memperhatikan reaksi gadis itu. Ray mengangkat lembut dagu Zalynda agar gadis itu menatapnya
"Jadi.. kau memaafkan ku?"
Zalynda menatap Ray sambil tersenyum kecil dan mengangguk
"Terima kasih sudah datang tepat waktu, Ray. Aku nggak tahu yang terjadi kalau kau tidak datang.." kata Zalynda pelan
Ray segera merengkuh Zalynda kedalam pelukannya. Sesaat tubuh Zalynda menegang. Ray dengan lembut mengusap kepala dan punggung Zalynda
"Aku tidak akan membiarkan seseorang menyakitimu, Za. Kau bisa mengandalkan aku.." bisik Ray lembut sambil mengeratkan pelukannya
Perlahan tubuh Zalynda menjadi rileks. Zalynda melingkarkan tangannya di pinggang Ray dan meletakkan kepalanya di bahu Ray. Mata Zalynda terpejam menikmati rasa hangat yang menjalar bukan hanya di tubuhnya, namun juga di hati dan jiwanya.
Pelukan yang sangat menenangkan..
Cukup lama mereka berpelukan. Ray merasakan hembusan nafas teratur Zalynda menerpa lehernya. Sebagai lelaki normal, Ray cukup terusik dengan hembusan nafas itu
Ray membelai lembut tubuh Zalynda. Tidak ada respon.
"Za.." panggil Ray sambil menatap wajah Zalynda
"Ya Allah, ternyata tidur!" Gumam Ray dalam hati
Dengan hati-hati Ray membaringkan Zalynda di ranjang dan menyelimutinya. Ray pun berbaring di sebelah Zalynda
Dalam tidurnya Zalynda merasakan ada kehangatan di sisi tubuhnya. Gadis itu merapat mendekati kehangatan tersebut dan bergelung di dalamnya
***
Jam weker Zalynda berbunyi tepat jam 4 pagi
Tangan Zalynda hendak menjangkau weker yang berada di meja sebelah ranjangnya. Sebelum gadis itu sempat menjangkau, weker itu sudah berhenti berbunyi
"Uummhh.." Zalynda menggeliat, memeluk sebuah kehangatan dan hendak kembali ke alam mimpi
"Tunggu! Siapa yang mematikan jam weker? Lalu tubuh siapa yang ku peluk ini?" Zalynda membathin
Mata gadis itu langsung terbuka lebar. Segera di dongakkan kepalanya dan melihat Ray yang masih terpejam. Tangannya terlihat menjulur seperti habis mematikan jam weker Zalynda
"Haah..aku tidur di pelukan Ray!" Bathin Zalynda panik. Wajahnya terasa sangat panas
Perlahan Zalynda melepaskan tangan Ray yang melingkar di bahunya. Pelan sekali, takut Ray terbangun
Ray merasakan adanya pergerakan di sisinya. Pemuda itu menarik ujung bibirnya. Sebetulnya Ray sudah bangun saat mematikan alarm Zalynda. Hanya saja Ray masih ingin menikmati memeluk Zalynda hingga pemuda itu kembali berbaring dan menikmati hawa panas dari tubuh Zalynda
Niat jail timbul di otak Ray. Saat Zalynda hendak bangkit, Ray malah mengubah posisinya dan memeluk Zalynda layaknya memeluk guling
Zalynda terpekik kaget. Segera di tutupi mulutnya, khawatir teriakannya membangunkan Ray. Zalynda mendongak melihat wajah Ray yang begitu dekat. Perlahan gadis itu memundurkan tubuhnya untuk melihat wajah Ray lebih jelas
Ray merasakan jemari Zalynda membelai lembut sisi wajahnya. Ray refleks mengepalkan tangannya menghalau rasa yang timbul akibat sentuhan Zalynda
"Hiks.."
"Eh?"
Ray spontan membuka mata mendengar Zalynda terisak. Benar saja, wajah gadis itu sudah berlinangan air mata
"Za.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
auliasiamatir
za, kenapa nangis
2021-12-19
0