"Lindaa..kamu kemana aja?" Teriak bu Edah begitu melihat Zalynda memasuki toko kue. Teman-temannya pun mengerubunginya
"Ng..ada sedikit masalah kemarin bu." Cicit Zalynda
"Lagian motormu masih di parkiran, kuncinya masih ngegantung, helm mu jatuh. Kirain kamu..lho, ini kenapa?" Tanya bu Edah sambil melihat memar di pipi Zalynda. Zalynda dengan cepat menutupi memar tersebut dengan tangannya.
"Ini kepentok bu." Zalynda berbohong. Tidak mungkin ia menceritakan semuanya kalau kemarin ia hampir saja dijual menjadi wanita penghibur
Bu Edah menatap Za seksama. Wanita itu sedikit curiga pada keterangan Zalynda. Namun bu Edah tidak memperpanjang masalahnya.
Hari minggu Zalynda tidak memiliki shift di toko kue, namun sepertinya menyuruhnya bekerja dapat sedikit mengalihkan pikirannya dari hal yang menimpanya.. Entah apa pun itu -pikir bu Edah
"Duuh hati-hati makanya. Ya udah, sana ke dapur. Banyak orderan kue."
Zalynda tanpa pikir panjang segera mengangguk. Sekilas ia menatap ke parkiran. Mobil Ray masih di sana. Tadi Ray lah yang mengantarkannya ke toko kue.
Rayhan...
Ray tidak berubah.. Ray masih baik seperti dulu. Sedikit getaran terselip di hati Zalynda. Sebuah getaran yang dulu mati-matian mencoba dihapusnya.
Zalynda menunduk sambil membathin "Mikir apa kamu Za? Jangan jatuh hati sama suami orang.."
Zalynda bergegas menuju dapur menyelesaikan tugas-tugasnya
***
Langit biru. Udara cukup cerah hari ini. Ray menatap pemandangan dari lantai 25 tempatnya bekerja. Pikirannya masih melayang kepada seorang gadis bernama Zalynda
Zalynda Navulia
Gadis yang dahulu sempat membuat getaran di hatinya. Gadis yang anggun, cerdas. Namun siapa sangka justru gadis itu pula yang menorehkan luka di hatinya
Gadis itu mendekatinya hanya untuk melakukan balas dendam terhadap kedua orang tua Ray atas apa yang dialami bibi nya.
Ray menghembuskan nafas kasar. Ray kembali duduk dan menekuni pekerjaannya
"Kayaknya ada yang nyesel nih nggak jadi unboxing sabtu kemarin."
Ray melirik sekilas ke arah Marvin kemudian kembali fokus ke kertas-kertas di depannya
"Katanya elo bebasin dia Ray?"
"Iya."
"Gila juga lo ya. Ngabisin duit segitu banyak buat seseorang yang udah bikin elo patah hati."
"Vin.." Ray menatap sahabatnya tajam.
Marvin segera mengangkat tangannya "Sorry, my mistake."
Ray menghela nafas "Gue pengen tahu dia kenapa, Vin."
Marvin berdecak kesal. "Udah napa sih Ray? Elo udah nolongin dia, udah bebasin dia. Mungkin emang dia banyak hutang atau gimana sampe dia bisa nyasar di club XX. Stop mikirin dia, udah mau seminggu nih!"
Marvin mendengkus kesal. Bagaimanapun Ray adalah sahabatnya. Marvin yang paling paham saat Ray terluka karena Zalynda
"Gue akan tetap cari tahu Vin." Kata Ray datar. Marvin memutar bola matanya
"Serah dah."
Tok tok.. pintu terbuka. Ray tersenyum menyambut Beno, orang sudah di tunggunya
"Masuk om Ben."
Beno mengangguk saat melewati Marvin. Beno segera duduk dan menyerahkan amplop berwarna coklat kepada Ray. Ray dengan antusias membukanya. Matanya memicing membaca laporan dari Beno
"Jadi, dia di jual oleh pamannya?" Desis Ray
"Siapa?" Marvin akhirnya ikut penasaran. Pemuda itu segera mendekati Ray dan Beno
"Zalynda adalah saudara jauh tuan Wijaya. Sejak kecil dia ikut tuan Wijaya saat ibunya meninggal." Kata Beno
"Bagaimana ayahnya?" Tanya Ray
Beno menggeleng "Tidak ada yang tahu siapa ayah Zalynda."
