BAB 13

"Sampai sini apakah ada yang ingin ditanyakan?"

Seorang pria dari divisi HR baru saja menjelaskan poin-poin yang tercantum dalam kontrak kerja seperti peraturan yang berlaku, tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan, serta menjelaskan besaran gaji yang akan ia dapatkan setiap bulannya juga perhitungan lembur jika memang dibutuhkan untuk lebur.

"Sudah cukup jelas semuanya." jawab Lera tidak begitu bersemangat.

Sejak awal dia memang tidak bersemangat dan tidak ada niatan untuk datang ke tempat ini kalau saja tidak diancam akan dilaporkan ke pihak berwajib oleh si k3parat Bian!

"Baiklah, nanti kalau masih ada yang kurang paham bisa tanyakan kembali pada saya, ya." ucap Renata, nama HR tersebut. "Anda bisa langsung tanda tangan di sebelah sini." Dia kemudian mengarahkannya ada kolom yang harus ditandatangani.

"Kapan saya bisa mulai bekerja, Bu Renata?"

Wanita itu mengecek komputer lebih dulu sebelum memberikan jawaban, "Tuan Bian mengatakan kamu bisa langsung bergabung hari ini juga atau paling tidak senin depan."

Aish! Si brengsek itu benar-benar ya!

"Kalau begitu saya mulai di senin depan saja, Bu!" jawab Lera, lagipula hari ini dia sudah ada janji untuk bertemu dosen di kampus.

"Baiklah kalau begitu, akan saya sampaikan pada Tuan." ucap Renata, dia kemudian bangkit dari posisinya kemudian mengulurkan tangan, "Selamat bergabung dan sampai bertemu kembali di hari Senin, Lera."

...----------------...

"Tante Leraaa… " 

Lera kaget bukan main ketika tubuhnya ditabrak cukup keras sesaat ia melangkah ke ruang tengah —megah milik sang sepupu, Demon Estanbelt. 

Erry, bocah itu tengah memeluknya erat. Apa Erry begitu merindukannya? Terakhir kali bertemu dengannya sekitar dua atau tiga hari lalu, tepat sebelum kekacauan bermula.

Lera menatap Demon yang sedang duduk nyaman di sofa empuk ruang tengah sambil menonton acara berita sport. Lihat, pria itu sama sekali tidak merasa terganggu akan kehadirannya di rumah ini, bahkan pria itu sama sekali tidak menoleh apalagi meliriknya seolah makhluk kasat mata.

Oh, astaga… Lera mengatupkan mulutnya, ia berusaha keras menahan umpatan yang sudah berada di ujung lidah. Kedua tangannya terkepal kuat menahan emosi, Lera yakin kepala batu seorang Demon Estanbelt akan benjol juga kalau terkena pukulannya ini. 

"Tante Lera kemana saja? Kenapa Tante Lera sulit sekali dihubungi?" oceh Erry seraya mendongakkan kepalanya menatap Lera.

Lera menghela napas, dia tidak bisa mewujudkan semua pikiran jahatnya. Tidak akan bisa selama Erry ada di dekatnya. Lagi pula, kalau Lera marah itu hanya akan membuktikan bahwa ia kalah dan mereka menang kan? 

"Handphone tante Lera rusak dan tidak punya uang untuk beli yang baru." ucap Lera seraya mengusap rambut lebat sepupu kecilnya tersebut, saat mengatakan 'rusak dan tidak punya uang' suaranya sengaja ditinggikan agar dapat terdengar oleh Demon. "Kau merindukan Tante Lera yang cantik ini?"

Erry mengangguk, "Sangat!"

"Kenapa? Kan sudah punya Bunda baru, seharusnya tanpa tante Lera pun kau tidak akan kesepian."

Bocah lelaki itu mengerucutkan mulutnya, ia melirik sosok Chika yang sedang menyibukkan diri di dapur dengan tatapan tidak enak. 

