"Za.."
Zalynda tersentak mendengar suara Ray. Segera di seka nya airmatanya
"Ray.. apa aku membangunkanmu?" Tanya Zalynda berusaha mendatarkan suaranya
Jempol Ray menyeka air mata yang masih berada di sudut mata Zalynda
"Kok nangis?"
Zalynda menatap lekat mata Ray
"Aku.."
"Aku takut terlalu nyaman denganmu, Ray. Aku takut terlalu dalam terperosok dalam perasaan ini, aku takut mengakui kalau..kalau aku jatuh cinta padamu sejak dulu dan sekarang perasaan itu semakin membesar..
Aku tahu kau tidak mencintaiku, kau melakukan ini karena kasihan padaku, karena aku temanmu kan? Aku sadar akan hal itu, karena itu aku takut..
Kau sudah menikah dan kalau istrimu tahu akan diriku, apakah kau akan membuangku begitu saja? Apa kau akan menceraikan ku?
Harusnya aku pergi selagi bisa.. Sebelum terperosok jauh dan aku tidak punya kekuatan untuk bangkit.."
"Za? Kok bengong?" Tanya Ray membuyarkan lamunan Zalynda
Kata-kata panjang itu hanya berani Zalynda ungkapkan dalam benaknya saja. Zalynda mengerjap cepat
"Nggak apa-apa Ray.."
Zalynda melepaskan pelukan Ray dan bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebetulnya badannya sedikit tidak enak karena kedinginan dan kehujanan semalam. Zalynda jarang menggunakan air panas untuk mandi, namun pagi ini Zalynda menggunakannya
Zalynda berusaha tidak menggubris rasa menggigil yang menggigit. Mungkin dengan minum teh panas dan sarapan sedikit membuat badannya lebih segar - pikir Zalynda
Zalynda mengintip dari pintu kamar mandi. Zalynda tidak mendapati Ray berada di dalam kamar. Pemuda itu pasti sudah menuju masjid di dekat apartemen untuk melaksanakan shubuh berjamaah
Zalynda bernafas lega. Gadis itupun segera berpakaian dan bersiap melaksanakan kewajiban 5 waktunya
Matanya tertumbuk pada dua buah buku di kasurnya. Kening Zalynda berkerut saat melihat dua buku berwarna hijau dan merah
"Buku nikah?" Gumam Zalynda
***
Yono meringis saat Anggun mengoleskan obat ke wajah Yono.
"Kamu mas, pulang pagi dengan wajah babak belur begini. Kamu berantem dimana?" Tanya Anggun saat menotolkan obat ke luka Yono
"Duh! Kamu bisa pelan-pelan nggak ngobatinnya?!" Kata Yono sedikit keras
Anggun langsung melotot sambil menempelkan telunjuknya di bibir
"Jangan berisik! Om Wijaya masih di kamarnya. Kamu udah beberapa kali dapat peringatan dari om Wijaya." Bisik Anggun
Yono menghembuskan nafasnya dengan kasar
"Ngomong-ngomong kemarin aku lihat ada notif m banking, ada yang transfer 200 juta. Kok kamu nggak cerita-cerita mas?" kata Anggun sambil meniupi luka dan lebam Yono
Yono melirik Anggun. Anggun tidak mengetahui kalau Yono mendapat 200 juta itu dengan menjual Zalynda pada pemilik club XX
"Ada kerjaan terus goal. Ini karena ada yang iri jadinya aku dipukuli begini." Yono mengarang cerita
Anggun mendesah
"Ya udah, ke dokter aja. Ohya, udah lama aku sama Diva nggak kesalon. Boleh dong aku minta jatah salon?" Rajuk Anggun sambil bergelayut manja di lengan Yono
Yono mendecih "Kalau urusan duit, manisnya minta ampun."
"Yah mas, aku dan Diva juga kan butuh untuk menunjang penampilan kami dengan ibu-ibu sosialita dan teman-teman Diva. Siapa tahu ada ibu-ibu kaya yang mau ngambil Diva jadi menantu kan lumayan." Anggun terkekeh
Yono terkekeh. Usul Anggun tidak buruk. Bukankah bagus memiliki besan yang kaya raya?
"Emang udah ada targetnya?" Tanya Yono sambil mengusap-usap ice bag di bagian memar pipinya
"Kamu tahu nggak mas, geng arisan emas ada nyonya Al Farobi lho."
Mata Yono menyipit "Al Farobi? Ardhi Al Farobi?"
Anggun mengangguk
"Kamu kan tahu keluarga om Wijaya ada masalah dengan keluarga Al Farobi. Apalagi nyonya Aya yang kayaknya nggak pernah melupakan perlakuan Farah dulu."
Anggun berdecak kesal
"Ya aku nggak sebodoh itu lah mas. Aku tidak pernah menyebutkan kita masih ada hubungan keluarga dengan om Wijaya. Aku hanya menyebutkan nama keluarga kita."
