BAB 4

"Uang seratus ribu, bisa jadi apa dengan uang ini? Kalau kupakai naik taksi, nanti bagaimana dengan makan siangku?" gerutu Lera seraya menatap selembar uang kertas di dalam dompetnya. "Bodohnya lagi, aku lupa meminta uang pada Emo, tadi!" ia kembali mengeluh.

"Aaaargh!!! Kenapa hidupku jadi sial begini?!"

Gadis itu kemudian berteriak karena kesal, beberapa orang yang berlalu lalang menatapnya dengan pandangan aneh dan Lera tidak peduli. Biar saja orang-orang di halaman kantor menganggapnya gila, dia sama sekali tidak peduli kecuali mereka mau memberinya uang.

"Semua ini gara-gara si brengsek Bian! Kalau saja dia tidak memprovokasi ku, aku tidak akan pergi dengan tangan kosong begini!" 

Lera masih sibuk dengan aktifitasnya; mengumpat dan menggerutu tentang kesialan hidupnya. Bahkan karena perasaan kesal yang bermegah-megah di hatinya, ia sampai tidak sadar sudah berjalan kaki cukup jauh dari area kantor. 

Tin ... Tin ...

Suara klakson mobil dari arah belakang membuat Lera kaget bukan main, hampir saja dia jatuh ke trotoar kalau saja keseimbangan tubuhnya tidak cepat ia kuasai.

Tin ... Tin...

Lagi, mobil sialan di belakangnya kembali membunyikan klakson, lagi pula ia berjalan di atas trotoar kenapa pengemudi gila itu masih saja ribut, sangat menyebalkan sekali.

Lera tidak mau ambil pusing, dia memutuskan untuk mengabaikan pengendara gila itu, kali ini ia mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai di halte terdekat. Untuk berhemat dia harus menggunakan kendaraan umum untuk yang pertama kali dalam hidupnya tentu saja.

Tiiiin!!!

"Oh, brengsek!" kali ini kesabarannya terkikis habis. 

Demi Tuhan, apa maunya pengemudi gila di belakangnya itu huh? Lera bersumpah akan memuntahkan seember kata-kata makian pada si pemilik mobil sialan sok kaya itu. Saat ia membalikkan badan untuk mengetuk kaca mobil, ternyata jendela itu sudah lebih dulu terbuka, menampakkan sosok si pengemudi gila yang saat ini sedang memamerkan sebuah senyum kepadanya.

"Butuh tumpangan?" tanyanya dengan suara yang terdengar ramah dan manis.

Dia Bian! 

Pengemudi gila tidak punya otak itu adalah Bian!

Kata-kata makian yang sudah terkumpul di ujung lidah terpaksa ia telan kembali, digantikan dengan perasaan ingin membunuh si brengsek kurang ajar itu.

"Tidak perlu, terimakasih." tolak Lera, dia lebih memilih jalan kaki daripada masuk ke dalam mobil itu.

Ya, tidak masuk mobil Bian sama dengan menyelamatkan kewarasannya tentu saja. Memangnya apa yang bisa ia harapkan dari pria brengsek itu? Jawabannya tentu saja tidak ada! 

Bian menyeringai, "Kau yakin?"

"Iya!" jawab Lera, dia kembali melanjutkan langkahnya, berlama-lama dengan pria itu sangat tidak baik untuk akal sehatnya.

"Tapi aku sedang luang." ujar pria itu kembali.

"Itu bukan urusan ku!" Mobil hitam itu kembali menyusulnya, berjalan sangat pelan hingga sejajar dengan langkah kakinya.

"Kau mau pergi ke mana?"

Lera menghentikan langkahnya, ia kembali berbalik dan menatap Bian jengah. "Kau tidak lihat? Aku mau ke kampus!"

Dia menaikkan satu alisnya saat melihat Bian yang tiba-tiba saja tergelak. Pria itu sedang memindai dirinya dari atas sampai bawah, terus begitu selama beberapa menit. 

'Ada apa dengannya? Tampan-tampan kok sinting?' cibir Lera dalam benaknya sambil menggelengkan kepala.

"Ke kampus dengan memakai pakaian seperti itu?

"Ada yang salah?"

Bian mengendikkan bahunya bersamaan dengan bibir yang melengkung ke bawah. "Nope, hanya saja ... aku pikir kau mau mengamen di lampu merah depan."

Huh? Mengamen dia bilang? Cih, yang benar saja!

"Lucu sekali!" ucap Lera ketus. "Dengar, aku tidak punya waktu untuk meladeni mu. Jadi ... Lebih baik kau pergi dan cari kesenanganmu di tempat lain!"

Lera tahu kalau pria itu hanya mencari gara-gara dengannya, sengaja membuatnya marah. Seharusnya Lera mengabaikannya, namun, entah bagaimana bisa kata-kata Bian semenit lalu berhasil mempengaruhinya. Dia mulai memerhatikan dirinya sendiri dari bawah hingga ke atas. Sepatu kets yang dipakainya bukan sepatu murahan, walaupun bukan baru tapi sepatunya dari brand ternama. Jins yang dipakai juga memiliki harga bukan kaleng-kaleng, lalu kaos polos yang dipakainya juga bermerk, hanya tasnya saja yang tidak, sebuah tas anyam yang ia beli di pameran kampus beberapa bulan lalu.

