Ray memperhatikan bagaimana dokter Husna memeriksa Zalynda dengan seksama.
"Bagaimana dok?" Tanya Ray saat melihat dokter Husna melepaskan stetoskopnya
Dokter Husna adalah anak dokter Adnan, bisa di katakan mereka adalah dokter keluarga Frederick dan Al Farobi. Dokter Husna pun mengenal Ray sedari kecil. Sempat wanita itu terheran-heran saat melihat Ray membopong seorang gadis yang pingsan dan hanya mengenakan pakaian luar saja
Dokter Husna menatap ke arah Ray tajam
"Apa kau mulai jadi anak nakal, Ray?" Tanya dokter Husna
"Hah? Maksudnya?"
"Gadis ini.." dokter Husna melihat ke arah Zalynda. Wanita itu menghela nafas dan kembali memandang Ray
"Dia pingsan karena ketakutan. Dia juga tidak mengenakan pakaian dalam. Untung saja aku yang bertugas jaga di UGD malam ini. Jadi..apa yang sudah kau lakukan padanya?"
Ray mengusap wajahnya. Tidak mungkin ia menceritakan pernikahan dadakannya dan hal yang tadi akan dilakukannya pada Zalynda ke dokter Husna
"Apa kau menculiknya dan hendak memperkosanya, Ray?" Tanya dokter Husna pelan
Ray langsung terbelalak mendengar kata-kata dokter Husna. Raya langsung menatap tajam ke arah dokter Husna
"Dokter, anda mengenalku dari kecil. Anda tahu aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu." Nada suara Ray sedikit meninggi. Dua perawat jaga di depan melirik ke arah bed Zalynda
Dokter Husna menghela nafas lega
"Baguslah. Justru itu aku tanya tadi. Gadis itu pingsan karena serangan panik, tensinya drop. Untungnya kau segera membawanya kemari."
Dokter Husna kembali melihat ke arah Zalynda
"Sebaiknya kau urus administrasi di depan. Gadis ini butuh observasi setidaknya satu hari."
Ray menggeleng
"Bisakah untuk observasi kau datang ke apartemenku, dokter?"
Kening dokter Husna berkerut "Kenapa di apartemenmu? Disini alat-alat lebih lengkap. Aah, apa kau khawatir ayah bunda mu tahu akan kasusmu dengan gadis ini?"
Ray terdiam sesaat sambil menatap dokter Husna. Lalu mengangguk perlahan. Ray harus menemukan waktu yang tepat untuk memberitahu Aya dan Ardhi
Bisa dibayangkan ketika Aya dan Ardhi mengetahui dirinya di grebek warga dan dinikahkan paksa, betapa kecewanya mereka. Di mata Aya dan Ardhi, Ray adalah sosok sempurna tanpa cela
Dokter Husna tersenyum
"Tidak usah khawatir. Rahasiamu aman di sini. Besok juga hari minggu, ayahku tidak bertugas di RS. Sekarang, pergi urus administrasi di depan."
Ray menatap Zalynda yang masih terpejam. Pemuda itu membelai lembut kepala Zalynda, kemudian melangkah gontai menuju ruangan administrasi
Baru beberapa langkah, Ray berhenti dan berbalik menatap dokter Husna
"Dok.."
"Ya?"
"Ini tidak seperti yang anda pikirkan.."
Dokter Husna tersenyum sambil mengangguk pelan "Aku tahu. Aku percaya padamu."
Ray pun balas tersenyum. Segera dilangkahkan kakinya keluar UGD menuju ruangan administrasi
***
Ray menatap Zalynda yang sedang tertidur dengan nyenyak. Di UGD tadi sebetulnya Zalynda sudah siuman dan ingin segera pulang. Namun dokter Husna berkeras ingin mengobservasi Zalynda karena menurut cerita Ray, gadis itu sempat sesak nafas dan gemetar
Dokter Husna menyuntikkan obat agar Zalynda bisa beristirahat dengan nyaman malam ini. Dokter Husna pun memberikan Ray salep untuk meminimalisir lebam
Mata Ray memicing. Terlihat jelas sekarang di pipi Zalynda sedikit memerah. Mungkin pria di gang tadi memukulnya. Karena ini dokter Husna sedikit curiga dengan Ray.
Ray sedikit menyesal karena tidak terlalu memperhatikan kondisi Zalynda
"Maafkan aku, Za.." bisik Ray sambil membelai perlahan pipi Zalynda.
Ray kemudian memandangi handphone nya. Bila ada masalah, ia selalu bercerita ke Ardhi. Namun untuk kali ini, Ray lebih memilih orang lain untuk membantu meringankan beban hatinya. Segera pemuda itu mendial sebuah nomor melakukan video call. Beberapa kali panggilannya tidak terangkat, sampai akhirnya..
"What The F*** Ray! Lo tahu jam berapa ini?!" Terlihat di layar seraut wajah kesal yang mengangkat teleponnya
Ray terkekeh melihat Lean yang berantakan. Ray yakin, ia telah menggagalkan sesuatu hanya dengan melihat wajah kesal Lean
"Assalamu'alaykum, brother." Sapa Ray sambil menahan tawanya saat melihat Lean mengambil piyama dan menutupi tubuhnya
"Wa'alaykumussalam, ada apa?! Awas kalau tidak penting." Kata Lean galak.
