Ray menatap undangan Marvin. Kertas linen dominasi krem dan gold dengan pita cantik di amplopnya
"Akhirnya salah satu dari kita melepas masa lajangnya." Kata Mike sambil mengangkat gelasnya
Mereka berempat, Ray, Marvin, Mike dan Agus sedang berada di cafe langganan mereka
"Haah.. siapa sangka tiga minggu lagi Marvin benar-benar menikah sama Ghea, sang ratu bumi." Agus angkat bicara
Ketiganya tertawa, mengingat dulu Marvin sempat mengata-ngatai Ghea sebagai Hippie Butut. Marvin hanya mesem-mesem di goda sedemikian rupa
"Pemberkatan di gereja sabtu pagi. Lalu langsung lanjut ke gedung sore untuk pesta." Kata Marvin mengalihkan pembicaraan
"Berarti kita pagi udah ngumpul ya. Groomsmen nggak boleh telat." Ujar Mike mengingatkan sahabat-sahabatnya
"Bawa pasangan juga? Ghea udah punya bridesmaids kan?" Tanya Agus memastikan
"Ntar gue dateng sama pacar baru gue. Jangan pada naksir ya." Kata Mike sedikit sombong
Agus hanya memutar bola matanya sementara Ray hanya menarik ujung bibirnya menanggapi ocehan Mike
"Gue dateng sama elo aja deh Ray, calon ipar yang nggak jadi." Kata Agus sambil terbahak. Ray melirik ke arah Agus.
Dibalik tawa Agus sebetulnya pemuda itu menyimpan sedikit patah hati karena tidak mendapatkan Ina. Namun Ray lebih setuju jika Ina bersama Lean walau dulunya mereka adalah musuh di kampus
"Ray, elo udah ketemu Za?" Tanya Marvin membuyarkan lamunan Ray
Agus dan Mike langsung menatap ke arah Marvin
"Za? Zalynda?" Tanya Agus
"Yes, the one and only Za.." kata Marvin
Ray menggeleng "Nggak. Waktu itu gue ke toko kue bu Edah nggak lihat dia."
"Elo nggak kesana lagi besoknya?" Tanya Marvin
"Nggaklah, kan gue nganter Ina ke Prancis nyusul Andre." Kata Ray sambil meneguk soda dinginnya. Kerongkongannya terasa kering setelah membicarakan Za
"Ina apa kabarnya Ray?" Akhirnya Agus memberanikan diri menanyakan kabar Ina
Ray menatap sahabatnya. Bibirnya tertarik ke atas "Baik. Dia lagi hamil."
"Ck..tokcer juga Andre. Hilang sudah harapan gue.." kata Agus sambil menepuk keningnya
"Tenang, ntar gue kenalin sama temen-temen Ghea." Kata Marvin menghibur Agus
"Ohya, gue ingetin minggu depan kita ketemu di Club XX jam 8 malam." Kata Mike sambil mengangkat gelasnya, disambut oleh Agus dan Marvin
Ray refleks menatap Mike "Gila lo. Gue bisa dibunuh ayah kalo ketahuan pergi ke club itu!"
Mike nyengir "Emang bokap elo tahu club XX Ray?"
Ray mendelik. Ardhi jelas tahu club XX yang terkenal di kalangan para pengusaha, walau Ray yakin Ardhi tidak pernah masuk ke dalamnya. Atau pernah ya?
"Pilih tempat lain aja, Mike. Ke villa gue deh di Bogor." Ray mencoba bernegosiasi
"Gue udah ngasih panjer ke pengelola club buat private bachelor party nya Marvin. Kalo dibatalin duit nggak balik lah."
"Set dah! Dimana-mana bachelor party itu kejutan, ini malah ngomong depan gue." Kata Marvin sambil melempar tissue makan bekas ke arah Mike
Mike hanya mencebik mendengar ucapan Marvin
"Udah lah Ray, sesekali ke club nggak bakal mencoreng citra baik elo kok." Ujar Agus mencoba membujuk Ray
Ray hanya geleng-geleng. Bukan citra baik, Ray hanya tidak pernah ke club sepanjang hidupnya. Dalam bayangannya, club seperti tempat dugem dengan musik menghentak yang bikin pusing kepala. Ray lebih menyukai keheningan sebetulnya
"C'mon brother. Elo gak bakal nyesel deh." Kata Mike berjanji
***
Hari ini, hari Sabtu. Toko kue tutup lebih malam karena banyak pelanggan yang datang baik untuk memesan atau membeli langsung.
