"Kau membeli semua itu?"
Lera mengangguk penuh antusias, seulas senyum bahkan tidak lenyap dari bibirnya sejak gadis itu datang ke rumah ini sambil menenteng beberapa tas belanja dari beberapa brand ternama yang berisi baju serta sepatu. Mengambil struk belanja yang tergolek di atas meja, Chika lekas membelalakkan matanya sambil menutup mulut dengan satu tangan.
Lera tidak bisa untuk tidak tergelak. Ekspresi Chika saat ini mengingatkannya pada Demon beberapa jam lalu, tepat saat sepupunya tersebut akan membayar belanjaan di kasir.
"Berapa total semuanya?" tanya pria itu, wajah yang terbelalak saat mendengar ucapan kasir di depan membuat hati Lera sedikit terhibur. Sangat jarang sekali bisa melihat ekspresi seorang Demon Estanbelt yang biasanya seperti balok es, kini tak ubahnya orang dungu.
"Semuanya lima juta tiga ratus sembilan puluh tuju ribu rupiah, Pak." ulang sang kasir dengan penuh penekanan.
Demon menoleh, dia lantas memberikan tatapan "Are you kidding me?" pada Lera, namun gadis itu hanya membalasnya dengan sebuah endikkan bahu tak acuh.
'Sial, bagaimana bisa bocah itu menghabiskan banyak uang hanya dalam waktu 30 menit?' Demon menggerutu dalam hati. Seharusnya dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Membawa Lera ke mall sama halnya memasukkan singa ke dalam kandang penuh daging.
"Ayolah, Em, jangan cemberut. Ini tidak seberapa, tahu!"
Iya, benar, Lima juta bukanlah nominal besar. Bagi Lera, berbelanja dengan nominal dibawah sepuluh juta itu sama halnya dengan anak kecil yang jajan snack ringan. Sama sekali tidak memuaskan karena masih banyak hal yang belum terbeli.
Bukannya Lera tidak tahu diri, hanya saja perlakuan Demon dan sang nenek membuat Lera bersikap demikian. Lagi pula uang lima juta tidak seberapa dibandingkan dengan keuntungan yang diraup Estan Grup setiap harinya.
Demon menyipitkan kedua mata galak, "Mecari uang itu tidak mudah, Lera!"
"Aku tahu." jawab Lera. "Aku sedang kesulitan mencari uang kalau mau ku ingatkan." imbuhnya dengan suara yang dibuat sedih dan terluka.
Dan karena kata-kata itu, Lera mendapatkan lebih banyak keberuntungan, sepupunya tersebut mengizinkannya untuk kembali berbelanja sebagai permintaan maaf.
"Dua puluh juta?" suara Chika menyadarkan Lera dari ceceran drama yang dibuatnya beberapa jam lalu, "Lera ... kau benar-benar gila!"
Lera mengendikkan bahu acuh tak acuh. "Emo yang menyuruhku belanja." ujarnya dengan suara merajuk. "Dia memaksaku, kau tahu sendiri aku paling tidak bisa menolak kalau sudah dipaksa."
Chika menganga saat mendengar jawaban itu. Ya, dia Lera! Seharusnya Chika tidak heran dengan kebiasaan gadis itu.
"Lagipula, ini adalah momen paling langka. Seorang Demon Estanbelt memohon kepada seorang Lera untuk shopping? Terdengar mustahil namun benar-benar terjadi dan aku sebagai sepupu yang baik harus memanfaatkan momen ini semaksimal mungkin karena tidak akan pernah datang untuk yang kedua kalinya!"
Chika mendesah mendengar ocehan itu. Memang benar uang yang Lera habiskan itu adalah uang keluarganya sendiri, uang sepupunya. Tapi bukankah mereka —keluarga Estan— sedang memberi Lera hukuman? Lantas kenapa mereka pula yang kembali memanjakannya? Usaha yang amat sia-sia kan?
"Aku tahu kalau aku tidak seharusnya mengatakan ini, Le. Tapi menurutku apa yang kau beli itu sangat sia-sia?"