Ray makin terbahak, kemudian ia tersadar ia sedang berada di kamar rawat Zalynda. Segera Ray pergi keluar kamar sambil memasang earpod nya
"Ini penting. Gue mau bicara berdua sama elo.." Kata Ray, kali ini lebih serius
"Hmm.. sebentar." Lean terdengar meminta ijin Ina untuk keluar dari kamar. Lean menyorot kamera ke arah wajah cantik Ina
"Na, abang pinjam Andre sebentar ya."
"Iya bang." Jawab Ina sambil melambaikan tangan
Terlihat Lean beranjak pergi dari kamar menuju ke ruangan lain. Entah dimana itu. Baru terlihat jelas saat Lean meletakkan handphone nya. Lean pergi ke ruang kerjanya
"Jadi, ada apa?"
Ray menarik nafas panjang
"Gue udah nikah."
Lean terdiam tidak merespon ucapan Ray sampai Ray merasa sinyalnya sedikit bermasalah
"Ndre, elo denger gue?"
"Denger. Gue lagi nggak mood di prank ya Ray. Gue punya kegiatan yang jauh lebih pen.."
"Gue serius. Gue udah nikah." Ray memotong kalimat Lean saat melihat Lean bergerak hendak mematikan sambungan telepon video
Lean kembali menatap Ray tidak percaya
"Elo nikah nggak ngabarin gue sama Ina? Sialan lo!" Bentak Lean marah
"Ndre, denger dulu.."
"Gue nggak ngebayangin kecewanya Ina kalo denger ini!"
"Gue digrebek warga!" Ray sedikit mengeraskan suaranya.
Pemuda itu celingukan ke kanan dan kiri takut ada yang mendengar. Untungnya Rumah Sakit sudah sepi. Hanya terlihat beberapa perawat yang lalu lalang
"What?! Digrebek gimana maksud elo?"
"Yaa..gitu lah.."
Lean terlihat menggelengkan kepalanya
"Sama siapa?"
"Zalynda."
"Whaat?!"
Ray menghela nafas kemudian menceritakan kejadian mulai dari Ray selalu membuntuti Zalynda setiap hari dari toko kue setelah lepas dari club XX hingga kejadian nikah mendadak.
"Elo gila, bro.." kata Lean saat Ray mengakhiri ceritanya
"Gue tahu.."
"Ternyata Ray Eagle lebih gila dari gue.."
"Thanks, gue anggap pujian."
Lean menghela nafas
"Elo lebih tahu lah dari gue kalau nikah itu nggak main-main. Elo nggak ada niatan habis di grebek warga, nikah trus cerai in dia kan?"
Ray menggeleng
"Walaupun ini keputusan mendadak, tapi gue nggak punya niatan cerai, Ndre. Apalagi lihat kisah hidupnya, lihat apa yang terjadi sama dia. Gue nggak mau nambah list kesedihan dia."
Lean terkekeh "Baguslah. Elo emang cinta banget sama dia dari dulu."
Ray ikut tertawa kecil.
"Terus elo dimana ini?"
"Rumah Sakit."
Kening Ray berkerut saat melihat Lean menyeringai
"Rayhan Putra Farobi..elo memang maniak ternyata." Lean terkekeh. Wajah Ray langsung terasa panas
"Ini bukan seperti yang otak lo pikirin, Ndre!" Bisik Ray tajam
Ray kemudian menceritakan kejadian saat di apartemennya. Tidak secara detail, hanya garis besarnya saja. Lean mengangguk-angguk
"Makanya lain kali lihat-lihat dulu. Asal main nyosor, begitu kejadiannya."
"Emangnya gue angsa nyosor-nyosor?"
"Dasar pemula." Ejek Lean sambil tertawa. Ray hanya mesem-mesem tidak bisa membalas
"Kayaknya Za punya trauma tersendiri, Ray. Mungkin elo bisa bantu dia buat sembuh selain ke psikiater." Kata Lean
"Menurut elo gitu?"
"Iya, buktinya gue. Sembuh dengan bantuan cinta dari istri tercinta."
Ray hanya memutar bola matanya. Lean memang seperti kata Ian dan Endra, bucin maksimal ke Ina. Namun Ray bersyukur, adiknya berada di tangan yang tepat
"Elo cerita ke ayah?" Tanya Lean
"Please, gue cuma cerita ke elo. Jangan berani-berani elo cerita ke Ina ya." Kata Ray
"Elo kan tahu gue nggak bisa sembunyiin apapun dari Ina, Ray!"
"Gue nggak mau tahu. Pokoknya jangan cerita-cerita sampe gue yang cerita."
Lean mendesah. "Oke lah, gue tutup dulu. Elo segera istirahat, udah malem banget di sana kan. Gue juga mau tidur."
"Eh, nggak jadi ngelanjutin kegiatan elo?"
"Nggak, Ina paling udah tidur. Thanks to you." Kata Lean sarkas
Ray terkekeh "Sorry ya. Thanks udah mau ngeluangin waktu elo."
Lean tersenyum "Anytime, bro."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
auliasiamatir
senang punya ipar pengertian
2021-12-19
2
💐iLs DyDzu💐
seru juga cerita nya Thor😊
2021-11-26
1