BAB 15

"Apa Lera datang?"

David membukakan pintu untuk tuannya kemudian menutupnya kembali tepat setelah Bian melewatinya. "Ya, sesuai dengan permintaan Anda."

Bian meletakkan jasnya di sandaran kursi kerja miliknya, kedua alis yang terangkat mengindikasikan bahwa pria itu sangat terkejut. "Wow, aku kira dia akan memberontak."

Insiden dokumen penting yang tersiram kopi dua hari lalu, Bian ingin menagih janji Lera saat gadis itu mengatakan akan bertanggungjawab dan menerima hukuman apapun darinya.

David memberikan respon dengan gelengan kepala. Bagaimana ia bisa tahu alasan kenapa si nona muda Estanbelt itu setuju untuk datang kan? David bukan seorang pembaca pikiran.

"Apa kau yakin dia tidak menyelinap kabur untuk menghindari hukumannya?" Bian kembali memastikan.

Ini akhir pekan, Bian sudah cukup mencari tahu apa kegiatan yang biasa Lera lakukan setiap akhir pekan. Gadis itu sangat pro dalam hal menghabiskan uang. Jadi ... tidak heran kalau Nyonya besar Estanbelt bisa semurka itu pada cucu perempuannya.

"Saya rasa tidak mungkin." katanya.

"Bagaimana kau tahu?"

"Saya mengirim seseorang yang tepat untuk mengawasinya."

Wow!

David benar-benar cerdas!

Bian tidak bisa untuk tidak terbahak saat mendengar kabar itu. Membayangkannya saja sudah membuat dirinya segeli ini, apalagi jika harus melihat ekspresi Lera secara langsung. Tck, gadis itu pasti sedang mengomel setelah tahu hukuman apa yang ia berikan padanya.

Mungkin ini hukuman yang kejam untuk gadis super manja seperti Lera karena ... Bian sangat amat yakin kalau gadis itu belum pernah dan bahkan tidak pernah membayangkan akan melakukan pekerjaan yang menjijikan dalam hidupnya.

"Dimana dia sekarang?" tanya Bian penasaran.

"Di lantai satu, toilet perempuan."

Bian segera bangkit dari kursi, "Aku akan mengeceknya sebentar." setelah itu ia lekas melenggang pergi menuju lokasi Lera saat ini. Bian tidak sabar mendapatkan hiburan yang menyenangkan dari gadis itu.

...----------------...

"Demi Tuhan, ini akhir pekan! Hanya orang gila yang menuntut karyawan untuk bekerja pada akhir pekan begini!"

Pada akhir pekan seperti ini, jelas Lera memiliki jadwal yang padat. Pagi-pagi sekali dia harus berangkat gym, setelah itu ia akan pergi ke tempat spa, kemudian ke salon kuku dan salon rambut, dan dia akan menghabiskan sisa harinya untuk keluar masuk toko baju dan sepatu ternama.

Ya, benar, itu kegiatannya dulu saat masih memegang Black Card milik keluarga Estan. Walaupun saat ini tidak memiliki uang, Lera sebenarnya memiliki planning cadangan seperti pergi ke rumah Emo, dia bisa pergi ke mall dengan membawa black card miliki sang sepupu dengan alasan menemani Erry main, jalan-jalan dan ... semua rencana di dalam otaknya langsung terkoyak saat nama My Psycho Boss berkedip-kedip di layar handphonenya.

Dan di sinilah Lera saat ini!

Saat Bian mengatakan tentang hukuman, Lera memang sudah merasa tidak enak mengingat bagaimana brengsek dan gilanya pria itu. Akan tetapi, Lera tidak menyangka kalau Bian akan sebrengsek dan segila ini padanya.

Menyapu, mengepel dan membersihkan toilet? Apa pria itu tidak keterlaluan? Lera sadar kalau dia bersalah karena nyaris mengacaukan sebuah kontrak besar, namun pembalasan Bian ini ... sangat berlebihan kan?

Kain lap dan botol semprot menjadi sasaran kekesalan Lera. Gadis itu membuang semua alat kebersihan ke lantai cukup brutal. Ia kemudian menatap pantulan dirinya di cermin, menatap bagaimana keadaannya yang teramat sangat jauh dari kata elegan, bahkan rambut panjangnya sudah seperti kain pel, lembab dan menjijikan.

TUHAN ... dia benci ketika dirinya tidak berdaya, tidak bisa berkutik apalagi harus membuat pemberontakan.

"Aku benci Emo! Aku benci Omah! Aku benci Ayaaaaah!" teriak Lera, seakan apa yang dilakukannya dapat meredam sedikit amarahnya. "Dan aku juga benci Bian!" sambungnya lagi sambil menatap pantulan dirinya kembali.

Kenapa tidak kabur saja?

Wah, itu pertanyaan yang sangat cerdas.

Lera bisa saja melakukan hal itu kalau saja tidak ada anjing penjaga yang memelototinya. Juga ... Lera bukan seorang pengecut dan ia tidak ingin membuat Bian merasa menang.

"Kalau saja si brengsek itu tidak mengancam ingin melaporkanku ke polisi karena sudah membuat kaca mobilnya retak, aku tidak akan mungkin berakhir di sini!" keluh Lera, iris cokelatnya berpindah menatap jari-jarinya yang terasa dingin dan juga ... "Hiks, kuku ku ... astaga, kuku ku yang malang." tangis Lera akhirnya pecah juga saat mendapati kuku yang telah lama ia rawat dan ia panjangkan patah di depan matanya. "Kau akan membayar mahal untuk semua ini Bian! Hueeee ....."

Bian yang semula diam-diam mengamati Lera di ambang pintu, pada akhirnya tidak bisa lagi untuk bersembunyi karena saat ini dia sedang meledakkan tawanya. Oh, Tuhan, Gadis manja itu berhasil membuat harinya yang selalu monoton jadi sedikit berwarna. Lihat, betapa menggemaskannya Lera saat menangisi kukunya seperti menangisi setumpuk emas yang hilang.

"Tck, Tck, aku membayar mu mahal untuk bekerja, bukan untuk menangis, Lera." tegur Bian disela kekehannya.

Lera berbalik, dengan kedua mata penuh air mata ia menatap Bian yang tengah bersandar pada kusen pintu.

Bisa-bisanya si br3ngsek itu tertawa!

"Kau tidak lihat? Kuku kesayanganku baru saja patah, br3ngsek!"

Kepala Bian mengangguk, rasa geli masih menggelitik dirinya. "Ya, aku bisa melihatnya dari sini." ucapnya dengan santai.

Astaga, apa yang Aku harapkan dari seorang pria brengsek seperti Bian? Tentu saja tidak ada!

Bagi para lelaki mungkin ini terlihat sepele, kuku yang patah sudah pasti bisa tumbuh lagi. Tapi ... tidak untuk Lera, memanjangkan mereka selama berbulan-bulan dan membawanya ke salon untuk perawatan sama halnya seperti membesarkan seorang anak.

Tangisan Lera kembali terdengar, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Lera sedih karena tidak satupun dari mereka yang memahami dirinya, tidak nenek maupun sang Ayah yang mendadak hilang dari peredaran.

"Berikan tanganmu."

Lera terkesiap dari pikirannya sendiri. Dia bahkan tidak menyadari langkah kaki Bian yang mendekat karena terlalu sedih memikirkan nasib kukunya yang malang.

"Kau mau apa?" Lera bertanya waspada saat melihat gelagat mencurigakan pria di depannya.

Bian memutar bola matanya, "Berikan tanganmu, Lera."

Apa yang akan dia lakukan? Pikir Lera dalam benaknya sambil mengamati Bian dengan tatapan menyelidik, tangan pria itu sibuk mencari sesuatu dibalik kantong jas yang dikenakannya.

Sangat mencurigakan, bukan?

"Kau mau aku bantu atau tidak?"

Seriously? Seorang Bian?

"Tidak, terimakasih!" tolak Lera tegas.

Tck, hanya orang bodoh yang akan masuk dalam perangkap Bian. Pria ini ... Pria di depannya ini bukan pria berhati lembut, jangan pernah mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk terjadi.

"Bian, apa yang kau lakukan?!" Lera terpekik saat pria itu membalikkan tubuhnya dengan cepat dan mengunci kedua tangannya ke belakang. "Oh, tidak! Bian jangan lakukan ituuu!!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!