BAB 3

Terlahir sebagai anak tunggal di keluarga kaya raya membuat hidup Lera layaknya seorang putri raja. Paras cantik dan otak cerdas adalah pelengkap kesempurnaan dirinya. Selama ini apapun yang diinginkannya akan selalu dikabulkan oleh sang Ayah tercinta hanya dengan satu magic Word "Andai saja Mama ada bersamaku, aku pasti tidak akan kesepian."

Fasilitas seperti apartemen, mobil mewah, dan kartu unlimited adalah sebagian kecil yang dapat ayahnya berikan padanya untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Akan tetapi, seperti yang pepatah katakan bahwa roda selalu berputar. Pagi ini Lera seperti baru saja terbangun dari mimpi indahnya dan dihadapkan dengan kenyataan terburuk.

Lera terduduk di sisi ranjang, matanya menatap lemari berisi gaun-gaun indah miliknya yang telah dirantai dan digembok besar. Tidak hanya itu, bahkan isi kamarnya sudah kosong, tidak ada televisi, tidak ada mini kulkas, bahkan meja riasnya sudah bersih dari jejeran makeup mahal miliknya.

Oh, Tuhan ... mimpi buruk macam apa ini?

Dia kembali memejamkan mata, berharap saat ia membuka matanya kembali maka mimpi buruk sialan ini akan berakhir dan semuanya kembali seperti sedia kala.

Benar, ini masi masih dalam dunia mimpi kan?

"Cepat angkut semuanya!"

"Baik bos!"

Suara siapa itu? Kenapa diluar kamar terdengar berisik sekali?

"Pastikan tidak ada yang tersisa kecuali lemari pending, sofa dan kompor!"

Kening Lera berkerut. Kalau ini mimpi, lalu kenapa suara orang-orang itu terdengar begitu jelas di telinganya? Belum lagi kata-kata mereka yang sangat ambigu.

"Oh, tidak!" Lera terpekik, dia segera membuka mata kemudian berlari keluar kamar. "Oh, Tuhaaan!" ia menatap sekelilingnya dengan keterkejutan yang sama. Di ruang tengah dan area dapur terdapat beberapa orang berbadan besar sedang berlalu lalang menjarah semua isi apartemennya tersebut.

Tunggu, kalau diingat-ingat, dia sama sekali tidak memiliki hutang pada rentenir manapun. Lalu, apa mereka perampok?

"Stop, apa yang sedang kalian lakukan di kediamanku?" Lera berseru panik saat orang-orang itu mulai mengangkut lemari berisi koleksi DVD dan juga koleksi komik kesayangannya.

Salah satu orang yang Lera yakini bahwa dialah sang pemimpin sedang berjalan ke arahnya, Pria itu memberi senyum ramah sebelum akhirnya memberikan sebuah amplop pada Lera.

"Maaf, Nona, anda pasti terkejut dengan kedatangan kami di kediaman Anda yang tiba-tiba ini. Tapi percayalah bahwa kedatangan kami di sini atas perintah dari Nyonya besar. Dan ini, beliau menitipkan surat untuk anda."

Nyonya besar?

Lera mengejutkan kening disertai dengan mulut yang mengerucut. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri saat nama Sinta Estanbelt terlintas di otaknya. Jika itu benar ulah wanita tua itu, maka hidupnya sudah benar-benar tidak tertolong.

Memandang amplop yang disodorkan orang suruhan sang Nyonya besar, Lera segera mengambil dan kemudian membuka surat itu.

Dear Lera,

Maafkan Omah atas kejutan di pagi hari mu yang tenang, bersama surat ini Omah dan Ayahmu ingin memberitahukan bahwa kami sudah sepakat untuk menyita semua aset yang kamu miliki. Kamu tidak perlu khawatir, kami akan mengembalikan semua aset itu jika kamu sudah bisa mengubah kebiasaan buruk mu. Datanglah ke kantor Emo untuk mendapatkan pekerjaan jika kamu ingin tetap hidup. Kami sangat menyayangimu.

