Benih Bayaran
Enam tahun telah berlalu, pernikahan Farhan dan Marla terbilang sudah berlangsung lama. Otomatis menjadi pertanyaan, kenapa mereka tak kunjung dibuahi momongan?
Tentu yang ‘kan pertama kena imbas yakni Marla, sang istri. Yang mulai dituduh mandul, oleh keluarga suaminya dan tetangga sekitar. Marla pasrah jika memang itu kekurangannya. Lelah menjadi bahan sungutan dan sindiran keluarga suaminya, Marla ikhlas jika Farhan ingin menceraikannya atau menikah lagi untuk menutupi kekurangannya.
Namun Marla dibuat salut dan terharu, karna Farhan bersikeras untuk mempertahankannya dan tidak mau menduakannya. Sambil mengusap lembut wajah istrinya, Farhan sangat yakin saat mengatakan kalau istrinya adalah perempuan yang sempurna. Jadi selain istrinya, Farhan tidak membutuhkan apapun lagi.
Tapi, banding terbalik dengan ketulusan Farhan, keluarga dari pihaknya memiliki pemikiran yang berbeda. Untuk apa mempertahankan perempuan mandul? Itu sungutan mereka.
Farhan yang naik pitam, langsung meninggikan suara, “Istriku bukan perempuan mandul!”
“Lalu kenapa kalian tak kunjung memiliki anak?”
Andai bukan Ibunya yang berkata, mungkin Farhan sudah menghajarnya.
Dengan helaan napas lelah, Farhan berusaha menyela kalimat Ibunya dengan selembut mungkin, “Marla bukan perempuan mandul, Ma. Kami hanya belum dikaruniakan anugerah oleh Allah. Itu saja. Jika Allah sudah mempercayakan kebesarannya kepada kami, suatu saat nanti kami pasti akan memiliki anak.”
“Alah, alasanmu, Han.” Ibu Farhan yang norak dengan perhiasan, riasan dan pakaiannya berkacak pinggang. “Coba, deh periksa ke Dokter. Kita buktikan secara langsung. Istrimu itu, sempurna seperti yang kamu bilang, atau memang mandul!”
Rahang Farhan mengeras. Pandangannya yang menantang, menatap Ibunya yakin. “Baiklah.” Farhan menyanggupi dengan matang, “kami akan periksa ke Dokter sekarang juga. Tapi apapun hasilnya, keputusan hanya di tanganku. Dan satu-satunya keputusanku yang tak bisa diganggu gugat, aku takkan pernah meninggalkan Marla!”
Untuk meyakinkan sang Ibu, Farhan bersama Marla segera pergi ke Dokter yang menjanjikan fasilitas lengkap dan hasil yang akurat. Farhan terlihat tenang, sedangkan Marla tidak bisa menenangkan diri. Terus melafazkan doa di dalam hati, setidaknya predikat ‘perempuan mandul’ tidak akan pernah menjadi label abadi dalam hidupnya.
Setelah hasil keluar.
Wajah Farhan yang semulanya tanpa beban langsung berubah. Dilemparnya kertas hasil pemeriksaan ke atas meja, lalu meraung. “Tidak mungkin!”
Marla kaget melihat kekacauan suaminya, langsung memungut kertas yang dibanting ke meja. Sontak Marla tertegun. Memang, sebagian beban dalam hatinya lebur karna di sini bukan dia yang harus disalahkan.
Tapi beban lain segera menggantikan ruang lain yang tadinya luruh, saat mendapati kenyataan lain. Ternyata, di sini bukan Marla yang mandul. Melainkan Farhan, suami yang dia cintai, yang tulus balik mencintainya, dan berniat mempertahankannya jika mendapati kekurangan pada diri Marla tanpa keinginan melirik perempuan lain.
“Mas?” Marla menyentuh pundak tegap Farhan.
