"Lin, kalo mamah mau meninggal jangan ditinggalin ya.."
"Ih mamah, jangan ngomong begitu."
"Ck, pokoknya! Bantuin mamah ngucapin Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasulullah."
"Apa itu?"
"Pokoknya weh kitu. Jangan di setrum-setrum pake kayak di film tea. Takut mamah."
Itu adalah percakapan satu minggu lalu Rina dengan Linda
***
Alat kardiogram di sisi Rina berbunyi stabil. Linda yang baru saja datang langsung menuju kursi di samping bed Rina
Sekilas dokter mengatakan ada trauma di kepala akibat benturan keras. Linda tidak terlalu memahaminya, ia hanya tahu ibunya menjadi korban tabrak lari. Gadis berusia 8 tahun itu duduk menatap ibunya yang terbebat di kepala dan lengan
Perlahan Linda menyentuh tangan Rina
"Mah.."
Mata Rina perlahan terbuka. Pandangannya pelan menuju ke arah Linda. Terlihat Rina tersenyum kecil
"Anak mamah .. yang paling baik.." Linda berusaha menggerakkan tangannya membelai pipi Linda, menghapus airmata di pipi Linda
Andri menatap Rina dan Linda dengan terharu. Sepengetahuannya, Linda memang hanya tinggal berdua dengan ibunya.
Mata Rina mengerjap perlahan,mengatur nafas hendak menyampaikan sesuatu
"Mah, isirahat aja." Linda membelai tangan Rina dan menciuminya. Air matanya mulai menderas
"Lin..kalau..ada.. apa-apa..sama..mamah..kamu..haah..haah.."
"Bu, ibu istirahat saja dulu." Kata Andri yang langsung bergerak ke sisi Linda
Rina menggeleng pelan
"Cari..tuan Wijaya.. alamatnya..di buku..hitam..mamah..lengkap..sama..nomor..telepon.."
Rina memandang Andri dengan mata memohon
"Tolong..Linda..di..antar..ya..pak..Andri.."
Andri menggigit bibirnya. Kemudian mengangguk pelan
Mata Rina mulai melihat ke arah atas bergantian. Linda memegang tangan Rina. Gadis kecil itu sudah memiliki feeling kalau waktu Rina sudah dekat.
"Bapak panggil dokter." Kata Andri yang langsung pergi
"Laa..laa.."
Linda tercekat, gadis itu mendekatkan bibirnya ke telinga Rina. Menuntunnya perlahan
"Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasulullah.."
Mulut Rina bergerak-gerak. Air matanya menetes
"Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasulullah.."
Kembali Linda menuntunnya, berkali-kali.
"Laa..ilaaha..Illallaah..Mu..hammadur..Ra..sulullah.." Terbata-bata Rina mengucapkannya. Kemudian matanya terpejam. Alat kardiogram itu berbunyi nyaring, menampakkan satu garis lurus
"Permisi.." seorang dokter mendorong Linda ke belakang. Andri dengan sigap menahan tubuh kecil Linda. Linda tidak melihat apa yang dilakukan oleh dokter. Matanya sudah tertutup oleh air mata
Dokter itu menghela nafas dan melihat ke jam. "Waktu kematian pukul 11.25."
***
Sudah tiga hari semenjak Rina di makamkan. Linda kini hidup sebatang kara. Kebutuhan pangannya rutin diantar oleh ibu-ibu PKK
Beberapa ibu-ibu tetangga menemaninya hanya beberapa hari, selebihnya mereka hanya ikut mengantarkan lauk sekadarnya. Linda benar-benar sendirian sekarang
Rina membawa Linda ke desa seorang diri tanpa adanya lelaki berpredikat suami yang mendampingi. Rina juga tidak pernah mengatakan apapun tentang diri mereka kepada para tetangga
Beberapa tetangga memang selalu menggunjingkan diri Rina dan Linda yang tidak memiliki seorang ayah. Ada yang mengatakan Rina ditinggalkan suaminya, bahkan lebih parah ada yang mengatakan Rina hamil diluar nikah. Beberapa pertanyaan kerap dilontarkan para tetangga baik secara langsung ataupun tersirat
Namun Rina tetap bungkam. Tahun berganti, para tetangga di sana pun tidak lagi mengusik kehidupan Rina dan Linda. Selain karena Rina pekerja keras dan selalu berbaik hati pada tetangganya.
Lagipula Rina bukan ancaman bagi ibu-ibu di sana. Dengan luka parut di wajahnya, membuat ibu-ibu di sana tenang, setidaknya suami mereka tidak akan tergoda oleh fisik Rina
Linda pun tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan rajin. Walau Linda sedikit tidak percaya diri karena status yang menempel pada dirinya.
Linda pun tahu, ia tidak boleh selamanya bergantung pada tetangga. Ia tidak boleh merepotkan mereka. Linda juga harus memenuhi amanat terakhir Rina, mencari tuan Wijaya
***
"Pak, Linda mau cari tuan Wijaya sesuai permintaan mamah.." kata Linda saat menemui Andri di sekolah
Andri menatap Linda sambil menghela nafas. Gadis ini sedikit keras kepala, entah menurun dari siapa
"Emang Linda tahu mau cari di mana?"
Gadis kecil itu menyodorkan buku Rina. Di situ tertulis lengkap alamat tuan Wijaya beserta nomor teleponnya.
