BAB 9

Baiklah, posisi pria itu berjarak 50 meter dari posisinya saat ini. Lera menarik napas dalam-dalam, untuk saat ini semua kekuatan sudah ia kerahkan pada satu titik —kedua kakinya— dan dalam hitungan ketiga dia akan melaju secepat yang ia bisa untuk meloloskan diri.

"Mau kabur kemana hah?"

Tapi sialnya rencana itu tidak berhasil, tidak semudah dalam bayangannya. Bian berhasil menarik baju belakangnya sesaat ia berusaha kabur.

Lera cemberut, dia menabok tangan Bian agar melepaskan cengkeramannya. "Siapa juga yang mau kabur!" kilahnya tanpa tahu malu.

Bian menyeringai, "Oh, benarkah? Lalu tadi itu apa? ancang-ancang mau balap lari?" ejeknya tanpa berniat melepaskan targetnya begitu saja.

Demi Tuhan, ada apa dengan nasibnya? Kenapa ia harus dipertemukan dengan orang seperti Bian sih?

"Jaga mulutmu, Bian! Kau pikir aku tidak bisa mengganti kaca mobil jelek itu?"

Bukannya tersinggung, Bian justru tengah tergelak mendengar cemoohan Lera. Gadis satu ini memang patut diacungi jempol, dia tipikal gadis yang tidak mudah ditindas dan sulit ditaklukkan?

Sekali tarik, kini tubuh Lera sudah ada dihadapan Bian, tepat di depan wajahnya. "Dengan apa? Kau yakin kalau kau punya uang?" seolah tidak puas dengan ejekannya, Bian kembali bicara. "Hmmm ... kalau telingaku masih berfungsi dengan baik, sepupumu bilang kau hanya mendapat uang saku seratus ribu per minggu. Jadi, bagaimana caramu untuk mengganti kaca mobil jelekku itu Lera?"

Lera menggeram bersamaan dengan kaki yang ia hentak-hentakkan.

Tenang, Lera. Jangan mengumpat, tidak boleh mengumpat apalagi meninju wajah menyebalkan itu atau situasi ini akan lebih kacau. "Sialan! Ya, kau benar, aku tidak punya uang, lalu apa yang kau mau dariku?"

Terkutuk lah senyum di wajah tampannya itu. "Kau harus membayar ganti rugi kaca mobil jelekku dengan cara bekerja untukku." ia memberitahu.

Lera memejamkan mata, perasaan marah tiba-tiba saja meluap. Kalau dipikir kembali, rasanya ini agak tidak masuk akal. Tentang keberadaan pria itu saat ini, bukankah sangat mencurigakan?

Tck, Bian pikir bisa semudah itu melumpuhkannya?

"You wish!" sungut Lera tak terima. "Sampai kapanpun aku tidak akan bekerja untukmu!"

"Kenapa? Aku rasa itu adalah penawaran terbaik. Aku memberimu upah dua kali lipat, tidak ada perusahaan lain yang akan memberi upah sebesar yang aku berikan."

"Kalau begitu aku lebih baik bekerja untuk Demon walaupun tidak dibayar sekalipun. Dan Bian, aku tahu ini adalah taktik mu, benar?"

Pria itu terlihat impresif mendengar ocehannya, dia bahkan memberikan tepuk tangan kecil. Lera sangat ingin memukul wajah sombong itu, sungguh.

"Wah, bagaimana ini, David, rencanaku ketahuan." ujarnya pada sang kaki tangan sambil membuat ekspresi sedih.

"Wah, ternyata kau benar-benar sengaja memasang jaring untuk menangkap ku. Kenapa, Bian? Kau merasa egomu tersentil karena seseorang memberikan penolakan untuk yang pertama kali dalam hidupmu?"

Bian mengangkat bahunya tak acuh, "Mungkin."

"Dasar sinting!"

Lera berbalik, ia hendak melangkah pergi sampai sebuah tangan lebih dulu menariknya menuju mobil. Ya, sebuah mobil yang menjadi sasaran tendangan kalengnya beberapa menit lalu, tentu saja.

Apa-apaan pria gila ini!

"Masuk!" kata Bian dengan nada memerintah.

"Tidak mau!"

Dia berusaha melepaskan diri dari cengkraman pria gila di depannya yang masih berusaha untuk membuatnya takluk dan menuruti perintahnya.

"Sial, kenapa kau melakukan ini huh? Memangnya apa salahku padamu? Kalau itu masalah dua hari lalu, aku minta maaf. Lalu masalah kaca mobil, aku akan memberikan kompensasi untuk perbaikannya, tapi tidak untuk saat ini."

"Sayangnya aku tidak butuh uang mu!"

Tidak butuh uang dia bilang? Kalau begitu apa? Apa alasannya melakukan hal gila ini padanya karena mau dipikirkan sekeras apapun, Lera tetap tidak menemukan jawaban atas perlakuan sinting Bian padanya.

"Kau ikut denganku atau mau aku adukan ke pihak berwajib karena ulahmu itu? Aku yakin nenekmu pasti akan marah besar melihat cucu perempuannya bertingkah hingga menginap di kantor kepolisian." Bian kembali mengancam, kali ini ancamannya benar-benar membuat Lera menyerah.

Demi Tuhan, Lera tidak sudi menghabiskan seluruh sisa hidupnya dipenjara hanya karena sebuh kaleng dan kaca mobil.

"Dengar ya, aku mau ikut bukan berarti karena aku kalah!"

Bian tersenyum, "Iya."

"Kalau kau berani macam-macam, aku tidak segan untuk menendang dan meninju wajahmu!" Lera kembali bersungut, suaranya sedikit bergetar karena mau bagaimanapun Bian adalah laki-laki dan dia perempuan, tenaga pria itu pasti lebih besar, buktinya ia tidak bisa kabur dari cengkramannya.

Bian menyeringai, "Kau bisa pilih sendiri bagian mana yang ingin menjadi sasaran empuk tinju mu," ejeknya dengan tatapan yang menurut Lera sangat menjengkelkan, "pipi? perut? atau bibirku?" ujarnya lagi, hal itu membuat Lera marah bercampur malu.

Sial! Bian kembali mengingatkannya pada kejadian siang itu, saat dia menciumnya di taman. Sebagai aksi rasa kesalnya, Lera memberikan cubitan pada lengan Bian yang dibalut jas hitam yang dikenakannya.

"Aaakh ...." Bian mengerang sambil memelototi Lera, namun hal itu justru membuat Lera tersenyum lebar.

"Rasain! Makanya jangan macem-macem deh."

Lera duduk di jok penumpang masih dengan senyum puas. Sedangkan Bian, dia hanya bisa menghela napas. Asalkan gadis itu mau duduk tenang dan tidak kabur, ia bisa menerima rasa sakit atas cubitannya yang masih terasa sampai saat ini.

Terpopuler

Comments

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

ditunggu kelanjutannya

2024-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!