Sudut mata Farhan memerah, lalu menatap balik istrinya. Seketika, langsung menyambar tubuh sang istri dan meletakkan ujung dagu di satu bahunya, yang menjadi tempat ternyaman Farhan selama mereka menikah. “Kamu tidak akan meninggalkanku ‘kan?”
Marla menggeleng, menyisiri rambut belakang Farhan yang lebat nan halus. “Tidak, Mas. Tidak akan.”
Farhan terlihat lega dan bersyukur, matanya terpejam dan tubuhnya merapat. “Terimakasih, La. Terimakasih, karena mau menerimaku. Dan maafkan aku juga atas semua celaan yang kamu terima selama ini, padahal yang ‘cacat’ disini aku.” Farhan sesegukan. Entah karena menyesali takdir, atau bersyukur memiliki Marla yang tetap mempertahankannya dan menerima semua kekurangannya.
Farhan menarik kepala dari bahu kanan istrinya, lalu mendaratkan kecupan di puncak kepala Marla. Berganti ke bibir, dan memeluknya sekali lagi.
>><<
Setelah dibawakan hasil akurat dari pemeriksaan dokter. Yang menampik semua tudingan mereka kepada Marla selama ini, keluarga dari pihak Farhan lebih banyak diam. Gangguan yang biasanya selalu Marla terima, kini tiada satupun dari mereka yang berani menyikut.
Tapi yang menjadi masalah, yakni keluarga dari pihak Marla. Marla anak gadis satu-satunya, setelah Kakak Sulung Marla meninggal sebelum sempat membangun rumah tangga. Awalnya keduaorangtuanya pasrah jika Marla memang mandul, tapi setelah mengetahui kenyataannya, mereka mulai menuntut Farhan untuk menceraikan Marla. Jika bukan lewat Marla, darimana mereka bisa mendapatkan cucu?
Farhan stres dibuatnya. Gangguan dari kedua mertuanya, membuatnya tertekan. Berusaha menolak dengan halus, tapi niat Farhan tak mau didengarkan. Terlebih Ayah Mertuanya, yang bersikap keras dan mendesak Farhan dan Marla untuk bercerai. Farhan bahkan tanpa sengaja membentaknya, sambil menolak.
Tentu, dia semakin buruk dimata keduaorangtua Marla.
Keesokannya saat Farhan pulang sehabis bekerja. Langsung gaduh, saat tidak menemukan Marla di rumah. Semua pelayan dia interogasi, salahsatu dari mereka menjawab takut-takut.
Menjelaskan, kalau Marla dibawa paksa keduaorangtuanya meninggalkan rumah suaminya. Farhan mengerang frustrasi. Berangsur tenang, saat terbersit sebuah ide. Dengan segera dia melangkah ke halaman, dan melajukan mobilnya menuju seseorang.
Setelah membicarakannya matang-matang, bernegosiasi dengan bayaran yang menggiurkan, akhirnya lelaki yang dituju mengangguk menyetujui. Setelah mendapat persetujuannya, lelaki muda itu ikut masuk ke dalam mobil Farhan dan melaju bersama ke rumah orangtua Marla.
Kehadiran Farhan, tidak disambut dengan baik. Datang-datang, Farhan langsung diusir. “Pergi kamu dari sini! Kami tidak membutuhkan mantu mandul seperti kamu!”
Farhan berusaha mengendalikan diri, memelankan suara dan mencoba mengambil hati mertuanya. “Pak, kali ini saja, bisa kita bicara baik-baik?” Farhan memasang wajah memelas, berusaha menarik simpatik sang Mertua.
“Apa yang perlu dibicarakan? Yang pastinya ceraikan Marla!” Bentakannya menggelegar.
Farhan menggeleng lambat, lalu menjelaskan kalimat awal, “saya memiliki solusi lain ....”
“Solusi apa, hah?” Lelaki tua berkeriput itu menoleh tajam.
Farhan menarik napas dan menghembuskannya dengan berat, setelah itu melanjutkan kalimatnya yang terdengar serak, “Baiklah ... aku dan Marla akan bercerai sementara ....”