"Iya sih, tapi Bunda Chika tidak bisa bermain game seperti tante Lera." ucap Erry setengah berbisik. 

Lera mengerling, tubuhnya lekas berbalik dan berteriak, "Chikaaa ... Erry bilang kau tidak asyik karena tidak bisa main game!" hal itu membuat Erry merengek karena Lera telah mengadukan perkataannya. 

Chika tersenyum kecut, raut wajahnya penuh rasa sesal. "Memang tidak bisa, maaf ya Erry." sahutnya dari dapur. 

"Kenapa tante mengatakan itu pada Bunda?" protes Erry sambil mencubit lengan Lera kesal. 

"Kau takut dia marah?" Erry mengangguk, "tenang saja, dia tidak akan bisa marah selama masih terikat perjanjian dengan si Iblis." oceh Lera sambil melirik Demon, pria itu pasti mendengar sindirannya barusan tapi dia sedang dalam mode berpura-pura tuli. "Hey, mau main game dengan tante?"

"Mauuu!!!"

"Okay, kita main di kamarmu, let's go!"

Melihat dua pembuat onar itu naik ke lantai dua, akhirnya Demon bisa bernafas dengan lega. Jujur, sejak tadi dia duduk dengan gelisah karena takut jika tiba-tiba saja Lera sudah berdiri di belakangnya kemudian mengayunkan tinju yang sangat keras pada kepalanya.

Mematikan televisi, Emo kemudian berjalan ke dapur. Dia tidak masuk, dia hanya berdiri sambil menyandar pada kusen pembatas. Iris kelamnya menangkap sosok istrinya yang tengah sibuk menyiapkan makan malam. 

"Kenapa kau membawa Lera kemari?" 

Chika yang tidak menyadari kehadiran sang suami, tubuhnya langsung memberikan respon tak biasa saat mendengar suara pria itu yang terdengar kesal dan dingin. 

Chika bisa apa? 

Dia tidak bisa menolak saat Lera mulai merengek seperti Erry dengan air mata buatannya. Lera telah melakukan banyak hal untuknya saat ia berada dititik terbawah hidupnya, sang sahabat lah yang mengulurkan tangannya, memberinya tempat tinggal dan memberinya makan. Jadi, Chika tidak cukup tega ketika melihat Lera yang biasanya terlihat menakjubkan berubah mengenaskan begitu. 

"Lera bilang dia tidak punya uang untuk membeli makan malam, jadi aku mengajaknya ke sini untuk makan malam bersama."

"Kau bisa memberinya uang." protes Demon, pria ini masih menunjukkan konfrontasi. 

Memberi Lera uang? Ya, Chika tentu akan melakukan hal itu jika saja dia memiliki setumpuk uang di dompetnya. 

"Tapi aku tidak punya uang." 

Ya, sayangnya Chika tidak memilikinya. Jadi, satu hal yang terlintas di kepalanya adalah membawa Lera ke rumah dan memasakkan sesuatu untuk sang sahabat.

"Kau punya kartu debit ku, seharusnya—"

"Tapi kau bilang kartu itu hanya bisa digunakan untuk keperluan Erry saja kan?" potong Chika.

Demon hendak memberikan argumennya kembali, akan tetapi apa yang Chika katakan memang benar. Saat ia memberikan kartu debitnya pada Chika satu bulan lalu yaitu dengan alasan bahwa itu hanya untuk keperluan Erry.

"Pastikan Lera pulang setelah perutnya kenyang." ucap Demon sambil berlalu pergi.

Chika mengerang mendengar perintah tadi. Bagaimana bisa Chika mengusir Lera? Chika akan terlihat begitu buruk, seperti orang yang tidak tahu berterima kasih. Namun, menentang perintah sang iblis juga tidak mungkin. 

Oh, Tuhan ... kenapa engkau begitu tega menempatkan dirinya di situasi seperti ini!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!