Yono menatap Anggun
"Jangan-jangan kamu ngincer besanan sama keluarga Al Farobi?"
Anggun tertawa
"Apa salahnya? Mereka punya anak lelaki sulung yang kabarnya sangat tampan dan kaya raya. Kan bagus kalau bisa jatuh cinta sama Diva."
Yono menggeleng-gelengkan kepalanya. Yono akui kadang pemikiran Anggun lebih encer dari pemikirannya
"Jadi.. Mana 75 juta buat kami?"
***
Bau wangi masakan memenuhi apartemen Ray. Ray mencium wanginya saat membuka pintu dan langsung menuju ke dapur
"Wangi banget masakannya, Za." Kata Ray sambip melihat kopi krimernya sudah berada di atas meja. Ray tersenyum
"Eh maaf Ray, menyengat ya? Ini aku masak yang ada di kulkas aja." Kata Zalynda sambil menata tumis oncom kemangi dan telur mata sapi di piring
Ray tertawa kecil. Untung kemarin saat pulang mengantar Zalynda ke toko bu Edah, Ray bertemu bapak penjual sayur yang sedang duduk kelelahan memikul dagangannya
Karena kasihan, Ray membeli beberapa dagangannya tanpa menawar. Ray juga tidak tahu nama-nama yang dibelinya kemarin. Ternyata Zalynda bisa mengolahnya dengan baik
Ray mencicipi tumis oncom Zalynda. Pemuda itu langsung memberikan jempol pada Zalynda.
"Bekelin dong, biar bisa dimakan di jalan sambil nganter kamu." Kata Ray hendak bersiap-siap
"Ng..aku naik motorku aja Ray." Ucapan Zalynda membuat Ray memutar tubuhnya. Pemuda itu menatap Zalynda tajam
"Kenapa nggak mau dianter?"
"Please jangan terlalu baik padaku, Ray. Aku takut makin bergantung padamu.." bathin Zalynda sambil menggigit bibirnya
"Aku nggak mau ngerepotin.." kata-kata itu yang terucap dari bibir Zalynda.
Ray menarik sudut bibirnya "Nggak mau ngerepotin atau nggak mau terlalu nyaman, Za?"
Zalynda terkejut. Ray mengingat ucapannya kemarin pagi.
"Berarti kamu belum percaya sepenuhnya ke aku ya?" Tanya Ray lagi
Zalynda menunduk. Gadis itu berbalik dan menyiapkan kotak bekal Ray. Saat berbalik, Zalynda melihat Ray keluar dari kamarnya membawa dua buku yang ia lihat di kasurnya tadi shubuh
Ray meletakkan buku nikah di depan Zalynda
"Buku nikah kita. Pernikahan kita sah secara agama dan hukum negara. Kamu masih ragu sama keseriusanku ngurusin kamu?"
Kening Zalynda berkerut sambil membuka buku nikah yang diberikan Ray. Tertulis namanya dan nama Ray di situ
"Kok bisa.." desis Zalynda pelan, namun masih terdengar oleh Ray
Ray mendengus
"Bisa lah, kan aku urusin. Kamu lupa bapak kost kamu petugas KUA? Kemarin habis nganterin kamu, aku langsung ke kost kamu dan bicara sama bapak kost juga tante Ima. Berkat mereka, kita cepet punya buku nikah." kata Ray sambil menyeruput kopi krimernya
Kening Zalynda makin berkerut saat melihat status Ray.
"Kamu perjaka?" Tanya Zalynda polos. Karena setahu Zalynda Ray sudah menikah sebelum dinikahkan paksa dengannya
"Uhuuk.. uhuuk.." Ray terbatuk mendengar pertanyaan Zalynda. Wajah Ray langsung merah padam
"Za, walau aku bukan orang yang religius tetapi aku dididik dan dibesarkan orang tuaku sesuai norma agama yang dijunjung tinggi!" Ucap Ray dingin
Ray berbalik dan meninggalkan Zalynda
"Ck, bisa-bisanya dia meragukanku.." gumam Ray pelan. Ray menutup pintu kamarnya dengan sedikit keras membuat Zalynda sedikit terlonjak
Zalynda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kok marah sih? Kan aku tanya. Kalau sudah menikah lalu bisa dapat buku nikah lagi, berarti istri Ray setuju poligami? Dan statusnya harusnya bukan perjaka kan? Atau Ray nyogok petugas KUA? Kok dia marah sih?" Bisik Zalynda sambil melihat kearah pintu kamar Ray
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
auliasiamatir
za .. za ..
2021-12-19
0
Michie
ray masih perjaka ting ting
2021-10-11
1
Bunnycutie
semangat thor, udh aku vote n kasih kopi biar kuat begadang 🤭🤭🤭
2021-09-27
1