Eighteen
Pagi hari di kediaman Reswara.
Semua anggota tampak mengisi kursi di ruang makan.
Nayaka
Kiran, pukul berapa sampai di rumah? apa nenekmu sudah agak baikan sekarang?
Prema menoleh menatap adik tirinya, kemudian dia mengangguk pelan. Sekarang dia paham kenapa selama beberapa hari tidak melihat kehadiran Kiran di rumah ini.
Kiran
Sore hari, tapi aku melewatkan makan malam karena ingin langsung istirahat. (Kiran terlihat segar pagi ini, tidak seperti Minggu lalu yang wajahnya selalu terlihat kusut)
Kiran
Dan Nenek sudah membaik, dia juga menyampaikan salam untuk semua orang. (Bertingkah manis persis seperti seorang adik kecil, Kiran memerankannya dengan baik)
Sadam mendengus dalam hati, tingkah manis seperti itu sungguh tidak cocok untuk Kiran.
Sadam bahkan berharap dia tidak akan kembali.
Elyana
Bagaimana kuliahmu? kami dapat kabar kalau kamu sering melewatkan jam pelajaran? (Elyana menatap anak tirinya)
Kiran
Maaf, Ma. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Lagipula, aku hanya mengikuti kebiasaan Kak Prema. (Kiran berdalih)
Prema(ML)
Aku? jika itu sesuatu yang jelek, tolong jangan ditiru! (Prema heran, kenapa dia dibawa-bawa? jarang masuk kelas pun nilainya tidak pernah buruk)
Sadam terkekeh dengan pelan.
Sadam
Ya? (pria itu menoleh dengan kaget)
Nayaka
Bagaimana kabar Clarissa? (sang ayah merujuk pada perempuan yang sudah dua tahun dikencani oleh Sadam)
Sadam
Dia baik. (Hanya itu yang terpikirkan oleh otaknya sekarang)
Nayaka
Hanya itu? Papa tidak pernah melihatnya berkunjung lagi ke sini. Kalian baik-baik saja, bukan? (Nayaka cukup khawatir, Clarissa adalah gadis yang baik menurutnya)
Sadam
Tentu, kami baik Pa. Dia, dia hanya sedikit sibuk akhir-akhir ini. (Sadam berdalih, dia belum bisa mengatakan yang sebenarnya kepada orangtuanya)
Nayaka
Ajak kesini jika Clarissa sudah tidak sibuk lagi.
Sadam
Ya, Papa. (Sadam menunduk pelan menatap makanan yang masih tersisa setengahnya di piring miliknya)
Sadam menghela nafas pelan, nafsu makannya jadi hilang.
Prema(ML)
Daripada mempercepat pernikahanku, kenapa tidak kakak saja yang menikah lebih dulu? dia yang paling tua di sini. (Dengan ringan perempuan itu mengutarakan pendapatnya)
Elyana
Jika bisa, sudah dari dulu Mama menyuruhnya. Hanya saja, hubungan kakakmu dengan Clarissa masih belum jelas.
Prema(ML)
Belum jelas? apa maksud Mama? (Prema tidak mengerti)
Elyana
Putus-nyambung, putus-nyambung, hubungan mereka seperti anak remaja. Belum terlihat titik terangnya.
Prema(ML)
Hahaha. (Prema menutup mulutnya dengan cepat)
Sadam
Ma, kami tidak seperti itu.( Sadam merenggut kesal)
Nayaka
Sudah, habiskan sarapan kalian!
Setelah menghabiskan sarapan, semua orang nampak pergi dengan tujuannya masing-masing.
Nayaka dan Sadam berangkat dengan mobil yang sama
Kiran sudah lebih dulu pergi ke kampus dengan supir keluarga. Dia mencoba untuk tidak membuat masalah pagi ini, jadi dia menurut saja saat Nayaka menyuruhnya untuk diantar supir.
Tadinya dia ingin pergi sendiri. Ayolah! banyak hal yang harus dia lakukan.
Dia bahkan begitu merindukan Rahagi, sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
Kiran menatap pemandangan ibukota yang dilewati mobilnya.
Pagi ini, cuaca cukup mendung. Awan mendung menutupi pancaran sinar matahari.
Hampir sepuluh tahun dia masuk ke dalam keluarga Reswara, tapi tujuannya bahkan belum berhasil satupun.
Kiran memang sudah mendapatkan hidup bergelimang harta seperti yang dia harapkan, namun kasih sayang seorang ayah, perhatian tulus dari kakak laki-lakinya, juga balasan cinta dari sosok yang dikejarnya masih terlalu mustahil untuk diraih.
Semua yang Prema miliki harus bisa dia dapatkan.
Perempuan itu sudah terlalu lama mendapatkan semua kebahagiaan tersebut, kini adalah gilirannya.
Kiran
Aku berjanji, Ibu. Aku akan mendapatkan apa yang ku inginkan. Aku akan hidup dengan bahagia. (Ucapnya sendu, mata kucingnya terlihat kosong untuk sesaat)
Comments