Beno menunjukkan foto seorang pria
"Ini Yono, keponakan tuan Wijaya. Dia yang membawa Zalynda pada Alvin kemarin. Alvin membeli Zalynda seharga 200 juta."
Rahang Ray terlihat mengeras
"Apa yang dia lakukan sampai punya hutang sebanyak itu?" Kata Marvin dengan nada tidak senang
Beno menggeleng "Itu yang harus kau tanyakan padanya, Ray."
"Oh c'mon Ray! Jelas-jelas gadis itu ada sesuatu sampai punya hutang sebanyak itu."
"Vin, gue pikir Za nggak seburuk itu."
Marvin memutar bola matanya. Susah rasanya menasihati Ray. Seperti yang orang-orang bilang, cinta membutakan segalanya, bahkan untuk orang se realistis Ray
***
Zalynda memarkir motornya di parkiran kost-kostan. Gadis itu bergegas masuk karena hujan mulai turun.
Tepat waktu saat memasuki kamarnya, hujan turun menderas. Zalynda segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri
"Duuh lupa beli sabun." Rutuk Zalynda saat melihat kotak sabunnya kosong. Zalynda akhirnya menunda mandinya dan bergegas menyambar payung pergi ke warung di ujung jalan untuk membeli sabun
Jalanan menuju warung tergolong sepi walaupun jalan besar. Kemungkinan karena sudah jam 9 malam dan hujan sehingga orang-orang malas untuk keluar
Zalynda sudah menenteng sabun mandi favoritnya. Gadis itu segera pulang untuk segera mandi.
Tiba-tiba seseorang mendorongnya masuk ke sebuah gang kecil diantara dua rumah. Payung Zalynda terlepas. Zalynda memekik saat sebuah tangan besar menyekap mulutnya. Kedua tangan Zalynda disatukan diatas kepala gadis itu
Bau rokok. Bau yang sangat Zalynda benci. Walau tetesan hujan menghalangi pandangan matanya, Zalynda sudah tahu orang yang membekapnya
Yono menyeringai menatap Zalynda, sedang Zalynda menatap Yono dengan benci.
"Om ke club XX tadi, mau menemuimu. Ternyata kata boss Alvin kau sudah ada yang membeli. Ck, hebat sekali." Yono terkekeh
Zalynda memberontak sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari Yono. Namun tenaga Zalynda tidak bisa menandingi tenaga Yono yang makin kuat menekannya
"Aku benar-benar penasaran bagaimana rasamu, anak manis." Desis Yono sambil menarik kaos Zalynda hingga robek di bagian depan.
Zalynda menjerit. Yono dengan gesit membungkam jeritan Zalynda dengan mulutnya sementara tangan Yono kembali merobek-robek kaos Zalynda dan menaikkan rok yang dipakai Zalynda
Zalynda panik, gadis itu menghantam s*langk*ng*n Yono dengan lututnya
"Adaaoo!" Jerit Yono. Genggaman tangannya mengendur. Zalynda segera mendorong tubuh Yono dan segera berlari. Namun karena hujan,jalanan gang kecil itu menjadi licin sehingga Zalynda terpeleset
"Aakh.." Tubuhnya terasa sakit saat membentur tanah berbatu. Yono tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan segera pria itu membalik tubuh Zalynda
PLAAK PLAAK
Yono menampar Zalynda bolak-balik. Kepala Zalynda terasa berdenyut hebat
"Kamu benar-benar! Pengen main kasar, heh?!" Tanya Yono sambil mencengkram pipi Zalynda. Secepat kilat Yono menarik kaos Zalynda sehingga terpampang tubuh atas gadis itu yang hanya berbalut br* tanpa tali
Zalynda hanya memejamkan mata sambil menangis saat Yono mulai menjelajahi lekuk tubuhnya. Zalynda berfikir ia akan bunuh diri setelah ini. Toh tidak ada gunanya lagi dirinya hidup. Ia tidak memiliki siapapun, hanya kehormatannya yang dimilikinya dan itu akan hilang sebentar lagi
Tiba-tiba seseorang datang menendang Yono sehingga terpelanting ke belakang. Zalynda membuka matanya. Terlihat seseorang menghajar Yono habis-habisan
"Ampuun..ampuun.." teriakan Yono hilang ditelan gemuruh petir. Zalynda melihat Yono terkapar tidak berdaya, sepertinya masih bernafas
Orang yang menghajar Yono berbalik ke arah Zalynda. Refleks Zalynda memundurkan tubuhnya. Orang itu mendekat, terlihat membuka pakaian atasannya
"Sial! Lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.." bathin Zalynda sambil terus mundur
Ternyata orang itu memakaikan jasnya di tubuh Zalynda
"Kamu nggak apa-apa Za?"