Marla yang tertunduk di ruangan yang sama, langsung mengangkat kepala. Ingin segera membantah dan tidak setuju dengan keputusan itu, “Mas--”
Farhan mengangkat telapak tangan, menahan kalimatnya. “Hanya sementara.” Ulangnya, barangkali mereka melewatkan mencermati potongan kalimat tersebut. “Marla akan saya nikahkan dengan lelaki lain ....”
Farhan melirik lelaki muda yang duduk di sisinya, lalu kembali menghembuskan napas. “Yang akan membuahinya ... tapi setelah Marla hamil dan melahirkan cucu untuk kalian, mereka akan berpisah.”
Menyudahi kalimat penjelasannya, Farhan menatap wajah sang Ayah Mertua. Ragu dan terlihat cemas, takutnya mereka tidak setuju. Marla tertegun karena keputusan Farhan yang tidak dibicarakan kepadanya terlebih dahulu.
Apa katanya tadi? Mereka akan bercerai sementara dan Marla akan dinikahkan dengan lelaki lain sampai Marla hamil dan melahirkan?
Mungkin itu memang solusi. Tapi jika bukan Farhan, Marla tidak mau. Marla hanya ingin Farhan yang menjadi suaminya, dan menjadi Ayah dari anak-anaknya.
Meskipun harapan itu sudah mustahil. Tapi membayangkan akan menjadi istri orang lain, dan disentuh lelaki lain selain Farhan, membuat Marla keberatan. Hanya membayangkannya saja, sudah membuat Marla menangis.
Apalagi benar-benar terjadi.
“Baiklah.” Nyatanya Ayah Marla menyanggupi, setelah mempertimbangkan cinta Marla dan Farhan yang begitu besar. Tiada cara lain, selain mengambil solusi tersebut. Lagian, yang mereka perdebatkan hanya masalah cucu.
“Siapa orangnya? Sudah kamu pilihkan?” Lelaki tua tersebut melirik lelaki muda yang duduk tegap di sebelah Farhan. Tentu dugaan yang sama seperti yang kalian pikirkan, dan memang tepat sasaran.
Dengan berat, Farhan memperkenalkan lelaki muda disebelahnya. “Ini Agustin. Adik tiriku.”
Semua mata tertuju kepada Agustin. Termasuk Marla, yang merasa familier dengan wajah tampannya.
Lelaki berusia 23 tahun, wajah putih bersih dengan rambut hitam lebat dan wajah menawan bak model, memiliki bentuk tubuh berlekuk keras dan berotot. Dalam kemiripan, wajah Farhan dan Agustin memiliki keserupaan meskipun tidak terlalu menonjol.
“Kami sudah membicarakannya.” Farhan menghelakan napas gusar. “Dia menyetujuinya tanpa paksaan. Kami juga sudah membuat perjanjian, terutama melepaskan Marla setelah mengandung dan melahirkan.”
“Mas,” Marla menyahut, kepalanya menggeleng. “Aku tidak mau, Mas.”
Farhan terenyuh, bergerak mendekat lalu menyentuh pipi istrinya. “Sayang, aku juga nggak mau. Tapi kita harus.”
Marla meraih punggung tangan Farhan yang mendarat di wajahnya, kepalanya kembali menggeleng. “Tidak, Mas. Aku tidak mau diperistri orang lain, selain kamu.”
Farhan meraih badannya dan memeluknya. “Tapi kita harus, La.”
Farhan menarik kepalanya, lalu mendaratkan ciuman terakhir. “Aku talak kamu, La. Setelah tiga kali suci, menikahlah dengan Agustin. Setelah mengandung dan melahirkan, kembalilah padaku.”
>><<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lenabid Daeng Lumang
mampir Thor...semangat💪
2022-03-25
0
Shelvi Selly
dari FB cus...meluncur...
2021-12-29
0
Sarami Ami
pnasaran dgn crita d fb
2021-12-20
0