Zalynda merenggangkan tangannya. Shift nya sudah berakhir hari ini. Bekerja di toko kue ternyata sangat melelahkan. Namun Zalynda senang karena memiliki banyak pengalaman dan skill nya pun bertambah
"Bu Edah, Za pulang dulu ya." Pamit Zalynda saat melewati ruangan bu Edah. Wanita bertubuh subur itu hanya mengangguk sambil melambaikan tangan karena sedang menelepon
Zalynda segera menuju ke parkiran motor di samping gedung toko kue. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Belum terlalu malam sebetulnya untuk kota Jakarta, tetapi tempat parkir toko kue itu agak menjorok masuk ke gang sehingga terasa sepi
Zalynda bergegas memakai helm kecil dan mengenakan jaketnya. Saat ia hendak menstater motornya, seseorang merebut kunci motornya
Zalynda terkejut dan segera menoleh. Matanya membola melihat orang yang selama ini di hindarinya
"Om Yono.."
Yono menyeringai "Akhirnya ketemu juga kamu, cantik.."
Alarm tubuh Zalynda langsung menyatakan bahaya dan harus segera berlari menjauh dari tempat itu, terlebih tempat itu sepi
Zalynda segera turun dan berlari. Namun Yono lebih dulu menyambar pinggang Zalynda dan mendorongnya hingga menubruk dinding pembatas. Beruntung Zalynda menggunakan helm. Kalau tidak kepalanya sudah terbentur
"O-om Yono.."
"Kenapa takut melihat om, Za?" Tanya Yono sambil mendekati Zalynda. Tangan Yono melepas helm Zalynda perlahan, lalu memeluk pinggang Zalynda dan merapatkan tubuh gadis itu ke tubuhnya. Tercium bau rokok dari mulut Yono, membuat Zalynda memalingkan wajahnya
Yono menatap Zalynda dengan pandangan liar. Yono mencengkram pipi Zalynda dan memaksa gadis itu melihat dirinya. Terlihat sorot mata Zalynda nampak marah dan ketakutan, maniknya berkaca-kaca
"Kamu nggak lupa sama janjimu ke om kan?" Kata Yono makin mendekatkan wajahnya ke wajah Zalynda. Hidung mereka bersentuhan. Bau rokok terasa sangat menyengat membuat gadis itu sedikit mual. Zalynda menggeleng mencoba melepaskan diri
"Perjanjian batal, om! Om bohong sama Za. Keluarga Al Farobi tidak ada hubungannya dengan apa yang menimpa bu Farah. Karena perjanjian itu, Za dikeluarkan dari kampus dan dijauhi teman-teman!" Ucap Zalynda sedikit membentak dengan suara bergetar
Yono memandangi mata Zalynda yang mulai menganak sungai
"Apa kau pikir Om peduli?" Ucap Yono dingin. Pria itu langsung me****t bibir Zalynda, mencecapi rasa manis dari bibir merah milik Zalynda
Zalynda meronta, namun tenaganya tidak bisa menandingi tenaga Yono. Bau rokok dari mulut Yono membuat Zalynda ingin muntah. Zalynda jijik dengan sikap Yono, Zalynda jijik dengan dirinya sendiri
Yono melepaskan bibir Zalynda dengan terengah-engah. Zalynda langsung mengambil nafas mengisi paru-parunya
"Kalau saja om tidak punya hutang, malam ini om akan senang hati menikmati dirimu sayang.."
Zalynda terperanjat "Apa.."
"Kau tidak lupa, kau punya hutang dengan keluarga Wijaya kan? Mengasuh dan membesarkanmu butuh biaya sayang. Sekarang waktunya kau membalasnya. Harga perawan seperti dirimu bisa tembus 200 juta."
Mata Zalynda terbelalak. Apa maksud Yono? Apa Yono akan menjualnya?
Sebelum Zalynda tersadar, Yono sudah menyeret Zalynda masuk ke dalam mobilnya. Zalynda langsung memberontak
"Lepaskan! Om tidak punya hak memperlakukan Za seperti ini! Om br*ngs*k!" Zalynda berteriak sambil memukuli Yono. Yono terlihat kesal lalu memukul tengkuk Zalynda
"Ah.." Zalynda langsung pingsan. Yono dengan sigap menangkap tubuh Zalynda. Segera Yono memasukkan Zalynda ke dalam mobilnya
"Ck..kau beruntung, barang jualan tidak boleh cacat. Kalau tidak sudah kupukuli kau!" Desis Yono sambil menutup pintu mobilnya dengan kencang
Mobil Yono segera meninggalkan tempat parkir toko kue milik bu Edah
***
Musik keras berdentum-dentum. Di lantai dansa, banyak pasangan muda-mudi yang sedang menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik. Entah mereka dalam keadaan sadar atau tidak
Untuk bachelor party Marvin, Mike menyewa tempat privat di lantai atas sehingga terhindar dari hingar bingar musik yang memekakkan telinga
Dari tempat privat itu, mereka bisa melihat kebawah. Beberapa meja terlihat beberapa muda-mudi berpasangan duduk berdekatan dan saling menempel satu sama lain
Ray memejamkan matanya melihat pemandangan di bawah. Biar bagaimanapun ia tetap pria normal.
"Mike, ini sampe jam berapa?" Tanya Ray sambil menoleh ke arah Mike, namun hanya sekilas karena kembali Ray membuang pandangannya
"Bentar lagi, brother. Enjoy dulu lah. Elo nggak pernah ke tempat beginian kan. Acara puncaknya sebentar lagi." kata Mike sambil bercanda tawa dengan seorang gadis
Ray menghela nafas panjang. Diantara mereka berempat, hanya Ray yang tidak memesan wanita di situ. Ray terbilang cukup kolot dari ketiga temannya yang cukup Flamboyan
Ray melirik Marvin yang diapit oleh dua orang gadis dengan pakaian kurang bahan. Karena ini pesta bujangan Marvin, maka Marvin boleh mendapatkan bagian lebih banyak.
Mike yang sedang disuapi oleh seorang gadis genit yang selalu menempel ke arah Mike dan Agus yang sedang duduk diam sambil menikmati pijatan dari seorang gadis yang juga memakai baju kurang bahan
Bibir Ray tersenyum. Setidaknya ia lega, Agus tidak bersama Ina. Apa jadinya kalau Ina melihat Agus seperti ini, bisa kurus Ina makan hati terus
Tetapi walau mereka seperti itu, kesetiaan persahabatan mereka tidak perlu di ragukan lagi dan Ray bersyukur memiliki mereka
Ray melirik arlojinya, pukul 10 malam. Nampaknya malam ini ia akan kembali pulang ke apartemennya. Biasanya Aya sudah mengunci pintu rumah
"Ray, kemari..ini puncaknya." Kata Mike
Ray menghampiri Mike. Mereka duduk di sofa yang dibatasi oleh tirai. Lampu ruangan dinyalakan separuh sehingga orang dari balik tirai tidak akan bisa melihat siapa saja yang duduk di sofa
"Apa ini?" Tanya Ray saat melihat beberapa gadis digiring masuk. Gadis-gadis dengan makeup tebal dan baju kurang bahan yang menampakkan aset mereka masing-masing
Ray menelan ludah melihat pemandangan di depannya. Mungkin iman Ray tergolong kuat, tapi 'imron' nya sudah meronta sejak tadi
"Elo bisa ngajakin salah satu gadis itu buat nemenin elo semalaman." jelas Mike sambil berbisik
Mata Ray terbelalak. Pria dan wanita berada dalam satu ruangan semalaman?
"Ngapain semalaman?!" Bisik Ray. Sedetik ia sadar pertanyaannya begitu konyol
"Terserah elo. Mau ngobrol kek, main gaple kek, pijit kek, wik wik kek.." bisik Mike sambil tertawa
"Sialan lo, Mike.." rutuk Ray dalam hati
"Tuan-tuan sekalian, ini adalah gadis-gadis andalan club XX. Mereka sangat lihai dan ahli memanjakan." Kata seorang lelaki dengan body kekar namun sangat gemulai gerakannya
Ray memperhatikan seorang gadis yang berdiri di pinggir di barisan gadis-gadis di depan. Berbeda dari teman-temannya yang berdiri menantang menonjolkan asetnya, gadis itu justru menunduk sambil memeluk tubuhnya seolah ingin melindungi asetnya dari pandangan orang
"Malam ini Marvin yang memilih terlebih dahulu." Bisik Agus sambil terkekeh. Marvin segera memindai beberapa gadis. Pandangan terhenti pada gadis yang berdiri di pinggir
"Itu..yang pinggir. Kenapa menunduk terus? Jelek ya?" Ujar Marvin keras
Pria gemulai itu memperhatikan gadis yang berdiri di pinggir lalu menghampirinya
"Maaf tuan, dia ini orang baru. Baru bergabung di sini. Masih polos, tapi biasanya ada juga kan yang senang dengan type begini?" Pria itu tertawa genit
Ray mengeraskan rahangnya. Sejujurnya ia tidak suka seorang wanita direndahkan seperti itu, apalagi sangat terlihat keterpaksaan dari gerak geriknya
"Untuk wajah, dia cukup cantik kok. Ayo angkat wajahmu, manis." Ujar pria gemulai itu
Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya. Ray terperangah melihat gadis itu
"Za.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
auliasiamatir
ya Allah, aku gak sabar nunggu Yono mampus...😡😡😡😡😡😡😡😡
2021-12-18
1
Sanjani
kasih like dan komen
2021-12-08
1
Sanjani
semangat kak aku pengikut barumu hadir
2021-12-08
1