Za termangu. Suara itu!
Za menatap orang yang menolongnya. Kilatan petir memberikan sedikit cahaya untuk melihat wajah sang penolongnya
"Rayhan.."
Za merasa sangat lega. Gadis itu langsung menubruk Ray dan menangis di dada pemuda itu. Ray hanya terdiam tidak balas memeluk Zalynda.
"Ayo kuantar pulang, Za.." Kata Ray sambil memapah Zalynda.
Zalynda menurut. Gadis itu sedikit meringis, nampaknya lututnya terluka saat jatuh di bebatuan tadi. Keduanya berjalan perlahan, meninggalkan Yono yang masih terkapar sambil mengerang
***
Ray mendudukkan Zalynda di lantai kamar kost gadis itu. Terlihat luka di lutut Zalynda.
"Ada obat?" Tanya Ray
Zalynda menggeleng "Dibersihkan pakai air saja. Nanti juga sembuh."
Ray menghela nafas. Pemuda itu membuka kemejanya yang basah kuyup. Zalynda tidak sengaja melihat otot-otot tubuh Ray yang menggoda. Segera gadis itu menunduk.
"Boleh pinjam handuk?" Tanya Ray lagi
Zalynda langsung mengambil handuk bersih dari lemari dan memberikan ke Ray tanpa menoleh ke arah pemuda itu. Ray memindai tubuh Zalynda yang basah kuyup serta kotor karena tanah.
"Sebaiknya kamu mandi Za." kata Ray sambil membalikkan badannya
Zalynda mengangguk. Gadis itu cepat mengambil handuk dan melilitkan ke badannya.
"Ini..jas nya. Maaf basah.." kata Zalynda sambil menyerahkan jas milik Ray
Dook..dook..dook
Ray dan Zalynda refleks berpandangan mendengar pintu kamar kostnya digedor-gedor dari luar. Segera Ray membuka pintu. Tampak ibu kost, bapak kost dan beberapa ibu-ibu tetangga
"Linda! Beraninya kamu mesum di kost-kostan saya!" Bentak bapak kost Zalynda
Mata Zalynda membulat "Apa?! Saya tidak.."
Sesaat Zalynda tersadar dengan tampilan dirinya dan Ray. Siapapun yang melihatnya pasti langsung berfikiran negatif
"Linda! Ibu nggak sangka! Kirain kamu teh alim!" Teriak ibu kost Zalynda
Zalynda menggeleng cepat
"Pak, bu..ini salah faham. Kami nggak.."
"Alaah, mana ada maling ngaku!" Kata seorang ibu tetangga dengan lantang
Zalynda menatap Ray seolah ingin meminta pertolongan penjelasan. Namun yang di pandangi malah terdiam dan menatap ibu dan bapak kost Zalynda dengan pandangan datar
"Ish benar-benar!" Bathin Zalynda kesal
"Udah pak, kita nikahin aja mereka daripada berbuat dosa. Nanti kita yang kena azab!" Kata ibu kost Zalynda
Mata Zalynda langsung membola
"Apaaa?!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
auliasiamatir
horeee nikah...
2021-12-18
1
Meera
Digrebek warga 😂👍
2021-12-10
1
Sanjani
hai kak aku juga ikutin jejak kakak ya, aku mampir nih dikarya kakak.yok saling dukung
2021-12-08
1