Thirteen

Sudah dua Minggu semenjak pertemuan terakhir dia dan Rahagi. Dan selama itu, Prema tidak pernah lagi bertatap muka dengan pria menyebalkan itu.
Pagi ini dia sedang berada di kampus, tepatnya di perpustakaan.
Sebenarnya hari ini dia tidak ada kelas, tapi karena dia menargetkan kelulusannya agar lebih cepat, maka dia harus banyak mempersiapkan segala hal dengan baik.
Tempat ini tampak sepi, hanya ada Prema dan beberapa siswa lainnya di sini.
Prema bukannya tidak tahu jika orang-orang di sini memperhatikannya diam-diam, dia hanya tidak ingin ambil pusing saja.
Silahkan lihat dia sesukanya, karena Prema sendiri tidak peduli.
Pemandangan seorang Prema yang selama di kampusnya tidak pernah menginjakkan kaki di perpustakaan, dan sekarang mau bergumul dengan tumpukan buku yang setiap bukunya setebal dua inci adalah hal yang menakjubkan.
Tentu saja Prema akan dipandang aneh.
Prema(ML)
Prema(ML)
Sebenarnya nilaiku tidak terlalu buruk, hanya saja harus diperbaiki jika ingin mendapatkan kelulusan yang terbaik. Hmm, benar.
Hari ini, rambut merah mudanya diikat ekor kuda. Membuat leher putih jenjangnya nampak bersinar karena tersorot mentari pagi dari celah-celah jendela perpustakaan.
Prema juga tidak pernah berdandan secara berlebihan lagi sekarang. Jadi, wajahnya terlihat lebih segar dan ringan.
Sudah dua jam dia habiskan untuk membaca buku-buku didepannya ini.
Dan satu yang dapat dia simpulkan, kepalanya merasa pusing luar baisa.
Bagaimana mungkin orang-orang cerdas di luar sana dengan sukarela menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk melihat rentetan huruf yang berjejer di dalam sana.
Prema menelungkup kan kepalanya di atas meja, dia menyerah.
Biarkan dulu materi yang dia serap dari buku tersebut terpatri dalam otaknya, setelah itu dia bisa melanjutkannya kembali.
Prema(ML)
Prema(ML)
Ya, itu benar. Aku harus istirahat terlebih dulu demi kesehatan otakku.
Prema(ML)
Prema(ML)
Makan mie pedas sepertinya adalah yang terbaik saat ini. (Ini masih pagi dan dia melewatkan sarapan sebelum kesini tadi. Tapi mie pedas memang sangat menggiurkan, semoga perutnya baik-baik saja nanti)
Tangan yang kecil dan lentik itu mengambil ponselnya dari tas ransel yang di bawa.
Hanum, adalah orang yang dia hubungi.
Nada sambung terdengar ditelinga Prema, namun sesaat kemudian dia mendengus karena seseorang yang dihubunginya itu tidak mengangkat panggilannya.
Prema(ML)
Prema(ML)
Hanum, kamu akan menyesal jika tidak mengangkatnya. (Prema menatap ponselnya dengan kesal)
Merasa tidak ada hasil jika terus menghubungi Hanum, perempuan yang hari ini mengenakan kemeja panjang itu lebih memilih menghampiri Hanum ke gedung fakultasnya secara langsung.
Lima menit dia habiskan untuk menyimpan kembali buku-buku yang telah dia baca, Prema juga memasukan kembali pena dan dua buku catatannya ke dalam ransel.
Jangan tanya kenapa dia memilih membawa ransel daripada tas cantik bermerek.
Karena menurutnya, ransel dengan ukuran sedang ini bisa menampung barang-barang yang dia butuhkan untuk bepergian.
Tolong diingat, bahwa dia bukan Prema yang dulu, yang saat ke kampus pun akan menjinjing Gucci seukuran telapak tangan pria dewasa.
Dosen-dosen bahkan sering menegurnya, mereka berkata; kau ingin belajar atau pergi ke acara fashion show?
Dan tentu saja, Prema tidak akan mendengarkan gunjingan tersebut.
Yang ada dipikirannya dulu adalah, berdandan semenarik mungkin demi mendapatkan hati seorang Rahagi Pramudya.
Prema merasa malu dengan tingkah lakunya yang dulu.
Setelah melewati koridor, lapangan futsal dan taman, akhirnya Prema sampai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Temannya itu memang berencana menjadi pengusaha, jadi jurusan manajemen adalah pilihannya.
Prema(ML)
Prema(ML)
Maaf, apa kamu melihat Hanum? (Prema menghentikan seorang pemuda yang dia taksir seusianya)
Enda
Enda
Hanum? Hanum dari jurusan mana ya? (ada beberapa nama Hanum yang dia kenal, jadi dia membutuhkan ciri-ciri yang lebih spesifik)
Prema(ML)
Prema(ML)
Ahh, Hanum Syakilla, manajemen. (Semoga orang ini tahu dimana saat ini temannya itu berada)
Enda
Enda
Oh, Hanum yang itu. Kami baru saja mengambil kelas yang sama. Seharusnya dia sudah keluar, tunggu! oh itu dia, Hanum! (pria muda itu memanggil seseorang yang baru saja keluar dari kelas)
Prema mengikuti arah pandang orang dihadapannya, sesaat kemudian dia mendengus melihat Hanum yang tersenyum manis padanya.
Prema(ML)
Prema(ML)
Terimakasih.
Enda
Enda
Tidak masalah, aku pergi. (Orang tanpa nama itu berlalu dari hadapan Prema begitu saja)
Prema tidak tahu kenapa, tapi dia merasa pernah bertemu dengan orang tersebut sebelumnya.
Prema(ML)
Prema(ML)
Tapi dimana? (Prema bergumam pelan)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!