Lera mengerutkan kening, "Sia-sia? Apa maksudnya?"
Chika mengetuk jemarinya di atas meja. Dia sedang memikirkan kata-kata yang pas dan mudah dicerna oleh Lera. "Gaun itu, sepatu itu, aku rasa untuk saat ini mereka bukanlah kebutuhanmu, bukan prioritas mu. Coba pikir, kapan kau punya waktu untuk memakai mereka?"
Apakah perkataannya sangat keterlaluan? Apakah Lera tersinggung?
"Aku tidak tersinggung." sahut Lera seakan bisa membaca apa yang tengah dirisaukan sahabatnya. "Untuk saat ini memang sia-sia. Tapi aku akan menyimpannya untuk berjaga-jaga. Bagaimana kalau Kenan tiba-tiba menghubungiku dan mengajakku untuk makan malam dengannya? Mereka —gaun dan sepatu— akan sangat berguna."
Haaa ... Percuma! Menasehati Lera sama halnya menasehati anak kecil. Bahkan dia lebih sulit dibujuk daripada Erry!
"Tapi menurutku, seharusnya kau meminta uang tunai, bukan belanja. Setidaknya uang tunai lebih berharga dan lebih kau butuhkan untuk saat ini, Lera. Kau bisa membeli makanan enak dengan uang itu, kau bisa membeli—"
Lera menghentikan ocehan Chika, dia menyumpal mulut gadis itu dengan pancake di atas meja. "Calm down, honey. Masalah makan, aku tidak perlu memikirkannya selagi masih ada kau di pihakku."
"Le!" erang Chika kesal. Pipinya menjadi lengket karena sirup pancake tadi.
Mengindahkan protes Chika, Lera kembali mengoceh. "Dengar, kau juga harus melakukan itu selagi kau bisa."
"Melakukan apa?"
"Menguras uang Demon Estanbelt sebanyak-banyaknya karena setelah kalian cerai nanti, setan itu tidak akan memberimu apa-apa."
Chika berkedip beberapa kali untuk mencerna kata-kata Lera barusan. "Kau menyuruhku untuk apa?
"Mengosongkan isi brangkas milik sepupuku, aku tahu sandinya. Dan kau punya card miliknya kan? Pakai itu untuk membeli apapun yang kau mau, gunakan dengan maksimal dan ...."
"Lera, kau gila ya!"
"Kalau bisa, kau harus mengklaim beberapa properti seperti apartemen atau sebuah rumah. Kau butuh tempat tinggal untuk berjaga kalau sewaktu-waktu dia menendang mu keluar."
"Lera, stop it. Aku tidak bisa melakukan itu."
"Kenapa tidak bisa?"
"Dia sudah banyak membantuku."
"Membayar hutang-hutang itu?" tebak Lera. "Itu hanya nominal kecil, Chika. Dia bisa mendapatkan kembali uang itu hanya dengan satu tanda tangannya."
"Tapi ..."
Membalikkan tubuh, Lera lekas menatap Chika dengan seksama. "Kau tidak akan mendapatkan hatinya Chika, karena hati sepupuku tersebut sudah lama membusuk. Jadi, cukup ambil hartanya saja, sebanyak yang kau bisa."
Lera tahu apa yang ia ucapkan kepada Chika memang sangat keterlaluan. Namun jika hal itu bisa menyelamatkan sang sahabat dari bencana patah hati, maka Lera tidak menyesal sudah mengatakannya dan dia tidak akan meminta maaf. Lera hanya ingin Chika mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Demon.
Gara-gara wanita itu! Benar, semuanya bermula gara-gara si jalang itu! Jika saja Demon tidak bertemu dengan wanita seperti itu maka dia tidak akan berakhir seperti sekarang ini. Hatinya tidak akan memar bahkan membusuk seperti itu.
"Malam ini aku akan tidur di kamar Erry." ucap Lera setelah menghabiskan segelas susu. Gadis itu lekas bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamar keponakannya sambil melambaikan tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments