BAB 19

Ada apa?

Pertanyaan itu terus berputar di otak Lera sepanjang ia melangkah dari lobby menuju ruang staf kebersihan.

Apa yang sedang terjadi di sini? Lera kembali bermonolog.

Saat ia masuk ruangan staf kebersihan, ternyata suasana di dalam sana lebih heboh dari yang ia duga. Semua orang berkumpul, lebih banyak yang marah-marah, sebagian saling bergosip dan beberapa lagi tengah mengerubungi seorang gadis yang tengah menangis tersedu-sedu.

"Tuan Bian memang tidak berperasaan!" seseorang baru saja mengomel. Lera bisa mendeteksi sebanyak apa kemarahan orang itu hanya dari intonasinya.

Yeah ... Bian memang brengsek! Memangnya kalian baru tahu? Lera menggerutu dalam hati sambil berjalan menuju loker untuk menyimpan tas dan mengambil baju ganti.

"Bagaimana bisa dia melakukan itu pada gadis kecil ini!"

Gadis kecil? Apa maksud mereka?

Enggan berpikir dan menduga-duga, dia memilih untuk menerobos kerumunan dan menemukan seorang gadis —yang ia yakini sebagai objek perbincangan semua orang— tengah terisak. Melihat dari wajah dan bentuk tubuhnya, Lera rasa dia masih berumur belasan tahun. Seharusnya dia masih duduk di bangku sekolah kelas dua SMA?

Merasa penasaran, Lera pada akhirnya memutuskan untuk bertanya pada seseorang yang tidak jauh darinya. "Apa yang terjadi? Kenapa gadis itu menangis?"

"Biasa, Tuan Bian kembali membuat keputusan seenak jidatnya." sahut seseorang dari sisi kirinya. "Dia dipecat setelah selesai melayaninya."

"Iya, benar! Padahal ini adalah pekerjaan yang sangat Dea butuhkan. Aku dengar Ibunya sedang dirawat di rumah sakit, Ayahnya sudah meninggal dan dia harus mengurus dua adiknya yang masih sekolah dasar. Tuan Bian benar-benar tidak punya hati, bisa-bisanya dia melakukan itu pada Dea." timpal pegawai wanita lainnya.

What???

Mulut Lera sontak menganga dengan kedua mata yang membelalak. Apa yang mereka katakan tadi? Memecat? Selesai melayaninya?

Lera tahu kalau Bian itu brengsek, tapi ia tidak mengira kalau dia akan sebrengsek ini. Terlebih lagi pada gadis yang masih belum cukup umur itu?

Lera menatap gadis itu iba, perasaannya sebagai sesama perempuan merasa ikut tersakiti. Jika ia berada di posisi Dea, Lera tidak tahu harus melakukan apa.

Dengan segenap rasa simpati, Lera menghampiri Dea yang masih terisak. "Tenanglah, aku akan menendang bokong Bian dan menyeretnya kehadapan mu. Aku akan memastikan pria itu bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya." ujar Lera sarat akan kesungguhan, empat sudut siku-siku imajiner sudah muncul di kedua pelipisnya.

...----------------...

Bian sedang berbaring di sofa dengan nyaman. Bekerja lembur selama beberapa hari dan memikirkan Lera yang kabur membuat waktu tidurnya tersita begitu banyak. Bian baru saja akan menutup mata sampai seseorang membanting pintu ruangannya cukup keras.

Oh, Tuhan ... Apa lagi ini? Tidak bisakah ia istirahat barang sejenak saja? Selain itu, si brengsek mana yang berani berlaku tidak sopan padanya huh?

Bian menghela napas dalam untuk meredakan emosinya sebelum membuka mata dan melihat siapa yang sedang berdiri di ambang pintu.

Apa ini semacam halusinasi?

Tapi sepertinya tidak, karena objek itu terlihat marah. Ya, Lera, gadis manja keturunan Estan itu sedang menatapnya bengis. Deru napasnya terdengar memburu di telinga Bian saat ini.

Bian tidak bisa untuk tidak tersenyum. Rasanya sudah sangat lama dari terakhir kali melihat Lera marah seperti itu padahal baru dua hari lalu.

"Ah, akhirnya kau datang juga. Aku kira kau masih menangisi kuku mu yang jelek." ejek Bian, senyum geli masih terpatri di wajah tampannya.

Melihat senyum pria itu tiba-tiba saja membuat perut Lera merasa mual. Tck, apa alasan Tuhan menciptakan pria seperti Bian ke dunia ini? Pikir Lera sarkas.

Lera tidak menggubris ejekan pria itu karena ada hal yang jauh lebih membuatnya marah saat ini. "Kau benar-benar brengsek dan tidak bermoral, Bian!" ia melangkah dengan pasti menuju tempat di mana pria itu tengah berbaring. "Berbuat tidak senonoh pada pegawai mu dan setelah itu kau buang begitu saja seperti sampah—"

Bian mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?" kali ini dia sudah duduk tegak, iris hitamnya menatap Lera yang sudah berdiri di hadapannya dengan pandangan bingung.

Melakukan apa? Tindakan tidak senonoh? Kapan? Pada pegawai yang mana? — Dia masih mencoba memahami kata-kata Lera.

"Tidak usah pura-pura bodoh! Dia tulang punggung keluarganya, kau tahu itu? Dia mempunyai dua adik yang masih kecil. Ayahnya sudah tidak ada dan saat ini Ibunya sedang sakit-sakitan." Lera mengambil napas sebelum kembali melanjutkan, "pekerjaan ini adalah satu-satunya mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya. Kau sudah mengambil hal paling berharga dari hidupnya kemudian membuangnya begitu saja?!" omel Lera tanpa mengindahkan bentuk protes yang hendak Bian layangkan.

"Kau harus bertanggungjawab. Kau harus menikahinya, Bian!" lanjut Lera dan hal itu membuat kerutan di dahi Bian semakin berlipat.

"Aku tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Menikahi siapa?" Bian bertanya dengan wajah bingung. Bukannya mendapat penjelasan, dia justru mendapatkan sebuah tendangan tepat di tulang keringnya. "Aaargh, apa yang kau lalukan?"

"Tentu saja menikahi pegawai mu yang sudah kau hamili!"

Belum sempat bereaksi atas tuduhan gila itu, tubuhnya sudah diseret paksa keluar dari dalam ruangan.

Sial, apa yang sedang gadis ini coba lakukan huh?

Sepanjang koridor menuju ruangan staf kebersihan, tidak sedikit orang yang menonton mereka dan Bian tahu tidak lama lagi akan ada banyak issue yang beredar di seluruh gedung ini.

Brengsek! Berani-beraninya Lera mempermalukannya dihadapan semua pegawainya. "Lera, lepaskan aku sekarang atau kau akan tahu hukuman apa yang akan kau dapatkan untuk semua ini?"

"You Wish!" tantang Lera.

Pintu bertuliskan Hanya untuk Staff kebersihan dibuka Lera cukup kasar, membuat semua orang yang ada di dalam sana menoleh secara serentak. Melihat sang atasan yang masuk, wajah mereka berubah pasi, bahkan sudah tidak ada lagi suara gunjingan maupun omelan dari mulut semua orang yang ada di sana.

Lera mendorong tubuh Bian ke hadapan seorang gadis muda yang sebelumnya dikerumuni banyak orang. "Cepat minta maaf dan bertanggung jawab lah atas perbuatanmu padanya."

"APA YANG KAU LAKUKAN!" Bian berteriak marah, hal itu tentu saja membuat orang di ruangan terkejut. Mereka tidak mengira kalau anak baru itu akan menyeret sang atasan ke ruang staf kebersihan. "Aku sudah bertanggung jawab dengan memberinya pesangon yang lebih dari cukup."

"Mana bisa begitu!" Lera mendebat, "Pesangon saja tidak akan pernah cukup karena sosok seorang Ayah jauh lebih dibutuhkan oleh anak yang ada di dalam perutnya!"

Gadis muda yang semula tengah menangis itu sontak berhenti seketika, ia menatap Lera dan juga bosnya dengan kerut bingung. "Anak siapa?"

"Anak setan!" jawab Bian kesal.

Lera melotot marah, "Jelas anakmu dengan dia, memangnya anak siapa lagi!"

Bian memutar bola matanya jengah. Menyangkal sampai mulutnya berbusa pun tidak akan membuat Lera berhenti. Jadilah dia bersedekap dada seraya menatap Lera yang sedang menasehati Dea.

"Ta-tapi saya ti-tidak pu-punya anak ma-maupun se-sedang ha-hamil." jawab Dea terbata-bata.

"Hah? Bagaimana bisa? Bukankah tadi kau menangis karena—"

Dea menatap Lera dan Bian secara bergantian, "O-ooh, i-ituu ... saya dipecat oleh tuan karena saya lupa menaruh gula di dalam kopinya. Padahal ini pekerjaan satu-satunya yang saya butuhkan mengingat saya tidak memiliki keahlian dan juga ijazah yang tinggi."

Tunggu, apa yang baru saja gadis itu katakan? Jadi ... maksud dari dipecat setelah 'melayaninya' itu adalah membuatkan kopi? Lera kira ....

Oh, sial!

Lera merasa menjadi orang paling idiot di sini. Demi apapun dia tidak berani menoleh pada Bian yang mungkin sudah keluar tanduk merah di kepalanya. Kalau ada hal yang Lera inginkan saat ini yaitu hanya lenyap dari hadapan Bian.

"Kau!" ujar Bian sambil menunjuk Dea, "aku tidak jadi memecat mu." sambungnya tanpa mengalihkan atensinya dari sosok Lera yang menundukkan kepala dalam-dalam.

"Uang pesangon ini bagaimana, Pak?" tanya Dea.

"Pakai saja untuk berobat Ibumu." jawabnya, "Dan kau, sudah siap dengan hukuman mu?" ujarnya kemudian menyeret Lera seperti yang gadis itu lakukan padanya beberapa saat lalu.

Terpopuler

Comments

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

hayolloohh Lera .. mau diapain kamu 😂😂

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!