Akan tetapi ... apa yang Bian katakan ada benarnya juga. Lihat, wajahnya, ia bahkan tidak mengenakan makeup sama sekali dan rambutnya kali ini ia ikat asal-asalan. Walaupun yang melekat pada tubuhnya bermerk tapi tetap tidak akan terlihat mewah di mata orang lain.

Apa kata anak-anak kelasnya nanti? Lera yang biasanya menggunakan baju trendy sekarang tak ubahnya dengan seorang pengamen jalanan. 

Kata-kata itu ... sangat mengganggunya. Kalau boleh jujur, Lera merasa tersinggung atas tatapan dan juga sindiran Bian. Mereka baru dua kali bertemu, tidak sepantasnya Bian berkata kasar padanya, sangat tidak sopan. 

"Masuklah, aku akan mengantarmu."

Lera menggeleng, "Tidak, sekali lagi terimakasih atas tawarannya. Aku pikir akan lebih aman jalan kaki dari pada duduk di dalam mobil mahal Anda." tolaknya dengan teramat sangat sopan. Dia kemudian mengeluarkan Handphonenya dan mencari kontak seseorang sambil menjauh dari sana.

"Hai, selamat pagi!" sapa Lera saat panggilan sudah tersambung. 

Kenan Dirgantara, teman kelasnya yang pendiam itu telah lama menjerat hatinya, tepatnya sejak masa Orientasi tiga tahun lalu. Selama ini ia mengira bahwa perasaannya bertepuk sebelah tangan, namun beberapa waktu lalu ia mendengar dari seseorang kalau cowok itu ternyata memiliki perasaan yang sama dengannya.

Lera sangat senang, tentu saja. Namun berita itu tidak serta merta membuatnya ingin mengatakan perasaannya pada Kenan. Ayolah, walaupun terkenal bar-bar tapi Lera tidak segila itu sampai mau menyatakan cinta lebih dulu.

"Lera, ada apa? Tumben telpon duluan?"

Kyaaa!!! Rasanya ia ingin berteriak. Meskipun nada bicara Kenan terkesan dingin dan datar, tapi di telinganya selalu terdengar manis dan lembut. Dia juga tidak bisa menahan senyum terbit di bibirnya saat namanya baru saja dilafalkan oleh laki-laki itu. 

"Urm ... apa kau sudah berangkat ke kampus?" tanyanya malu-malu.

"Belum, kenapa?"

"Aku juga mau ke kampus, tapi pagi ini aku mendapat masalah dari nenekku." Lera memulai, "Kau tahu ... orang tua kadang suka bersikap berlebihan. Mobil dan yang lainnya disita oleh mereka." Ia memberitahu, suaranya penuh pertimbangan, dia ragu apakah harus mengatakan permintaannya atau tidak pada lelaki itu.

"Kau ada di mana sekarang? Apart?"

'Aduh, bagaimana ini? Hatiku rasanya membengkak parah dan hampir meledak karena terlalu bahagia.'

Padahal Lera belum mengatakan keinginannya tapi laki-laki ini lebih dulu bertanya keberadaan dirinya. Betapa pekanya dia kan? Atau apakah ini sebuah kekuatan ikatan batin yang kuat?

Bolehkah Lera berteriak karena sangat senang? Belum lagi saat membayangkan dirinya duduk di belakang jok motor seraya memeluk Kenan dari belakang ....

'Aaa ... kenapa wajahku jadi terasa panas sih? Kenapa otakku jadi kotor!!!'

"Le?" suara Kenan kembali menyapanya, membuat gadis itu lekas mengemasi fantasi gilanya tentang Abs seorang ketua BEM.

"Aku ada di dekat halte ...." ucapannya tidak terselesaikan, kejadian itu begitu cepat, seseorang baru saja merebut handphonenya dan dalam sekejap benda itu berseluncur di trotoar.

Demi apa itu satu-satunya benda yang lolos dari sitaan sang nenek. Handphone kesayangannya kini telah hancur, layarnya bahkan terpisah entah kemana. 

"Apa yang baru saja kau lakukan, br3ngsek!" sungut Lera, dia hendak melayangkan sebuah tamparan dan tendangan pada pria itu namun ia kalah cepat, saat ini tubuhnya telah melayang dalam gendongan Bian. "Sialan! Turunkan aku!!"

"Diam, kau mau aku cium atau duduk dengan tenang?" ancaman itu sangat ampuh. Lera lekas masuk ke dalam dan duduk dengan tenang di kursi penumpang tepat di sebelah bangku pengemudi. 

Bukankah ini benar-benar sudah keterlaluan? 

Kenapa Bian melakukan ini padanya? Memangnya dia salah apa pada pria itu?

Terpopuler

Comments

Tita

Tita

cerita.y menarik.. tpi knp brhnti y thor

2020-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!