With Love,

Sinta dan Adi

Lera berkedip beberapa kali dan kembali membaca surat itu dengan lebih teliti. Sekali, dua kali, dan untuk yang ketiga kalinya ia membaca surat itu, isi suratnya tetap sama. Matanya tidak mungkin salah, dan ia yakin kalau semua ini memang bukanlah mimpi.

"Cih, menyayangi apanya!" sungut Lera seraya membuang surat itu kemudian menginjak nya dengan kebencian yang berkali-kali lipat.

"Kalau mereka menyayangiku, mana mungkin mereka berlaku setega ini padaku!" Lera kembali mengomel setelah memeriksa isi dompetnya yang juga sudah kosong, hanya menyisakan selembar uang seratus ribu. Padahal semalam dia sudah mengambil banyak yang dari kartu debit card sang sepupu dan barang belanjaan semalam juga telah raib.

"Double sial!"

.

.

.

Estan Holding Company adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis jasa konstruksi, mereka berfokus pada layanan kontraktor utama, layanan rancang dan bangun (Design and Build). Selain itu EHC juga mengerjakan proyek joint Operation untuk proyek-proyek berskala nasional.

Lera menggigit bibirnya gugup, iris coklatnya menatap gedung di depannya ragu-ragu. Sejak dulu dia memang tidak pernah menaruh minat pada perusahaan keluarga. Kalau bisa, dia lebih memilih menjadi pengangguran namun banyak uang daripada harus pusing memikirkan cara untuk memajukan perusahaan. Lagipula sudah ada Demon si gila kerja yang bersedia Menghandle semuanya, jadi tidak ada salahnya kalau Lera hanya ingin menjadi penikmat.

"Kenapa Omah melakukan ini padaku? Dari sekian banyak proyek yang berjalan, aku rasa mustahil kalau perusahaan sedang pailit."

Dia memasuki gedung dengan mulut penuh sumpah serapah atas kebijakan tidak masuk akal yang dibuat oleh sang nenek. Namun begitu ia sama sekali tidak memiliki pilihan lain, mau menangis sampai air matanya mengering pun Nyonya besar Estan tidak akan berubah pikiran.

"Tunggu, Nona Lera!" Seorang sekretaris baru saja menegur Lera saat dia hendak membuka pintu ruang kerja atasannya. "Tuan Estan sedang ada tamu. Kalau Nona berkenan, silakan menunggu lebih dulu di ruang tunggu."

Apa dia bercanda? Menunggu katanya? Yang benar saja!

Lera memberikan tatapan protes pada Geffy, nama sekretaris itu. Menunggu tidak pernah ada dalam kamusnya disaat kelangsungan hidupnya sudah diujung tanduk seperti saat ini.

Persetan dengan tamu di dalam sana, Lera segera menerobos masuk bersamaan dengan suara debum pintu yang cukup keras.

"EMO!" serunya sesaat setelah memasuki ruangan, iris coklatnya menemukan sang sepupu sedang duduk di sofa dengan santai. "Omah benar-benar sudah gila tahu tidak? Bayangkan, dia menyita semua aset ku! Semuanya, tanpa terkecuali!"

Demon sudah memprediksikan hal ini sejak jauh-jauh hari, bahwa gadis itu akan datang padanya dengan segudang rengekan. Tapi bukan saat ini, harusnya Lera tahu kalau di ruangan ini bukan hanya ada dirinya saja.

"Sial, aku kesal sekali!" Gadis itu masih bersungut marah, "bagaimana bisa nenek tua itu melakukan ini padaku, huh?" Dia masih menyemburkan emosinya dengan leluasa.

Akan tetapi, melihat bagaimana reaksi Demon yang tidak begitu terkejut membuat Lera tahu bahwa sepupunya itu pasti sudah mengetahui rencana sialan ini.