"Linda punya uang?"
Lagi-lagi gadis itu mengangguk sambil menunjukkan kartu atm Rina
"Mamah suka ngajak Linda ambil duit di box dekat bank Beri. Pencetin nomer, keluar uangnya." Kata Linda polos
Andri tertawa. Yang di maksud box oleh Linda pastilah gerai ATM
"Ya sudah, nanti bapak ijin ke kepala sekolah nganterin kamu."
***
Tuan Wijaya menatap haru sesosok gadis kecil di depannya. Parasnya tidak jauh berbeda dengan Farah. Namun yang membedakan adalah rambut gadis itu. Farah berambut hitam panjang dan bergelombang, sedang Linda berambut lurus
"Kamu..anak Fa.. ehm, Rina?"
Mata Linda mengerjap melihat tuan Wijaya. "Iya, pak."
"Dimana Rina?" Tanya tuan Wijaya sambil melihat ke belakang Linda
"Bu Rina sudah meninggal karena kecelakaan pak.." Andri menjawab pertanyaan tuan Wijaya
"Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun.. terus kamu sama siapa nak?" Tuan Wijaya menatap ke arah Linda. Tuan Wijaya menekuk lututnya, mensejajarkan tingginya dengan Linda
"Sendirian pak. Kata mamah, Linda disuruh cari bapak."
"Maaf, kalau boleh tahu anda siapanya bu Rina?"
"Bisa dibilang saya omnya. Saya sepupu ayahnya Rina."
"Berarti anda kakek Linda?"
Mata tuan Wijaya memandang Linda. Bibirnya tersenyum sembari mengangguk. Biarkan orang tahu, Linda adalah anak Rina. Yang penting, gadis itu sudah ada bersamanya sekarang
"Panggil kakek ya, nak. Kakek akan merawat Linda di sini." Tuan Wijaya membelai lembut kepala Linda
Linda tersenyum seraya mengangguk
***
"Siapa itu Om?" Tanya Yono yang kebetulan bertandang ke rumah tuan Wijaya. Yono melihat Linda sedang bermain dengan boneka yang baru saja dibelikan tuan Wijaya
Setelah menikah, Yono memilih tinggal di rumah yang berbeda dengan tuan Wijaya. Namun kedatangannya kali ini adalah untuk membujuk tuan Wijaya agar ia diperbolehkan tinggal di rumah tuan Wijaya
Perusahaan Yono mengalami kebangkrutan akibat kegemarannya berjudi. Terpaksa rumahnya di sita oleh Bank untuk menutupi hutang perusahaannya
Sebetulnya ia masih memiliki banyak hutang, karena itu ia mengincar perusahaan tuan Wijaya. Ia ingin menguasai perusahaan dan harta dari tuan Wijaya
"Dia anak yang di bawa Rina." jawab tuan Wijaya
Yono terkejut, dengan cepat menoleh tuan Wijaya
"Anak Farah?" Desis Yono
Yono memandang Linda yang sedang bermain sendiri
"Sial! Kalau begini akan susah mengambil perusahaan om Wijaya." Rutuk Yono dalam hati.
Terlihat Diva, anak Yono mendekati Linda. Dengan cepat Diva merebut mainan Linda. Linda berusaha mempertahankannya namun Diva mendorong Linda kuat-kuat sehingga gadis kecil itu terjerembab ke belakang
Seketika Yono tersenyum licik
"Diva! Nggak boleh begitu!" Kata Yono keras
Diva menatap Papanya tidak percaya. Baru kali ini Yono membentaknya
Yono menghampiri Linda dan mengelus kepalanya. Lalu melihat ke arah Diva dan menariknya
"Ikut Papa!"
Diva memberontak sambil berteriak tidak terima. Yono membawa Diva masuk kedalam kamar tamu, tempat ia dan keluarganya akan menginap
"Mas, kamu bentak Diva?!" Kata Anggun istri Yono dengan suara meninggi
"Iya, Papa kenapa sih malah belain anak kampung itu?!" Protes Diva
Yono membelai kepala Diva sambil berkata dengan pelan
"Kalian tahu itu siapa? Dia anak Farah! Cucu kandung om Wijaya."
Anggun langsung menutup mulutnya "Anak Farah? Lalu bagaimana rencana kita?"
"Siapa Farah?" Tanya Diva. Bocah berusia 7 tahun itu sudah banyak bertanya. Yono mengkode agar Diva diam dan mendengarkan
"Kita bisa memanfaatkan anak itu. Kalau di depan om Wijaya, kalian harus baik padanya. Om Wijaya akan mengijinkan kita tinggal di sini karena cucunya pasti butuh teman sepermainan." Yono langsung memandang Diva
"Ih gelay! Diva nggak mau!" Kata Diva sambil melotot
"Pura-pura aja. Kan kita bisa tinggal di sini gratis lho." Kata Yono
"Iya, kamu suka di sini kan? Ada kolam renang, ada sopir, banyak mobilnya. Cuma pura-pura kalau di depan kakek Wijaya. Nanti mama beliin mainan yang kamu mau di mall." Bujuk Anggun
Diva menghembuskan nafas kasar dan mengangguk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
auliasiamatir
ya Allah... manusia manusia tikus harta
2021-12-16
1
anggita
mampir sja.
2021-10-19
1