Seventeen

Suara deru mesin mobil memenuhi halaman kediaman Pramudya.
Pukul sepuluh malam, dan Rahagi baru kembali dari kantornya.
Pria tampan itu turun dari mobil mewahnya, kemudian melihat ke dalam rumah.
Gelap, orang rumah mungkin sudah terlelap saat ini.
Setelah memberikan kunci mobilnya kepada penjaga rumah, Rahagi dengan cepat masuk ke dalam.
Langkah panjangnya menaiki anak tangga dengan hati-hati. Rahagi tentu tidak mau terpeleset dengan konyol hanya karena pikirannya tidak di sini.
Isyana(Ibu Rahagi)
Isyana(Ibu Rahagi)
Nak, sudah makan?
Rahagi berhenti melangkah, kemudian menoleh ke bawah.
Di sana ada ibunya yang sudah siap untuk tidur, terbukti dengan piyama yang dikenakannya.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Sudah, Ma. Mama kenapa belum tidur?
Isyana(Ibu Rahagi)
Isyana(Ibu Rahagi)
Mama khawatir karena anak Mama yang paling besar belum sampai di rumah. (Isyana jelas menyindir Rahagi)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Maaf, Ma. (Rahagi mengusap lehernya pelan, tidak tahu harus memberikan alasan seperti apa atas keterlambatannya)
Isyana(Ibu Rahagi)
Isyana(Ibu Rahagi)
Bersihkan dirimu dan segera tidur. Selamat malam. (Ibunya berlalu dengan cepat, kembali masuk ke kamar tidurnya)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Malam, Ma.
Aroma maskulin langsung menyambut Rahagi saat pria itu membuka pintu kamarnya.
Menyimpan tas kerjanya, membuka jas yang dari pagi menempel padanya, kemudian menghempaskan tubuh kekarnya ke atas kasur.
Pria itu memejamkan matanya, merasa lelah dengan apa yang dilaluinya hari ini.
Otak dan hatinya tidak mau bekerjasama agar pemiliknya ini segera menemukan titik terang.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Prema, kamu senang bukan karena berhasil membuatku tidak bisa berpikir dengan tenang sekarang? (Rahagi bergumam dengan pelan pada dirinya sendiri)
Prema yang menangis saat membahas tentang cintanya yang dia tolak membuat Rahagi merasa tidak nyaman.
Seharusnya tadi dia tidak perlu membahas hal itu.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Prema Reswara, benarkah kamu sudah mencintaiku selama itu?
Sepuluh tahun, menurut penuturan gadis itu, sudah sepuluh tahun dia menyimpan perasaan untuk Rahagi.
Prema hadir dalam hidupnya saja baru sekitar lima tahun yang lalu.
Mereka berdua pertama kali bertemu di sebuah pesta perusahaan yang diadakan oleh keluarga Pramudya.
Dan itupun hanya saling menatap satu sama lain, mereka berdua bahkan tidak saling bicara atau sekedar menyapa.
Lalu dua hari kemudian, gadis itu datang ke kantornya dengan seragam sekolah yang masih menempel ditubuhnya.
Merecoki harinya, membawakan bekal untuknya, mengganggu ketenangannya dan membuatnya kesal.
Terus setiap hari seperti itu, hingga lama-kelamaan Rahagi merasa muak dengan kehadiran Prema.
Gadis itu begitu banyak mengetahui tentangnya. Tentang makanan kesukaannya, hal yang tidak disukainya, hari ulangtahunnya sampai jadwal hariannya pun dia tahu.
Entah dari mana Prema bisa mendapatkan informasi tentang dirinya dengan begitu akurat.
Gadis itu juga sering memberinya sebuah hadiah. Entah itu di hari ulangtahunnya, atau di hari-hari biasa yang menurut Rahagi tidak perlu ada perayaan, Prema selalu memberinya sesuatu.
Dia menerimanya, hanya saja tidak pernah membukanya.
Rahagi menoleh ke sebuah lemari putih seukuran pinggangnya yang berdiri di pojok kanan kamarnya.
Di sana, Rahagi menyimpannya di sana.
Entah untuk apa dia menyimpannya, berniat untuk membukanya saja tidak.
Rahagi bangkit, kemudian duduk di atas kasurnya.
Dia harus membersihkan dirinya dengan air dingin, dengan begitu semua keruwetan dalam otaknya akan hilang.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Tolong, biarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini.
Pria dewasa itu melangkah menuju kamar mandi.
Dia harus menghabiskan waktu agak lama di dalam sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!