"Kau juga bersekongkol dengan mereka?" tanya nya tidak percaya, satu-satunya harapan yang ia punya, tameng yang mungkin bisa ia gunakan untuk melawan sang Nyonya besar kini lenyap dalam sekejap.

Demon menarik sudut bibirnya, ia memberikan tatapan yang seakan bicara 'Kau harus menyerah, sayang. Ikuti aturan Omah dan kau akan aman.' yang kemudian dibalas oleh Lera 'Jangan bercanda! Aku tidak akan pernah menyerah begitu saja!'

"Apa dia istri Anda, Tuan Estan?"

Suara seseorang berhasil menginterupsi kegiatan dua orang yang sibuk adu tatapan itu. Suara berat dan sedikit arogan itu ... entah mengapa Lera merasa tidak asing, mengingatkannya pada seseorang.

Demon membersihkan tenggorokannya lebih dulu sebelum memutuskan untuk bersuara. "Bukan, mana mau saya menikahi gadis super manja sepertinya." katanya kemudian menutup berkas yang telah ia tandatangani. "Dia sepupuku, Lera. Dan Lera, kenalkan, dia Bian, rekan kerjaku."

Bian? Nama yang cukup lucu untuk ukuran laki-laki yang memiliki suara berat dan sinis.

Sebagai bentuk kesopanan walaupun sangat terlambat untuk menyadari, Lera memutuskan untuk memberi salam pada rekan kerjanya. "Halo, nama saya Le—" kedua pupil kecoklatan itu melebar, siapa sangka kalau rekan kerja sepupunya itu adalah pria kurang ajar kemarin siang.

Lera menahan napas, ia mulai merasakan asap yang mengepul ketika menangkap sebuah seringai menyebalkan dibibir pria itu. "Kau! Dasar pria m3sum yang mencuri—"

Ops!

Lera segera menggigit lidahnya. Hampir saja mulutnya mengoceh tanpa tahu malu. Parahnya di sana ada Demon, demi Tuhan, dia tidak mau menambah masalah disaat seperti ini.

"Kalian sudah saling kenal?" Demon menatap dua orang itu secara bergantian.

Lera yang sedang mengepalkan kedua tangannya dengan wajah memerah, dan Bian yang justru terlihat senang ketika melihat emosi Lera yang tak kunjung meledak itu membuat Demon memahami situasi diantara mereka berdua.

"Ya, kami bertemu kemarin." sahut BIan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lera.

Demon mengangguk mengerti, tatapan nya kini beralih pada Lera. "Dan Lera, apa yang sudah Bian curi darimu?"

Ciuman pertamaku!

Ciuman yang telah aku jaga selama 21 tahun aku hidup. Ciuman yang akan aku persembahan untuk Kenan, tapi sialnya ciumanku sudah dicuri oleh si br3ngs3k itu! Rasanya Lera ingin sekali mengatakan semua unek-uneknya, akan tetapi ia tidak bisa.

"Tidak ada, aku hanya salah paham."

Lera tidak sudi untuk menceritakan kejadian memalukan kemari pada Demon. Belum lagi kejadian itu berlangsung tepat di depan Erry, Lera tidak mau menambah masalah pada hidupnya yang sudah kacau.

"Em, aku ingin posisi yang bagus di perusahaan, kalau bisa posisi yang memiliki bayaran paling mahal tapi dengan tingkat kesulitan kerja yang sangat mudah." Lera sedang bernegosiasi untuk posisinya nanti.

Terpopuler

Comments

Devi Damayanti

Devi Damayanti

baru baca... lucu thor

2020-05-16

0

Al Charos Chiris Afa

Al Charos Chiris Afa

keren

2020-04-12

0

Yulita

Yulita

Ya Tuhan novel kedua paling keren yg pernah aku baca setelah inggrid shit mika tentunya..trimakasih sayangku author 😍😍

2020-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!