BAB 16

"Bian brengsek!"

Umpatan yang sama kembali terdengar untuk yang ke seratus kali dalam satu jam ini.

Seorang gadis tengah berjibaku dengan peralatan gali tanah. Setelah membuat lubang sedalam 10 centi meter, ia kemudian memasukkan sebuah kain berwarna putih ke dalam sana. Perasaannya sangat hancur, air matanya masih mengalir seperti anak sungai.

"Aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa melindungi kalian dari si brengsek itu, hiks ...." isak tangis kembali terdengar, "aku harap kalian bisa tenang di dalam sana, ke tempat yang lebih baik." ucapnya kembali.

Ingatan 1 jam lalu kembali terlintas di kepala Lera. Bagaimana kejamnya Bian memotong 8 kukunya yang tersisa hingga pendek.

"Nah, begini lebih rapi. Sekarang kerjamu akan lebih cepat dan leluasa saat menggosok kaca ataupun kloset," Bian mengambil lap pembersih kemudian ia menggenggamkannya pada tangan Lera. "Gosok dengan kencang seperti ini tanpa harus khawatir kuku mu akan patah lagi."

"Dasar brengs—" umpatan Lera tidak sempat terucapkan karena Bian kembali menyela.

"Kau bisa memanjangkan kuku mu lagi saat kau sudah kembali menjadi tuan puteri, Lera. Tapi saat ini, kau harus belajar untuk menjadi rakyat jelata karena bagaimanapun kau tidak akan mampu pergi ke salon untuk memanjakan kuku-kuku itu." setelah mengatakan semua hal kejam itu, Bian pergi begitu saja. Tanpa rasa bersalah maupun meminta maaf padanya.

"Lihat nanti Bian, kau akan merasakan pembalasan dariku!" sungut Lera sambil meratakan tanah di depannya seperti semula.

"Di sini kau rupanya?"

Suara ini?

Lera segera membalikkan tubuhnya dan benar saja kalau orang yang saat ini berdiri di belakangnya adalah sepupunya, Demon—br3ngsek—Estanbelt!

"Apa yang kau lakukan di sini, br3ngsek?!" sungut Lera bersamaan dengan sendok penggali tanah yang melayang. Dalam benaknya, dia berharap sendok itu tidak benar-benar mengenai sepupunya tersebut.

Walaupun kesal, tapi Lera sangat menyayangi Demon lebih dari apapun. Karena dia satu-satunya keluarganya, tentu saja selain nenek dan sang Ayah.

"Kau marah?"

Lera mendengkus, "Apa aku kelihatan bahagia dengan mengenakan pakaian kotor dan mengerjakan hal menjijikan di toilet?" jawabnya sarkastik.

Demon memutar bola matanya. Sungguh, Lera dengan keahlian drama Queen-nya membuat pria itu jengah. "Aku tidak bermaksud kejam, Omah membuatku tidak punya pilihan. Kau tahu itu, Lera."

Gadis di depannya menunduk, suara sesenggukan mulai terdengar samar-samar.

"Kau menangis?" tanya Demon hati-hati.

"Bawa aku pulang Emo, Omah pasti mau mendengarkan ucapan mu. Aku janji kali ini tidak akan menghambur-hamburkan uang lagi."

Pria itu mundur satu langkah, kepalanya menggeleng secara konstan. "Tidak bisa, Lera. Kali ini Omah tidak bisa dibujuk, aku sudah mencobanya sejak awal." jawab Demon jujur, "Aku sudah bilang hanya dua bulan, Le. Tunjukkan kalau kau bisa melakukannya maka Omah akan mengembalikan semuanya padamu. Hanya dua bulan saja, aku mohon."

Lera menyeka pipinya, dia menggeleng. Dua bulan, Lera tidak mungkin bisa bertahan selama itu. Tidak, Lera tidak mau lebih lama lagi berurusan dengan Bian.

"Kalian tidak tahu bagaimana sulitnya aku di sini, dengan seorang bos gila seperti Bian!" adu Lera, berharap air matanya bisa membuat hati sang sepupu luluh. "Lihatlah Em, pria gila itu bahkan memotong kuku indah yang sudah lama aku rawat tanpa perasaan!" ia menjulurkan kedua tangannya ke hadapan Demon.

"Wah ..." Demon berdecak takjub saat melihat kesepuluh kuku gadis itu yang semula panjang kini terpotong pendek dan tidak rapi. "Lera, sebenarnya ... itu hal yang ingin aku lakukan sejak bertahun-tahun lalu pada kuku mu kalau kau mau aku jujur. Tapi syukurlah karena Bian sudah melakukannya untukku." aku Demon dengan cengiran jahil.

"EMO!!!"

"Well, kuku mu itu banyak menghabiskan uangku, tahu!"

Lera menganga tak percaya. Ini adalah penghianatan ganda!

Memijit kepalanya yang mulai berdenyut, Lera kemudian mengatakan, "Pergilah Em, aku tidak mau melihat wajahmu mulai sekarang!"

"Kau yakin?" tanya Demon, satu alisnya yang terangkat seakan menantang keteguhan hati Lera. "Baiklah kalau itu mau-mu, aku akan pergi. Well, sekedar informasi, tadinya aku mau mengajakmu keluar untuk membeli sesuatu di mall bersama Erry. Tapi sayang sekali tante Lera sedang tidak mau diganggu—"

Apa? Dia datang ke sini untuk mengajaknya keluar dan jalan-jalan ke mall dengan Erry? Apa telinganya tidak salah dengar? Seorang Demon yang itu?

"Kau dan Erry mau beli apa? Aku tahu tempat yang bagus!" Lera memberi tanggapan dengan cepat, saat ini dia sedang membersihkan tanah yang menempel pada bajunya. "Katakan padaku kau mau beli apa? Perlengkapan sekolah Erry? Atau kau butuh pakaian formal untuk acara jamuan kantor?"

Demon hanya bisa menghela napas saat tangannya ditarik Lera menjauh dari halaman kantor menuju tempat di mana kendaraannya terparkir manis.

Astaga, kenapa marahku hanya seharga jalan-jalan dan belanja di mall?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!